Bisa bersama Cinta itu bukan hanya soal keberanian dan pengorbanan.
Ada saat nya bersatunya cinta itu butuh kesabaran dan penantian.
Sama dengan sore biasanya. Aku di sini, masih mangamatimu, mengawasimu, menghayatimu. Di salah satu bangku taman dekat sekumpulan bunga sepatu bermekaran. Tempat paling aman kurasa, untuk mengintaimu tanpa menganggumu. Gadis soreku.
Entah, sudah berapa lama kebiasaan ini di mulai. Yang jelas kini aku mulai terbiasa dan menikmatinya. Dan ini semua erat hubungannya dengan Gadis soreku. Yang sangat menyukai suasana sore taman. Suasana yang mungkin secara tidak langsung yang juga membuatmu berbeda dengan gadis lainnya. Berbeda? Berbedakah kamu?. tentu ada jawab dalam sebuah tanya. Dan biarlah ceritamu yang menjawabnya.
***
Langit sore itu cukup indah. Meski awan nampak menggelayut hitam, namun masih tetap menyisakan semburat jingga di horison. Sedangkan, diatasnya tampak biru dengan pandaran warna pelangi diantara awan. Cukup indah bukan?
Mungkin, itu alasan pria yang sudah satu tahun berjalan bersisian denganmu itu mengajakmu ke taman kota favorit kalian, hampir tiap sore cerah kalian datang ke tempat itu. Alasannya apalagi kalo bukan untuk dapat menyaksikan langit senja yang begitu di gilai pria tampan-kekasihmu -. kamu juga tak tau pasti apa yang membuatnya begitu suka melihat langit berwarna jingga, tanda pergantian hari itu. Karena setiap kamu menanyakannya? dia hanya menjawab selalu dengan senyuman. kamu pun juga tak mengerti apa maksudnya? Yang jelas setelah melihat senyuman itu membuatmu terdiam dan tak ada niat untuk memaksa. Biarlah, asal dia bahagia.
Langkah kaki pria di sampingmu berhenti. Jemarimu yang bertautan dengan dia membuatmu turut berhenti pula. Namun, sedikit di depan pria tampan itu. kamu mendongak ke belakang, ke pria yang saat ini –tak tau karena apa- tengah tersenyum polos memamerkan deretan gigi putihnya. Masih tidak tau apa maksud pria itu, kamu menautkan kedua alis tipismu. Hanya sekedar tanda untuk dia bahwa kamu itu tidak mengerti dengan sikap dan ekspresi yang di sajikan untukmu.
“capek gak?” tanya RIO-pemuda sebagai kekasihmu- cukup aneh, dan membuatmu semakin tidak mengerti saja. Belum sempat kamu merespon,dia melanjutkan ucapan anehnya.”ku gendong yuuuk???” dannn.... percayalah ini kalimat terunik yang pernah terlontar dari mulut rio, sejak kapan mario stevano menawarkan untuk melakukan tindakan yang gak banget bagi cowok sok cool yang super duper jaim seperti rio ini.. dan kalimat itu membuatmu bengong dan tampak bodoh saja.
“Mau kan?...... sippp dehhh..” dan masih belum sempat menanggapi ide gila bin ajaib yang terlontar dari mulut rio, tubuhmu sudah berada di punggung rio. tangan-tangan kokoh rio sudah menyangga kedua pangkal bawah pahamu agar terangkat. Kamu sudah di gendong belakang oleh rio.
“Rio.. turunin ah.. maluuuu.” Ucap shilla-kamu- tersipu. Bagaimana tidak? Berpuluh-puluh pasang mata tanpa komando secara serentak langsung mangalihkan pandangan pada kalian yang noteben nya tengah pamer kemesraan di depan umum-.-
“pegangan...” ucap rio masih tak menggubris ucapan shilla. Dan lagi lagi belum sempat shilla melakukan tindakan rio sudah beraksi. Nyaris tubuh shilla terjengkang ke belakang, jika tidak dengan gesit shilla menarik tudung jacket rio. rio sudah berlari-lari membawa shilla. Senang, tapi takut juga. Itu yang shilla rasakan.
“rio..pelan-pelan..” omel shilla tegang. Rio terus membawa shilla berlari-lari meski mereka sudah sampai di tempat biasa mereka duduk-duduk berdua menghabiskan sore bersama.”rio....awas.... nantiii......”
“bruuukkk!!!!” belum sempat shilla menyelesaikan kalimatnya yang sebenarnya tinggal satu kata lagi. Kata pelengkap kalimatnya sudah terjadi. Jatuh. Ya mereka jatuh. Bahkan shilla sampai terpental beberapa senti dari rio.
Shilla sedikit memajukan bibirnya. Pura-pura merajuk. Dan dengan kasar dia menepuk-nepuk celana jins nya bermaksud untuk membersihkannya karena sedikit kotor. Rio? Apa yang dia lakukan? Setelah terdiam sesaat akhirnya pria itu sadar bahwa kekasihnya tengah gila2an memajukan beberapa senti bibirnya.
Belum sempat rio berucap maaf dan kata penyesaan. Shilla memotong cepat,” rio! Kamu apaan deh. Kan tadi aku udah bilang, pelan-pelan aja. Kok kamu gak dengerin. Malah lari-larian gak jelas, di kiranya masa kecil saya kurang bahagia. Terus sekarang yang terjadi apa? Jatoh kan...”
Dan dengan penuh ketenangan rio mengusap kepala shilla yang masih kesusahan mengatur nafasnya setelah berucap dengan panjang nya. “maaf ya..” ujar rio tulus tidak lupa dengan senyum manisnya.
“maaf maaf... enak banget bilang maaf.. sakit tau!!” meski masih dengan bringas nya sudah terselip nada manja di kalimat shilla kali ini.
“maaf beneran ini, akunya nyesel.”
“Lagian tadi apaan deh pake gendong2 segala, biasanya juga gak pernah...”
Dan kembali dengan senyuman, rio menjawab santai “gak apa.. mumpung masih bisa.”
“eh...?”
“pulang yuuk, udah hampir malem.” Seperti tak memberi kesempatan pada shilla untuk mengklarisifikasi kebingungannya, rio menyela begitu saja.
***
Kamu masih sama seperti kemarin, tepatnya dua hari kemarin. Berarti ini hari ketiga kamu sama seperti itu. Waktu istirahat di lalui dengan Duduk di bangku taman sekolah, diam dan sendiri. Muka yang kusut, rambut di ikat apa adanya, lingkaran hitam di sekeliling mata, tatapan kedua telaga bening matamu tampak kosong, dan kamu nampak beberapa kali menghela nafas panjang. Sesak sekalikah?. Kamu tak seperti dulu, sebelum 3 hari kemarin. Aku paham, paham sekali apa yang membuatmu seperti ini?. Mungkin begitu wujudnya jika sudah 3 hari tidak bertemu dengan kekasih tanpa kabar sama sekali. Gelisah kah? “tenanglah! Takkan lama lagi.”
“hei,” dan sapaan itu buktinya. Yang membuatmu yang sedang menangis sambil tertunduk seketika mendongak saat mendengarnya. “nikmatilah! Sebisa kamu”
Dan tidak butuh waktu lama shilla-kamu- menubruk tubuh tegap kekasihnya yang tengah tersenyum lebar tanpa dosa kearahnya? Lihatlah ekspresi pria itu seperti tidak menghargai shilla saja yang terus2an menangis atas kehilangan kabarnya. Tapi biarlah, saat ini shilla tak ingin memusingkan perihal ekspresi awal kekasihnya setelah tiga hari tak bertemu dan tanpa kabar itu. Yang dia ingin hanya satu. Melepas rindu. Jika terpenuhi, itu saja sudah lebih dari cukup.
Dan dalam peluk si pria pun shilla masih tetap menangis. Membuat rio-si pemuda- dengan sayang mengelus rambut panjang shilla, bermaksud menenangkan. Yang sesekali dia berucap”cuup.. cuup.. shilla sayang udahan donk nangisnya.”
Bel tanda masuk dan mulai kembali pelajaraan setelah istirahat yang di beri waktu selama 15 menit sudah berbunyi sekitar 10 menit lalu. Tapi tak membuat dua sejoli yang kini sudah duduk bersisian di bangku taman yang tadinya hanya di duduki salah satu dari mereka yaitu si gadis untuk beranjak. Mereka masih ingin bersama. Masih ingin memberitahu satu sama lain, kalo aku kangen banget lo sama kamu..
“kamunya gak boleh nangis lagi ya kalo aku tinggal2 gini, ashilla zahrantiara nya mario stevano gak boleh cengeng, harus kuat kayak samson, hehehe...” shilla tersentak juga dengan ucapan rio, apakah itu berarti rio akan sering menghilang seperti ini lagi. Tolong siapapun katakan padaku, kalo pikiranku gak akan mungkin banget terjadi. Pikir shilla sakartis.
“eh, kok malah diem. Aku lagi ngelawak nih. Gak lucu ya?” ucap rio seketika merusak pikiran yang telah shila bangun, dan mau tidak mau shilla tertawa juga mendapati rio mengucapkan nya dengan tampang polos gak ketulungan.
Dan dengan mengacak lembut rambut shilla, rio berkata.”nah ketawa gitu kan cantik.” Dan shilla membalasnya dengan senyum manis nya, Sebelum rio kembali berkata.”kamu ini, ngapa kayak gini?. Jangan nangis terus ya kalo gak ada aku. Harus tetep senyum. Harus tetep bahagia dan semangat kayak shilla biasanya, dengan atau tanpa akuu....” meski nada rio terdengar biasa. Tapi yakinlah, terselip keseriusan di tiap katanya.
“iya, aku janji gak kan nangis lagi. soalnya kita bakal bersama selamanya. Ya kan?” ucap shilla, tak mengerti arti apapun.
“aduh.. “ rio menepuk jidatnya sendiri.”sekarang jam nya pak duta ya?” tanya rio yang dengan shilla hanya di tanggapi dengan anggukan kebingungan. bingung memikirkan karena dia lupa-lupa ingat juga ini jam siapa dan bingung memikirkan karena rio terkesan mengalihkan pembicaran.
“masuk ah yuuk!!! Tu guru kan killer banget.”
***
Kamu kembali terpuruk. Sangat amat terpuruk. Dan ini tidak hanya hari ketiga, hari ini sudah hari ke 33, sama arti dengan sebulan 3 hari. ayolah! Jangan seperti itu. Tepatilah janjimu padanya yang akan selalu senyum dan semangat dengan atau tanpa dia. percuma!!! Percuma saja sepertinya menasehatimu yang sepertinya sangat merindukannya. Memikirkannya. Bahkan mungkin meragukannya. percayalah. dia pun juga tengah berusaha!!
Kenapa kamu tak pernah bisa menghentikan air matamu saat tak ada dia. tak ada alasan lainkah untukmu bahagia, selain dia. atau perlukah kamu tau sebenarnya.“ku mohon jaga semua ini, hanya kamu satu-satunya yang tau.”oya!!! Hanya boleh aku saja yang tau.
***
Dia kembali menatap refleksi dirinya di cermin besar kamarnya. Jas hitam dengan celana dasar senada dengan warna jas yang ia kenakan nampak pas di tubuhnya, rambut berantakan alanya di sisir sedikit rapi untuk menyesuaikan pakaian yang ia kenakan. Di tatapnya dalam penuh kesenduan bayangan itu, masih tetap tampan. Meski tak segagah dulu.
Merasa sudah cukup lama saling pandang dengan sang bayangan, dia sadar akan sesuatu. Di liriknya sebentar jam tangan bermerk yang melingkar pas di tangan kirinya, lalu dengan segera mengambil keperluan yang di butuhkan untuk di bawa pergi dan keluar dari kamar miliknya yang tak kalah besar.
Tak langsung menuju pintu utama keluar rumahnya, dia menuju dapur terlebih dahulu, yang dia yakini ada seseorang yang ingin dia temui saat ini. Setelah sampai, dan benar saja. Seseorang itu ada .
” mamaa...”panggilnya manja.
“eh,, kok anak mama udah ganteng banget. mau kemana?” sahut mamanya menyadari anaknya berpenampilan tak seperti biasa.
“iya nih ma, aku mau tampil di acara pensi sekolah. Mama nonton yuukkk..” ucap rio-DIA- masih dengan manja.
“lho? Pensi? Bukannya kemaren sekolah kamu baru aja ngadain studytour ke australia 1 bulan lebih. Kok sekarang ngada2in pensi. Sekolah kamu ada apa deh yo? Banyak banget acara?” Tanya mama rio heran juga. Siapa juga yang tidak heran dengan kejadian seperti itu.
“eh.. itu maa.. eemm” dan lihatlah rio, kelabakan sekali menjawabnya. Apa yang sebenarnya terjadi. Siapa yang tau? ”emm... gatau juga sih ma, kalo rio mah sebagai siswa yang baik, nurut2 aja. Hehe..jadi mama nonton yuukk?
Merasa tidak ada yang aneh, mama rio menjawab semestinya.”mama gabisa sayang, mama lagi nyiapin makanan buat ibu-ibu arisan. Nanti giliran di rumah mama. Lagian, kamu ini manja banget, kayak anak SD aja mau pentas minta di tontonin. Hehe..”
“jadi mama gabisa nih. Yaudah deh, gak maksa. Kalo gitu pamit ya ma, do’ain rio sukses.” Dan dengan senyum merekah rio berpamitan dengan mamanya sambil mencium telepak tangan sang mama. Rio berucap ”rio sayang banget sama mama”
“den rio gak makan dulu, udah bibi masakin kesukaan den rio nih.” Bi inah pembantu yang sudah mengabdi lebih dari 10 tahun pada keluarga rio menyela begitu saja di kegiatan rio berpamitan.
“gak deh bi, belum laper. Tapi ngomong2 makasih ya bi, udah masakin masakan yang enak2 buat rio selama ini.”
“ah aden bisa aja. Sama2 den, asal aden seneng semua nya bakal bibi lakuin. Hihi..
“ih, bibi bisa aja.. rio pamit ya bi.”
Rio mulai berlalu dari dapur dengan senyuman yang terus merekah di bibirnya,menegetahui fakta bahwa genit juga pembantunya yang sudah berumur lebih dari setengah abad itu.
“eh, mbak susi mau bersihin kamar rio ya?” rio berucap ketika mendapati susi salah satu pembantunya juga, menuju ke kamarnya.
“iya ini mas, baru akan saya bersihkan.”
“gausah deh mbak. Biar nanti aku bersihin sendiri aja. Mbak susi istirahat aja.”
“tapi mas......”
“Udah udah.... mbak susi nurut aja. Mumpung udelku lagi bolong nih mbak. Yaudah, aku pamit ya mbak.”
Hingga rio keluar rumah dari pintu utama, senyumnya tetap merekah. Entah apa arti dari senyum itu. Tak seperti dia biasa nya.
“pak jono, rumputnya dah rapi tuh. Istirahat dulu..” teriak rio pada tukang kebun yang di temui di taman halaman depan rumahnya.
“iya den”
“aku pamit ya pak, do’ain aku.”
Rio sudah berada di dalam mobil BMW kesayangannya. Terdiam. Bibirnya yang sedari tadi tanpa henti melengkung manis membentuk sebuah senyuman kini sudah datar tanpa arti. Entah karena otot2 senyumnya pegal atau karena apa.
Rio mengambil HP layar sentuh miliknya, mengotak ngatik sebentar lalu menekan tombol deal.
“Tut.. tuut.. tuut.. “ nada tunggu panggilan yang rio lakukan menjadi pusat konsentrasi rio saat ini.
“hallo... hallo.. rio.. ada apa nak?”
“gak ada apa2 pa, Cuma mau pamit, dan minta do’anya. Mau tampil buat pensi. ”
“iya nak. Sukses ya.”
“ papa kapan pulang?”
“mungkin lusa nak,”
“lama banget pa, gamau ketemu rio lagi apa? Yaudah, udahan ya pa. Abis ini mati. Beliin aku pulsa.
bye. Sayang papa.”
Dan tanpa menunggu jawaban dari sang lawan bicara, rio sudah mematikan sambungan teleponnya. Dan mulai melaju menuju ke sekolah yang sudah 1 bulan ini tak dia jamah sama sekali. hal apa saja yang sudah terjadi Saat dia tak ada?. Dan gadisnya? bagaimana kabarnya?
***
Pensi tahun ini meriah. Penuh dengan semnagat dan kebahagian. Tapi tidak denganku. Hati ini hampa. Takut. Gelisah. Aku mengerti karena apa? Sahabatku.
Tak beda jauh denganku, kamu juga terlihat tidak baik-baik saja. Mungkin saat ini kita tengah dalam perasaan yan sama.
1 new massage.
sob, gue bentar lagi tampil.
Do’ain ya sob, biar tampilan gue kece.:P
jaga shilla. thx udah jaga rahasia gue.:)
“dan inilah. Penutup acara kita, yang mungkin akan menjadi penutup terspektakuler dan di harap2kan, dan mungkin juga takkan terulang untuk kedua kali nya. Kita saksikan bersama2 MARIO STEVANO ADITYA HALING....” host bercuap dengan semangatnya. Dan munculah pria tampan idola para wanita dari balik tirai belakang panggung, dengan setelan jas hitam dan menenteng gitar jikustik andalannya. Itu rio. Dan kamu nampak shock serta haru. Aku rasa itu.
“semoga penampilan saya bisa berkesan dan terkenang” ucap rio kalem, dan tidak butuh waktu lama para gadis berteriak heboh. Dan saat itu juga detik pengakhiran itu berjalan.
Usap air matamu
dekap erat tubuhku
Tatap aku
Sepuas hatimu.
Nikmati detik demi detik
Yang mungkin kita tak bisa rasakan lagi
Hirup aroma tubuhkan
Yang mungkin tak bisa lagi tenangkan gundahmu, gundamu
Reff
Nyanyikan lagu indah
Sebelum ku pergi dan mungkin tak kembali
Nyanyikan lagu indah
Tuk melepas ku pergi dan tak kembali
(detik terakhir_lyla)
Dan di petikan terakhir gitarnya,”bbruuukk!!” dia terjatuh dari duduknya. Aku tau. Aku tau karena apa?. Aku tau yang orang lain tak tau. Kanker otak stadium akhir.
“aku harap kamu tenang di sisi tuhan, mario.”
“RIIIIOOOO!!!!!” semua berteriak. semua histeris. Tapi suaramu yang tak terlalu dekat denganku. Terdengar paling jelas shilla. bersabarlah, relakan rio. Sesuai janjiku pada rio, Aku yang akan menjagamu kini.
***
Dan kini tepat 1 tahun setelah kejadian itu. Dan tak di sangka cerita itu begitu membekas untukmu, pemeran utama wanita di cerita itu.
Aku keluar dari persembunyianku, dari belakang sekumpulan bunga sepatu bermekaran. Menghampirimu. “sore shilla, hari ini apa kabarnya?” ucapku penuh kelembutan.
“rio rio.. liat deh langitnya bagus rio, langitnya bagus. Haha, haha, langitnya bagus. kamu suka kan, kalo begitu aku juga suka. hahahaha” Shilla berucap, tapi sepertinya bukan untuk menjawabku. Entah menjawab atau berkata apa?
“shilla sudah makan belum??
“kamu bukan rio? Kamu bukan rioo??”
“iya shilla, aku bukan rio.”
“Aaaaaa!!!... aku mau rio, aku mau rio. Mau rio. hiks hiks hiks.” dan saat setelah dia tertawa berbahak tadinya sekarang dia menangis dan mengamuk. Hal yang Wajar untuk gadis berbeda seperti dia.
Dan masih dengan kesabaranku, ku peluk tubuh shilla yang semakin nampak kurus dan nampak tak sehat itu. Biarlah tubuhku sakit di pukul dan di cakar. Asal aku bisa menenangkanmu.
“tenanglah shilla. Ada aku di sini. Bukan rio. Tapi CAKKA.”
Aku memejamkan mata, menikmati detik yang sangat terasa indah, dimana shilla yang kini gadisku di dalam pelukku dengang tenang walau hanya sementara. Aku tak bisa menjamin untuk waktu seterusnya, bisa saja dia mengamuk bahkan tertawa. “Dan rio. lihatlah aku. aku masih disini, menjaga gadismu yang kini menjadi gadisku. Meski gadisku gila.”
THE END