Senin, 12 Agustus 2013

Kamu Untuk Aku ( Part 16 )


Datangnya bisa kapan saja
Tak di duga, tak di sadari
Mengalir pelan, lembut, hingga akhirnya terasa
...... Cinta

Cahaya keemasan merambat menembus celah kecil dalam gorden yang tertiup angin. Dapat ia rasakan kehangatan menerpa kulitnya. Empat hari sudah pemuda itu meringkuk di salah satu ruangan rumah sakit ini.

“tok..tokk..” alvin terperanjat dari lamunannya. Menduga-duga siapa yang baru saja mengetuk pintu kamarnya.

Belum mendapat gambaran siapa yang baru saja mengetuk pintu kamarnya, pintu kamarnya sudah terbuka sebagian, menampilkan gadis berambut pendek yang saat ini tengah tersenyum lebar kearahnya. Senyuman yang menampilkan lesung pipi di kedua sisi pipi gadis itu.

“hai vin..” gadis itu menyapa alvin ceria.

Mau tak mau alvin di buat tersenyum melihat kehadiran gadis itu.”hai vi, akhirnya datang juga..”

Sivia mengedarkan pandangan, ke seluruh penjuru ruang rawat inap alvin setelah terkikik pelan. ”sendiri?”

Alvin mengangkat bahunya,”sebenarnya tadi ada mama, tapi barusan aja pulang. Ngambil ganti katanya..”

Sivia membulatkan mulutnya.”kirain.. gak ada yang peduli sama lo.”

Gantian Alvin terkikik, seenaknya saja sivia bicara.“gak masalah sih, kalo gak ada orang lain lagi yang peduli sama gue. Yang penting lo tetep peduli.”

Sivia terbahak.”gue gak bilang sih kalo gue peduli sama lo..”

“tapi.. apa namanya jenguk gue. Dengan tanpa di minta?”

Sivia diam, melengos sebal mendapati wajah alvin yang sekarang tengah senyum-senyum menggoda ke arahnya.”PD banget sih vin, gue mau nepatin janji kali, itu pun kalo lo udah bener-bener baikan.”

Alvin mengubah ekspresi menggodanya, ternyata tidak mudah untuk membuat gadis itu tersipu dan salah tingkah. Lalu mengingat-ngingat janji apa yang sudah di buat sivia. “aduh.. rayuan gue gak berhasil nih kayaknya.”

Sivia tertawa pelan.”jadi gimana? Udah baikan..”

“udah nih..” alvin duduk dari tidurnya.”ayook. gue siap..”



***



Ify mematut dirinya di depan cermin lagi. Lalu tersenyum bangga melihat pantulan dirinya yang begitu menawan sore itu, meski hanya di balut dress berlengan gelembung berwarna biru muda yang simple.

Ify lebih mendekatkan lagi wajahnya dari cermin, memberi sedikit polesan merah muda di kedua pipinya, yang ia pikir mungkin bisa menambah manis penampilannya. Dan benar saja, ia semakin terlihat sempurna.

“fy.. “ seseorang yang membuat ify berdandan secantik ini baru saja menyembul dari pintu putih kamarnya.”udah siap?..”

Ify bergelagat salah tingkah, khawatir pemuda tersebut melihat aksinya senyum-senyum sendiri di depan kaca. “udah kok io.. ayukk.” Ajaknya begitu berhasil menemukan tas yang juga sudah di persiapkan senada dengan warna dress yang ia pakai.

Ify menyusul rio yang sudah berjalan terlebih dahulu darinya, begitu dia sudah berhasil mensejajarkan langkahnya, ia genggam tangan pemuda itu dengan lembut.

Rio sedikit tersentak, saat tau-tau tangan ify menggenggam tangan kirinya secara tiba-tiba. Tapi meski begitu ia membalas genggaman tangan mungil itu juga, mengacak lembut pucuk kepala ify dengan tangan kanannya.”cantik banget sih princess blue siang ini..” ucap rio manis.

Ify hanya bisa tersipu malu. Entahlah, sudah 3 hari ini dia tidak bisa menahan diri untuk tidak bertingkah menjadi gadis yang lebih dari sekedar sahabat pada pemuda itu. ia bersikap malu-malu, berdandan secantik mungkin, bertingkah lembut, memberi perhatian lebih, dan sikap-sikap lain.. yang biasanya di lakukan seorang gadis pada kekasihnya.

Jangan salahkan ify atas perubahan sikapnya. melainkan salahkan pemuda ini, salahkan pemuda yang sudah 3 hari ini juga bersikap manis padanya, memberi perhatian-perhatian kecil yang membuatnya melambung, dan siap memeluk lembut tubuhnya jika hatinya sedang gundah gulana. Terhitung dari kejadian dia menangis frustasi di kamarnya tempo hari.

“silahkan masuk princess...” ujar rio bak pangeran yang membukakan kereta kencana untuk sang tuan putri.

Ify kembali tak bisa berkata-kata, hanya membalas perlakuan rio dengan tersenyum manis. Lalu mengikuti perintah pemuda itu untuk memasuki mobil rio, dengan anggun.

“kok tumben pake mobil ini. aston-nya mana?” tanya ify begitu rio sudah masuk dan duduk di belakang kemudi.

“yang itu kan cuma muat buat dua orang, ntar shilla nya taro mana?” Jawab rio santai, tangannya sudah bergerak lincah di gagang persneling.

Ify tersentak..”emm, dia ikut?”

Rio menoleh ify sekilas, tersenyum lebar sebelum membalas pertanyaan ify.”iya fy, dia udah ngebet banget pengen jengukin si Alvin.”

Ify membulatkan mulut sambil menganggukkan kepalanya pelan. Hatinya berdenyut nyeri, harus di ingatkan dengan kehadiran gadis lain di sisi pemuda tampan di samping kanannya. Menyadarkannya, bahwa sensasi kebahagiaan 3 hari ini ternyata tak abadi, tak konkrit. Hanya fantasinya yang berlebihan akan harapan kisah bahagianya dengan pemuda di sampingnya. Hanya khayalan, hanya imajinasi.... bodoh.


***


Shilla mendengus lagi, kepalanya di sandarkan di kaca mobil yaris yang membawanya memecah keramaian jalanan ibukota sore itu. Sesekali melirik kesal 2 anak manusia yang sekarang sedang bernyanyi bahagia di depannya, setelah si laki-laki berujar..”lagu kesukaan lo nih..” yang oleh si perempuan di jawab..”ayo kita nyanyi bareng, udah lama nih gak nyanyi bareng..” dan oleh si laki-laki di setujui dengan mengangguk semangat.

Do you hear me? I'm talking to you

Suara si laki-laki mulai terdengar, tanpa sadar shilla tersenyum mendengarnya, suara itu sedikit membangun moodnya yang sudah berantakan. ia tatap lekat-lekat si laki-laki yang menyenandungkan lagu lucky itu dengan manis.

Across the water across the deep blue ocean

Shilla semakin di buat hanyut dengan suara berat milik laki-laki tersebut. Rasanya semakin tidak rela berada dengan suasana seperti ini, suasana di mana tidak hanya dia perempuan yang berada satu mobil dengan laki-laki tersebut.

Under the open sky oh my, baby I'm trying

Aaaaa. Shilla memekik tertahan. Rasanya ingin bertepuk tangan sekeras-kerasnya. Memberi penghormatan tertinggi atas suara si laki-laki yang luar biasa indahnya.

Boy I hear you in my dreams

Shilla melirik cepat ke serong kiri depannya, menghentikan khayalannya. Menatap tidak suka perempuan yang kali ini bersenandung.

I feel your whisper across the sea

Shilla masih menatap tidak suka perempuan di depannya. Semakin tidak suka setelah menyadari si perempuan bernyanyi dengan terus menatap laki-laki -yang harusnya miliknya- dan dengan tatapan yang tidak biasa, seperti.. penuh makna.

I keep you with me in my heart

Shilla mengalihkan pandangan, saat ini sepertinya melihat jalanan yang selalu ramai jauh lebih baik ketimbang harus melihat perempuan yang nampak bahagia bersanding dengan pemuda yang mengaku mencintainya. Mencintainya? Apa dengan membuat orang yang di cintai menderita seperti ini bisa di katakan mencintai.

You make it easier when life gets hard

Dengan perlahan, shilla mengambil nafas dalam-dalam. Menyiapkan temeng sekuat mungkin mengingat perjalanan menuju rumah sakit sepertinya akan terasa semakin lama. Bisa saja, dia akan melihat kejadian yang lebih memuakkan untuk di saksikan.

Lucky I'm in love with my best friend

Dan benar saja. baru saja, dengan berani perempuan cantik berambut ikal tersebut menarik salah satu tangan si laki-laki yang lalu di genggam dengan dua tangan, dan lihatlah, si laki-laki meski awalnya terlihat terkejut, akhirnya membiarkan tangannya di dekap kuat-kuat dengan tangan mungil si perempuan. Aihh, sebenarnya laki-laki ini pacarnya siapa?

Lucky to have been where I have been

Shilla rasanya sudah hampir menangis. Merutuki 2 orang yang bisa-bisanya bahagia di hadapannya yang sedang menderita. Otak Shilla mulai memutar memori kenangannya bersama si laki-laki. Kenangan di mana biasanya dirinya yang duduk di samping kiri laki-laki ini, di tempat yang saat ini di duduki perempuan yang masih menampilkan senyuman bahagia. Rasanya jika ia hanya berdua dengan laki-laki ini, tak sebahagia seperti apa yang di lihat sekarang, rasa nya tak semenyenangkan ini. tapi.. atau.. sebenarnya bisa sebahagia ini, bisa semenyenangkan ini, tapi karena dirinya tak peduli, Akhirnya.. dia tak merasakan apa-apa. Membuatnya menjadi sekedar angin lalu, yang sekarang angin itu di harapkan untuk kembali, untuk bisa terulang.

Lucky to be coming home again

Jadi, jangan salahkan si laki-laki ini shilla. bukan kah laki-laki ini sudah sangat berusaha selama ini? ini sangat jelas untuk membuat kamu sadar, sadar dengan tekad laki-laki ini, sadar dengan usaha laki –laki ini. dan segala rasa memilukan di hati mu saat ini, SELAMAT MENIKMATI.

Shilla akui, ia merasakan sengatan perasaan aneh saat melihat pemandangan di depannya kini. Seperti sengatan perasaan marah yang membuat dadanya panas. Membuatnya terdorong untuk mengambil si laki-laki dari perempuan cantik di samping kirinya secara paksa. Dan lalu, berteriak galak kepada si perempuan.”dia punya gue, kalo lo mau rebut dia dari gue, langkahi dulu mayat gue..” Shilla menyerengitkan keningnya sambil tangannya memain-mainkan ujung seragamnya. Apa dia sedang di landa cemburu? Oh, astaga. Kalau benar-benar ia cemburu berarti dia mempunyai perasaan lebih pada laki-laki ini. apa dia sudah bisa mencintai laki-laki ini? itu.. mungkin saja. mungkin saja dia sudah mencintai laki-laki ini tanpa sadar. Tapi itu terlalu....

“lo belum makan shill?”

“ha.. apa?” shilla langsung bergelagat gelisah.”a..pa io?” ulangnya terbata.

“lo belum makan?” tanya rio-si laki-laki- lagi.

“emm udah kok. Emm memang kenapa?”

Rio tersenyum, melirik sekilas shilla dari spion mobilnya. Merasa ada yang tidak beres dengan shillanya yang sangat pendiam hari ini. “ya abis tumben kalem gitu, kirain belum makan jadinya gak punya tenaga buat nyolotin gue..”

Shilla memutar bola matanya sebal. Tidak ada niatan menanggapi –lagi- laki-laki ini. Well, stop untuk memikirkan hal yang tidak-tidak tentang laki-laki gila ini. Untuk arti perasaan tidak enak nya saat ini, akan shilla cari tau lain kali. Dan, juga. shilla tarik tentang pernyataan yang mengatakan ia sudah mencintai laki-laki ini. dan buat lo ify-si perempuan- peduli setan lo mau rebut rio..


***


Alvin mengedarkan pandangannya ke seluruh penonton di depannya, dengan senyuman ia pandangi satu-persatu malaikat-malaikat kecil yang saat ini tengah tertawa lepas, seolah tak ada beban. Ia baru saja selesai mendongeng tentang si kancil yang cerdik kepada mereka, mereka yang terlalu kecil untuk menanggung beban yang menurut alvin... terlalu besar.

Ia belum mengubah posisinya, masih duduk di salah satu sofa empuk berbentuk bola yang berada di pojok ruangan besar yang penuh dengan mainan itu. Meski, anak-anak yang baru saja melihat aksinya mendongeng kini sudah berhamburan untuk kembali bermain.

“hai kak..” alvin sedikit terkejut, sesosok gadis kecil saat ini sudah berdiri 2 langkah dari dirinya dengan memeluk boneka kancil yang tadi ia gunakan untuk mendongeng.

“hai cantik.. ada yang bisa kakak bantu?..” tangan alvin yang panjang menjangkau gadis kecil itu untuk lebih mendekatinya. Gadis itu mendekat dengan senyuman malu-malu.

“aku boleh duduk di sini?” tanyanya pelan, ia menunjuk ke pangkuan alvin.

Alvin tersenyum, lalu setelahnya mengangkat tubuh ringan gadis kecil itu ke pangkuannya.” siapa nama kamu cantik?” tanya alvin setelah memastikan gadis kecil itu sudah nyaman berada di pangkuannya.

Gadis kecil itu tersenyum malu-malu lagi.”aku lala. Aku suka dongeng kak alvin.”

Alvin tersenyum lembut.”terima kasih princess lala, kak alvin merasa sangat tersanjung.”

Lala terkikik. Benar-benar merasa terhibur dengan kehadiran alvin di ruangan ini.”kak alvin sakit apa?”

Alvin melihat arah pandang lala, menuju ke baju pasiennya.”demam berdarah la..”

“apa penyakit kakak bisa di sembuhkan?” tanya lala polos.

Alvin mengangguk.”iya lala.. demam berdarah bisa di sembuhkan..” jawabnya, meski tak mengerti maksud dari setiap pertanyaan lala.

Lala tersenyum senang.”apa.. aku... boleh minta sesuatu sama kakak?”

Alvin tersenyum. “tentu saja, princess lala mau apa dari kak alvin.”

“...lala, sini minum obat dulu nak..”

Lala segera merosot dari pangkuan alvin, lalu setelahnya segera berlari-lari kecil meninggalkan alvin, mengurungkan permintaannya yang belum sempat di sampaikan

“vin..” alvin lagi-lagi di buat terkejut, ia menoleh ke arah sivia yang sudah duduk di samping kirinya.”lala gadis kecil yang cantik ya vin?” sivia sempat melihat alvin dan lala terlibat percakapan kecil.

Alvin mengangguk semangat.”iya.. she is like a little angel.” Ia mengamati lala yang saat ini sedang di bantu meminum obat oleh salah satu perawat di ruangan itu.

“iya.. little angle yang malang..” sivia mengucapkannya dengan sendu, alvin sampai tidak berani untuk menyela.”dia kanker otak, stadium akhir. Kata dokter umur dia gak lebih dari sebulan lagi.”

Nafas alvin tercekat di tenggorokan, mengetahui fakta gadis manis bertopi yang baru saja terlibat percakapan kecil dengannya memiliki kisah hidup yang memilukan. Ia menoleh ke kiri, melihat sivia yang saat ini tengah menunduk lesu di kirinya.

Tidak mendapati tanggapan dari alvin, yang malah menatapnya dengan tatapan yang sulit di tebak. Sivia mengabaikannya, mengambil kursi roda untuk alvin.“yuukk. kayaknya ini waktu nya buat lo kembali ke kamar lo.”

Lamunan alvin buyar. Tersenyum sekilas melihat sivia yang sudah siap dengan kursi roda untuknya. lalu menuruti ajakan sivia, Meninggalkan ruangan dengan cat warna-warni yang begitu indah. Ruangan yang di khususkan untuk tempat bermain bagi para anak-anak penderita kanker. Para malaikat-malaikat kecil itu.



*




Sivia benar-benar mengantar alvin hingga pemuda itu kembali berbaring di bednya dengan nyaman. Tidak berlama-lama, sivia pun segera undur diri dari hadapan alvin, karena mengaku punya urusan lain.

Tidak lama dari kepergian sivia, alvin sempat berfikir ia akan melalui jam-jam berikutya dengan bosan. Tapi ternyata fikirannya salah, saat kedua sahabatnya di tambah satu gadis manis kekasih dari salah satu sahabatnya, datang.

Sudah 4 hari ini alvin di rawat, sudah selama itu juga ketiganya tak berkumpul seperti sekarang. Berbagi cerita, tertawa bersama.

“gue kapan sembuh ya io?”

Rio mengangkat satu alisnya.”ya mana gue tau vin... kenapa? gak betah lo di sini?”

“iyanih, gue udah kangen banget tidur sama lo.”

oh come on boy! kenapa dari sekian banyak hal yang bisa lo kangenin, kenapa lo milih tidur bareng gue untuk di kangenin.. obat-obat yang lo konsumsi gak bikin orang jadi homo kan?”

Dan.. semuanya. Kecuali shilla. tertawa.

Untuk shilla, Sebenarnya ia ingin ikut dalam tawa itu, mengingat rio sangat terlihat sebal mengucapkannya. Tapi dia belum siap menjadi perhatian jika dia melakukan tindakan yang pasti sangat memancing perhatian itu. Saat ini dirinya sedang duduk di sofa yang di sediakan untuk pengunjung ruangan rumah sakit itu, letaknya tidak terlalu jauh dari bed pasien, Setidaknya ia masih bisa mendengar percakapan tiga sahabat yang sejak tadi sebenarnya.... seperti menganggap nya tidak ada.

“nih yo...”

Shilla bisa melihat dengan jelas adegan itu, masih tentang si perempuan dan si laki-laki. Ify dan rio. Baru saja, ify menyuapi sepotong apel pada rio, yang lalu oleh rio di lahap setelah sebelumnya memberi senyuman sekilas pada ify.

“well, ini gue yang sakit, kenapa rio yang di suapin..” alvin membuka suara, berpura-pura merajuk.

“ya soalnya setau gue sih, lo gak suka apel vin..”

Alvin tersenyum senang, ify seperti mengerti banyak akan dirinya. “si ify perhatian banget ya io, nyampe tau gitu apa yang gak gue suka...”

Rio menyeringai. Ia genggam tangan alvin lembut.”si ify juga taunya dari gue. Jadi gue yang sebenarnya parhatian sama lo.”

Ify bergidik ngeri mendengar rio mengucapkan itu dengan nada yang terlalu manis.”oke sekarang kalian benar-benar seperti pasangan homo.”

Alvin tertawa pelan. “ya gak lah fy.. lagian kan si rio punya pac..” alvin menghentikan ucapannya, menoleh ke arah sofa kamar inapnya.” Shilla .. sini shill, diem aja.. nyampe hampir lupa kalo ada lo juga di sini.”

Shilla mendongak, dan tiga orang yang dari tadi ia amati kini balik mengamatinya. Ia Berdiri sambil menggaruk belakang kepalanya, dan dengan ragu melangkah mendekati bed alvin. lalu setelah sampai ia mengambil posisi di kiri rio, membuat rio sekarang di apit dirinya dan ify.

Rio mengamati shilla, lama. Benar-benar ada yang tidak beres dengan gadis yang tiba-tiba menjadi seperti orang bisu ini “kamu kenapa?” Shilla menoleh ke samping kirinya.”kenapa diem terus dari tadi? Beneran gak lagi laper kan?”

Shilla mengerucutkan bibir, pemuda ini ternyata tak berhenti mengejeknya. Tapi.. memang shilla sebenarnya tidak tau ingin memberi alasan apa.

“kenapa? Sakit?” gugat rio, tangannya di tempelkan sebentar ke dahi shilla, dan tidak ada yang aneh dari suhu tubuh shilla.

Shilla bingung, memang ia tidak punya alasan kuat mengapa bisa jadi sependiam ini, yang ia tau ia hanya jadi malas berbicara setiap kali... ah.. bahkan dia juga tidak tau ia malas berbicara karena apa. ”... gue memang sebenernya laper.” Ujar shilla asal.

Rio menyeringai, melihat sebal ke shilla yang masih menampilkan wajah tanpa dosanya. ”emm, yaudah vin, kita keluar bentar ya. “

Rio sudah menggandeng tangan shilla kuat, dan menggiring perempuan itu meninggalan ruang inap alvin, tanpa menunggu jawab dari si pemilik ruangan.


*



Shilla tidak menyangka, begitu dia memberi alasan yang bukan sebenarnya. Rio langsung menyeretnya kesini, ke kantin rumah sakit.

“ayo di makan, jangan di lihatin aja.”

Shilla mulai menyantap makanannya, pelan.”lo gak makan?”

Rio hanya menggelengkan kepala. “lo kalo lagi laper, ngeri deh shill.” shilla menyerengit. ” Ya bagi gue, dengan lo diem gitu , lo jadi dua kali lipat lebih mengerikan. Gue gak bakal bawa lo kemana-kemana deh kalo lo lagi laper.” Tambah rio, dengan terkikik pelan di akhir kalimatnya,

Shilla tersedak. Dia tidak menyangka rio bisa begitu percaya dengan alasan bohongnya. Sebenarnya ia menjadi merasa masalah. “ ...emm, yo. Memang kak ify gak papa, kita pergi berdua begini..”

Rio mengangkat satu alisnya. Merasa sedikit aneh dengan topik pembicaraan yang shilla angkat.

Shilla langsung bergelagat salah tingkah, menyadari rio yang langsung menatapnya aneh begitu dengan tiba-tiba dia menanyakan hal ini.“..ee~ gue ngerasa gak enak aja...”

“ify, sahabat gue. Sewajarnya sih dia gak masalah kalo sahabatnya pergi sama pacarnya.”

Shilla menghela nafas. Gimana kalo kak ify gak wajar. “ kak ify itu.. cantik banget ya io, anggun. Dia juga keliatan smart banget. Gue gak nyangka di dunia ini bener-bener ada cewek  yang perfect banget kayak dia.”

Rio masih belum bisa menerawang arah pembicaraan shilla. ia lebih memilih diam dengan alis yang saling bertautan.

“apa lo gak suka sama dia?.. ee~maksud gue suka dalam artian yang sesungguhnya.. emm~ sayang atau ee~mungkin cinta. Karena gue lihat kalian cocok banget, dan kak ify keliatan sayang banget sama lo..”

Shilla melirik rio sebentar, menghela nafas lagi saat pemuda itu malah tak bergeming, mungkin pemuda di hadapannya itu baru saja sadar, dan berfikir apa yang ia katakan ada benarnya.”jadi.. maksud gue.. ngapain lo milih gue. Kalo ada kak ify ee~ yang jauh lebih baik... gue- gak ada apa-apanya di banding kak ify.”

Rio menautkan alis, menatap curiga shilla. ia diam cukup lama, untuk memahami situasi saat ini. ”emm, jadi gini ya bentuknya kalo monyet lagi cemburu...” ujarnya dengan pandangan geli.

Shilla cepat mendongak. Melotot dengan mulut ternganga. ”enggak!! apaan sii.. lo kira lo siapa? gue cemburuin.. isshh. Gue mau nyadarin lo aja kok..”

Rio mengangkat bahunya. Terserah shilla mau bilang apa, yang pasti.. pemikirannya menyimpulkan jika gadis di hadapannya ini sedang.. cemburu. ”kalo memang gue dari awal milih ify, gue gak akan pernah coba-coba buat milih lo shill. gue cukup mengenali ify, gak perlu mengenali lo atau yang lain. Gue udah memilih di antara banyak pilihan, ify juga termasuk dalam pilihan itu. dan pilihan gue itu.. lo. dan di saat gue udah milikin lo, kesempatan memilih gue udah habis. Because you.. will be the only one and.. forever

Shilla menelan ludah, tidak tau harus merasa senang atau merasa ngeri. Di beri pengikat yang begitu kuat oleh rio. Tapi yang ia tahu pasti, hatinya kini lebih ringan. Ia tiba-tiba merasa sangat lega.



***



Kepergian rio dan shilla dari ruangan itu, malah membuat ruangan itu menjadi sunyi. Ify dengan gusar lagi-lagi melihat ke arah pintu masuk, lalu menghela nafas kasar, setelah tau tidak ada tanda-tanda pintu itu akan di masuki seseorang.

“.. rio Cuma pergi sama shilla kok fy, gak lagi di culik atau kabur.. jadi.. kamu nya gak perlu khawatir banget gitu..”alvin membuka suara, mengangkat satu ujung bibirnya di akhir kalimat.

Ify menoleh ke alvin cepat, terkejut, dengan mata yang sudah melotot.”mm~ maksud kamu apa vin..?”

Alvin lagi-lagi mengangkat satu ujung bibirnya. Dia sudah tidak tahan lagi dengan semua drama ini.”kalo kamu gak mau rio di miliki orang lain. Harusnya kamu berjuang dari awal, dan gak biarin rio sampai jatuh ke cinta yang lain.”

Ify semakin di buat terkejut. Apa ini artinya topengnya selama ini sudah terbaca? Ia bahkan sampai tidak bisa membuka suara untuk menyangkal, yang memang sebenarnya tidak ada yang perlu di sangkal.

“Perjuangan yang baru kamu mulai ini terlambat fy... rio udah di miliki, dan.. sepertinya kamu gak buta buat liat rio yang sekarang udah bahagia.. jadi.. harusnya kamu terima ini, dan berhenti.. mulai dari sekarang.“

Seperti di cambuk ratusan kali, hati ify berdenyut nyeri mendengar setiap kata yang keluar dari mulut alvin. hahaha ia terlambat.. tapi bukannya lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali. Orang yang sudah menikah saja bisa di rebut, apalagi yang masih pacaran. Itu jauh lebih mudah bukan?

“..atau... kamu memang cewek gak berperasaan yang bakal nerusin perjuangan sia-sia kamu ini?.. shilla terlalu polos untuk ngikutin permainan kamu.  “

Ify tak langsung menjawab, sedang memikirkan matang-matang jawaban yang akan di lontarkan. “YA.. aku bakal milih ngelakuin itu... jadi cewek yang gak berperasaan.. aku bakal rebut rio dari cewek polos itu.. “ ify memberi jeda, mengangkat satu ujung bibirnya, meremehkan. ” gadis itu gak polos vin, Cuma SOK polos, dan itu yang mungkin ngejebak rio. Jahat kan dia... cewek sejahat dia gak pantes buat rio.. cuma aku yang pantes buat rio.. jadi aku juga yang bakal nyelametin rio.”

Kilat perlawanan di mata ify membara. Dia bahagia dengan rio yang selalu di sisinya seperti 3 hari terakhir ini, ia hanya ingin mempertahankan kebahagiannya, bukankah itu sesuatu yang .. wajar. jadi, ia akan terus maju. Berjuang.

Alvin masih tidak bisa menyembunyikan ketekerjutannya. Berkata seperti itu dengan maksud  membuat sahabat perempuannya ini sadar malah sekarang perkataannya balik menikamnya. Seperti memberi ide sahabatnya ini untuk terjerumus percintaan yang rumit.

“fy..” tegurnya pelan. Bahkan alvin yang sedari tadi gencar menyerang ify dengan kenyataan-kenyataan pahit yang harus nya bisa di terima gadis itu, sekarang mengkerut. Dalam rencana awalnya, di harapkan akan ada hasil ify yang akan menyerah dan menangis di pelukannya. Tidak ada ify yang melawan, ify yang sekarang menatap nya penuh dengan kelicikan. Dan itu membuat alvin sadar, ify yang sekarang bukan ifynya  yang dulu, bukan ify nya yang ia cintai. Ternyata benar.. cinta bisa merubah segalanya.

“.. makasih vin buat saran kamu. Kamu buat aku sadar, untuk dapetin rio aku gakbisa lemah, aku harus kuat.. Cinta ada untuk di perjuangin kan. Jadi gak ada yang perlu ngalah dan nyerah di sini... gue pamit”

Dan detik berikutnya, ify sudah menghilang di balik pintu. Alvin masih mematung dengan segala rasa menyesalnya. Tidak. Bukan seperti ini akhir yang di harapkan.

Alvin meremas rambutnya, prustasi. Gadis yang ia cintai semakin jauh untuk di gapai. Bukan. bahkan tujuan utama dari rencana nya bukan sebuah taktik untuk bisa menggapai gadis itu, hanya untuk membuat gadis itu sadar, dan akhirnya.. tidak perlu menderita setiap kali harus melihat pemuda yang di cantai gadis itu sedang bersama gadis yang di cintai pemuda yang di cintainya itu. ah lihatlah, bukan kah itu begitu rumit.

Tujuan alvin baik bukan, mengakhiri cinta rumit yang membelenggu gadis pujaannya. tapi sekarang lihatlah, alvin mengacaukan segalanya. Tidak hanya hubungan rio dan shilla yang mungkin akan kacau. dia pun begitu, Karena mungkin setelah ini.. ify akan menjauhinya perlahan secara teratur. Lihatlah. Ia menjerumuskan dirinya sendiri ke lubang kesengsaraan. Cinta diam-diam, bukan kah akan indah jika bisa merasakan moment-moment bahagia bersama seseorang yang di cintainya diam-diam ?. Dan dengan begini, mungkin alvin akan merasakan cinta diam-diam yang terabaikan. Yang sangat pahit.


***


“sivia...” sivia menoleh mendapati kakaknya sedang berkutat dengan beberapa buku di meja besar ruang makan.

“kakak tumben udah pulang..” sivia saat ini sudah duduk di samping kanan gabriel.

“iya, kakak mesti nyelesaiin persiapan pesta ulang tahun mama.” Gabriel membalik lagi buku yang di bacanya.”kue nya yang mana ya vi?” tanyanya pada sivia, sudah 2 kali gabriel mengkhatamkan buku katalog kue tart itu tapi ia tetap saja tidak dapet ide.

Sivia terkikik.”sini aku aja yang milih kuenya.”

Gabriel mendongak.”really?” sivia mengangguk untuk menjawabnya.”oke.. itu sangat membantu sistaa..” gabriel mengacak puncak rambut kepala sivia, penuh sayang.

Dan tidak sampai lima menit. sivia menunjuk kue tart vanilla berukuran sedang bertingkat dua.” gimana kalo yang ini aja... ini sederhana, tapi tetep elegan. Jadi kayak nya juga bakal cocok sama tema.”

Gabriel mengangguk-ngangguk, benar-benar menyetujui ide adik perempuannya.”itu pilihan yang bagus.. makasih ya”

“oke, bukan masalah.  Ada lagi yang bisa aku bantu kak?”

“emm..gak ada kok.. semuanya udah beres. Cuman tinggal milih itu aja, yang ribet banget. Dan sekarang juga ikut-ikutan beres, karena kamu. Dan oya... dress kamu juga udah beres..”

“oya?” mata sivia berbinar.”mana kak mana, mau liat.”

“tuh..” gabriel menunjuk dua kotak berukuran sedang yang saling bertumpukan di tengah-tengah meja makan.

Sivia menghampiri 2 kotak itu dengan mengangkat 1 alisnya. Ia membuka keduanya, melihat ada dua dress yang memiliki ukuran hampir sama, namun memiliki design yang berbeda.” Kok ada dua?”

Gabriel mendongak lagi, melihat sivia yang saat ini sedang menenteng 2 dress yang baru di antarkan sore tadi –dengan kedua tangannya. ”satunya buat shilla..” ucap gabriel, tersenyum di akhir kalimatnya.

Sivia menangguk-ngangguk, mencoba menegrti. Ternyata shilla sudah masuk ke kehidupan kakaknya sejauh ini. sebagian besar hatinya mencoba untuk tak mengacuhkan itu, tapi tetap saja ada satu tanya yang sebenarnya mengusiknya.”apa benar kakaknya mencintai gadis itu? gadis manis yang bahkan umurnya hanya terpaut beberapa bulan darinya?”. Ah entahlah, demi tuhan sivia bukan orang yang mempunyai hobby ikut campur urusan orang. Lagipula ia mengenal kakaknya, Ia sangat tau bahwa setiap langkah yang akan di lalui kakak satu-satunya ini selalu di pikirkan terlebih dahulu. Jadi, sivia pikir dia tidak perlu mengkhawatirkan apapun.



To be continued....

Part 17 : http://egaditya.blogspot.com/2013/09/kamu-untuk-aku-part-17.html