Sabtu, 31 Maret 2012

Kamu Untuk Aku (part 4)

Pertemuan pertama, kedua, dan ketiga mungkin masih atas dasar ketidaksengajakan.
Tapi jika sudah pertemuan –yang di fikiran tidak sengaja- ke empat dan seterusnya.
Apakah di fikir karena ketidak sengajaan?
 atau mungkin tuhan sudah turut andil dalam semuanya?.


*


Ify dan alvin tak hentinya terbahak bahagia menikmati segala permainan murah meriah potocopian dufan-pasar malam-. Hampir semua sudah mereka berdua coba. Tapi tidak dengan pria hitam manis yang menjadi pria kedua di antara ketiganya. Sedari tadi dia belum pernah mencoba bahkan menyentuh saja tidak segala wahana permainan dengan di hiasi lampu kelap-kelap itu. “males banget maen permainan murahan..” selalu begitu alasan yang dia lontarkan. Padahal dalam hati terdalam. “gue belum siap mati man..

“rio. Bayarin lagi!! Mau naik itu...” suara cempreng khas wanita itu keras dan melengking, dan sialnya tepat berada di telinga kiri rio yang tengah fokus menatap keramaian di depannya.
Dan itu membuat refleks rio mengelus telinga kirinya dengan mulut yang sudah dimajukan.

“belum capek apa? Udah dari tadi juga maennya? Pulang yuuk ah..” rio berucap sebal, pasalnya kedua temannya itu sudah bermain sejak satu jam yang lalu dan kini tak berhenti meminta untuk di belikan tiket bermain. yang walaupun di awali dengan mendumel, akhirnya di keluarkan nya juga uang 10ribuan untuk membeli tiket yang harga satuannya 5ribuan dari dompet kulit kesayangannya.

“belum..”jawab ify di akhiri dengan menjulurkan lidah kearah rio, lalu segera menghadap alvin yang berada di samping kirinya, “belum capek kan ya vin?” ify meminta persetujuan teman yang sedari tadi sudah menemaninya menjajal permainan2 unik di pasar malam itu karena rio yang mengaku males naik permainan murahan begitu.”alah cemen aja sebenarnya rio tuh..” simpul ify geli dalam hati.

“ya io, tinggal bayarin aja. Uang lo juga gak akan habis kalo Cuma bayarin beginian doank.” Alvin yang dari tadi hanya diam dan sekali cengengesan melihat tampang rio yang bisa aneh begitu akhirnya mengunjukkan suaranya.

“iya...” ify menyahut setuju dengan mengangguk-anggukan kepala nya cepat, lalu dengan tiba-tiba mengubah ekpresi nya memicingkan mata  kearah rio dan berucap.”sebenernya ikhlas gak sih lo minta maaf ke gue nya??”

Alvin tertawa seketika, di sambung oleh ify di sampingnya. Dan rio memutar matanya sebal dengan polah tingkah kedua sahabatnya. Memang rio bisa berada di sini sekarang karena janjinya pada ify, yang meminta di temani ke pasar malam untuk syarat minta maaf rio, dan merasa akan tidak sanggup sendiri akhirnya rio memutuskan mengajak alvin. Dan berakhir di sini, dia sengsara di pasar malam pada malam senin yang mendung. “rese!!” rio terus merapal rutukan tak kentara.

Setelah kepergian ify dan alvin menuju ke permainan yang mereka inginkan, rio melakukan rutinitas yang sama seperti tadi ketika menunggui kedua sahabatnya menyelesaikan permainan. Stay cool, dengan kedua tangan di masukkan ke saku, pandangan tinggi yang pongah, dan hanya memandang bosan ke orang yang lalu lalang di hadapannya.

Tatapan bosan penuh kepongahan rio terus beredar. hingga kini ada Satu tujuan arah mata rio. Di satu titik yang lumayan jauh darinya, tapi tampak begitu nyata dan mencolok. Gadis dengan ikatan biasanya, kepang kuda yang acak-acakan. Dan hei, siapa sangka rio begitu mengingatnya. Kehadiran gadis itu menimbulkan rasa menggelitik, heran, dan senang.

Di samping gadis itu ada pemuda jangkung dengan kemeja biru muda dan celana bahan hitam, “gak matching banget tau...” rio mencibir tidak jelas. Lalu kembali mengamati kehadiran gadis itu yang setelah di lihat-lihat tampak lebih manis dengan wajahnya yang hanya di sinari dengan remang lampu salah satu toko aksesoris di dekatnya. Dan tanpa sadar rio bergerak hingga melangkah mengikuti arah gerak sang gadis beserta pria yang tak di kenalnya.



*


Shiila berlari jingkrak-jingkrak tidak seperti halnya gadis umur 16 tahun pada umumnya. Dengan tangan kanan memegang gulali dan kanan kirinya menggandeng tangan acha, Salah satu anak didik gabriel. Dan di belakangnya, beberapa anak didik gabriel lainnya berlari-lari dengan tak kalah lincah dari shilla. sedang gabriel, hanya sekedar melangkah panjang di belakang rombongan untuk mengimbangi shilla dan bocah-bocah kecil didikannya .

Sedari mereka sampai di sini, tawa kebahagian tak berniat beranjak sedikit pun dari bibir mereka. Sebagian besar dari mereka yang biasanya datang ke pasar malam tak untuk bermain, melainkan mencari nafkah dengan mengamen atau bahkan mengais gelas plastik bekas para pengunjung. tentu tak menyia2kan kesempatan bermain sepuasnya dengan gratis seperti ini.

“emm zy, kakak mau ke kamar kecil dulu.. kamu jagain temen-temen kamu dan kak shilla sebentar ya.” Gabriel berucap pada ozy, untuk izin ke belakang sebentar.

“Oke deh kak..” ozy yang setelah menjawab gabriel di sertai acungan jempol, Mulai berlari lari kecil untuk mensejajarkan langkah dengan teman-temannya. Karena langkahnya sempat terhenti saat terlibat percakapan dengan gabriel.

“lho? Kak gabriel mana zy?” bastian yang pertama kali menyadari keabsenan gabriel di antara mereka segera mengajukan tanya pada ozy yang baru saja muncul di samping kirinya.

“ke kamar kecil sebentar katanya..”

Bastian mengangguk-ngangguk mengerti, lalu seketika tertawa kecil dengan tatapan jahil mengarah  ke gadis paling dewasa di depannya. “ aku punya ide bagus zy..?

“ha?...”

Dan di detik berikutnya, ozy dan bastian sudah terlibat bisik bisik yang di selingi kikikan kecil yang tertutupi oleh riuh suara pangunjung pasar malam.

“oyaya.. kak shilla kan penakut banget orangnya..” ozy berkomentar dengan berbisik usai bastian selesai mengajukan idenya melalui bisikan.

Lalu, merasa rencana nya sudah mantap, kedua nya segera melaksanakan ide yang di anggap bagus oleh bastian, dengan membisikkan kembali pada teman lainnya yang berjumlah 7 orang itu. tanpa sepengetahuan sasaran pastinya.


*



“kak shilla, ayo masuk itu?” ozy datang tiba-tiba, dan dengan tiba-tiba pula menggeret paksa tangan shilla. dan menimbulkan keketiran sendiri bagi shilla, serius saja? wahana yang di pilih ozy itu rumah hantu. Dan untuk kondisi seperti ini shilla akan dengan senang hati mengakui bahwa dirinya itu. penakut.

Shilla menghentikan paksa langkah ozy yang terkesan buru-buru dan maksa. “eh, tapi tunggu dulu. Kak gabrielnya mana?” shilla yang mulai merasakan hal yang kurang enak, menjadi lebih peka akan ketidakmunculan pria yang membawanya ke tempat ini.

“huu, bengong aja sih! Kak gabriel udah masuk tau kak..”

“Ha? Masa sih?”..

“Ah lama deh kakak... buruan yuuuk, keburu ketinggal jauh sama kak gabriel nih..”

Sudah di godakan dengan di sebutkan nama gabriel, shilla tak lagi memikirkan akan apa yang terjadi di dalamnya. Yang jujur, dia tidak tahu sama sekali bagaimana isi didalam wahana tersebut.

“dasar cewek bego. Bisa banget di bohongi anak kecil..” dan segera di langkahkan kakinya menuju loket tiket dan segera berlari kecil memasuki wahana.

*

Aura mistik sudah mulai shilla rasakan, iming-iming nama gabriel sudah tak lagi berpengaruh untuk mengurangi kadar ketakutannya. Dia sudah sangat pucat dan lemas ketika kakinya mulai melangkah ke dalam ruangan gelap dengan cahaya sangat minim dan berkelip sesekali, asap-asap di beberapa sudut ruangan menambahkan unsur horror tersendiri di ruangan pengap berukuran 10x10 meter itu.

Shilla melangkah dengan sendiri nya dengan pikiran yang sudah kacau. tatapannya sudah benar-benar kosong menatap ke belokan yang sebentar lagi akan ia lalui bersama bocah-bocah yang tanpa shilla sadari tengah berbisik-bisik satu sama lain.

Belokan yang tak ada satu pun yang tau apa yang akan terjadi setelah berbelok, tak sampi 5 langkah lagi, cukup menghitung mundur, tiga..... dua..... sa...



“DOOR.. DUBRAK.. GLODAK GLODAK..... KYAAAAA...”

“tuhan... tolong... shilla..” shilla sudah memejamkan mata yang tanpa terasa di ikuti air matanya yang mengalir bebas di pipinya, tubuhnya terlalu lemas untuk ikut berlari dengan bocah-bocah yang tebirit melihat pocong-jadi-jadian- yang dengan tiba-tiba menggedor sel yang mengurungnya.


*


Rio yang sebenarnya tak suka berada di ruangan gelap dan pengap seperti rumah hantu di pasar malam itu. entah kenapa berinisiatif untuk masuk, karena mendapati dua bocah kunyuk yang bersikap aneh di saat kegiatan ‘menguntit’ nya tadi. Diawali dengan bisik-bisik serta cekikikan, lalu salah satu dari keduanya berujar “oyaya, kak shilla kan penakut banget orangnya,” langkah selanjutnya mereka kembali berbisik ke semua teman-temannya tanpa membisiki yang paling dewasa di sana. Dan langkah terakhir, mereka  mengajak dengan paksa gadis paling dewasa di rombongan itu yang tengah asyik makan gulali dengan tanpa dosa. Dan dengan hanya tipuan kecil, gadis yang harus nya lebih mengerti dan menyadari adanya ketidakberesan, menurut, dan masuk meski dengan tampang keragu-raguan seperti itu.

Rio melangkah perlahan memasuki ruangan, dan seketika mempercepat langkahnya ketika melihat gadis yang merupakan alasannya sudi memasuki ruang mistis itu. gadis yang saat ini sudah benar-benar terlihat kacau, dengan tangan saling meremas satu sama lain, mata yang di pejamkan dan  menangis.

Rio mendekap tubuh mungil yang sudah bergetar hebat itu. entahlah, dia sangat refleks melakukan ini. Dia hanya sedang mencoba untuk menjadi..... pelindung.

“jalan, dan terus tutup mata...” rio berucap lembut tidak ketus seperti biasa. Tidak tega juga mengetusi orang yang sedang takut. Setidaknya begitu pikirnya membela.

*


Shilla terus bersyukur dalam hati, ada seseorang yang dengan tiba-tiba memeluknya saat ini. Meski orang itu terkesan lancang. Tapi shilla tak akan memarahinya, melainkan dia akan mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya. Dalam hati timbul harapan berlebih akan siapa yang membantunya, pasti kak gabriel sengaja kembali karena di beritahu anak-anak, dirinya tengah ketakutan disini.

“jalan, dan terus tutup mata...” suara berat pemuda terdengar samar di gendang telinga shilla, meski sempat merasa suara itu tak sesuai dengan suara yang ingin di dengar shilla, shilla mengikuti juga intruksi dari penolongnya.

Shilla dan pemuda yang membantunya, berjalan perlahan menuju pintu yang jarak nya memang tak jauh lagi. Dan jangan di kira perjalanan mereka berjalan mulus. Terjadi beberapa insiden yang menghambat langkah mereka, mulai dari kaki shilla yang terpijak atau malah dia yang memijak kaki penolongnya. Teriakan tiba-tiba shilla karena –hanya- mendengar gedoran atau tawa cekikikan khas kunti. Hingga pintu keluar tercapai.

“bego..” shilla didorong pelan oleh pemuda yang menolongnya, membuat shilla yang memang kondisi nya sedang lemah terjingat ke belakang dan hampir jatuh.”kalo takut, gausah sok-sokan masuk.”

Shilla segera mengangkat kepalanya yang tertunduk, hapal betul dengan nada ketus sang pemilik suara. Dan ah, shilla ternganga sendiri melihat pemuda yang tengah melipat tangan di depan dada dengan mata yang di picingkan. Kenapa harus pemuda ini.

“ya kan gue tadi...”

“di bohongin anak kecil,... dan lo mau??” rio memotong cepat dengan ekspresi sinis yang amat kentara, yang membuat shilla semakin ternganga. “nih orang lagi PMS kali ya, marah2 gak jelas. Cowok kok PMS...” shilla menyimpul sebal sendiri.

“ya gue kan gak tau, kalo di..... bohongin...”shilla menjawab polos, lalu di susul aksi memajukan mulutnya, kesal. baru menyadari kelakuan jail setan-setan kecil yang sudah menjebaknya.

“bego sih lo.. “ rio berucap galak, tangan yang ia lipat di depan dada semakin ia rapatkan. Angin malam itu sudah terlalu kencang untuknya. Apalagi malam itu ia hanya mengenakan kaos pendek yang tipis

Dan benar saja, beberapa detik setelah hembusan angin menerpa tubuh tegap rio, hujan besar-besar dengan cepat turun deras. “sial..”. hujan membuat rio sesak sendiri dan tanpa memikirkan yang lainnya dia segera berlari dengan tangan sudah mencekal dan membawa shilla berlari bersamanya.”ikut gue..”

“eh, tapi.. ntar aku di cariin kak gabriel...” ronta shilla keras, tak mengerti jalan pikiran pemuda galak di depannya yang tiba-tiba membawa nya berlari kesetanan seperti ini. Dan rio, tak menggubris bahkan hampir tak mendengar ucapan shilla yang tengah susah payah menyamai langkahnya, atau mungkin ia dengar tapi tak peduli. Yang pasti, yang ia pikirkan saat ini hanya segera menuju tempat yang hangat.


*



Alvin dan ify panik sendiri di salah satu tenda yang sengaja di sediakan pasar malam itu untuk berteduh jika terjadi hujan dadakan seperti ini. saat, setelah mereka menyelesaikan permainan komedi putar, mereka tak mendapati rio yang biasanya akan menunggu mereka di samping loket pembelian tiket.

“alvin!, rio mana?” ify sudah menanyakan hal yang sama pada orang yang sama sejak 15 menit yang lalu. Dan yang di tanya, menjawab masih tidak ada perubahan dari jawaban sebelum-sebelumnya, “gue juga gak tau fy...”

“ini kan hujan vin..” ify sudah hampir menangis mengucapkan kalimat yang baru saja ia lontarkan.

“iya gue tau, lo percaya aja. Rio itu cowok... pasti dia gak apa-apa..”  alvin menepuk pundak gadis di sampingnya itu yang memang sudah kelewat khawatir. “Gue udah sms dia kok.. lo tenangan ya..”

*


Shilla bernafas lega, dirinya saat ini sedang baik-baik saja di dalam mobil mewah milik penolongnya, dan tidak mengalami hal buruk yang ia pikirkan saat di bawa lari pemuda galak yang sekarang ada di sampingnya, yang tidak tau kenapa hanya diam dan berkali-kali mengambil nafas panjang yang tak beraturan, wajah nya pun terlihat sedikit pucat. Tanpa sadar, shilla mengangkat bahu kecil. Tak akan memikirkan lebih jauh tentang pemuda itu misalnya berfikir pemuda itu sebenarnya baik lalu setelahnya, secara terang-terangan menggunjingnya atau mengejeknya. dan INGAT dia tak akan khawatir pada pria yang bisa kapan saja berubah sifatnya itu.”heuh, aneh...”

“ada selimut di kursi belakang, pake aja..” suara bariton yang bebarapa waktu lalu terdengar kasar dan ketus, kali ini terdengar serak dan lebih lembut. Shilla yang tengah memandang kosong keluar melalui jendela di samping kirinya, tersentak sebentar mendengar suara yang terlalu tiba-tiba itu lalu menuruti saja perintah pemuda galak di sampingnya. “tumben pengertian...

“lo kesini bawa sepeda..?” suara bariton yang perlahan mulai kembali seperti suara biasa itu, bertanya tanpa mengalihkan perhatiannya dari iphone apple di tangannya.

“gak...” jawab shilla singkat, dan melanjutkan ucapnya setelah tertawa kecil bahagia sebelumnya, “gue kesini sama kak gabriel..” ada kebanggaan tersendiri dalam diri shilla saat mengucapkannya.

Rio  memicingkan mata menatap gadis yang tengah tersenyum penuh arti di sampingnya, walau akhirnya memutuskan untuk tak  berfikir lebih dalam apa yang membuatnya menjadi seperti itu. “Mungkin karena si gap.. gap.. gap.. siapa ya? Gaplek mungkin...

“ya, terus, si gaplek2 itu mana?..”

“gaplek? Gabriel kali. jauh amat melencengnya... nama bagus2 juga,..”

“ck, iya iya. Terus di mana?”

Shilla terlihat sedang berpikir keras, dengan tangan kanan nya menggaruk-garuk belakang kepalanya sendiri.”kemana ya??..”

“ck, ya kemana?”

“emm,.. gatau..”

“tinggal jawab gitu aja lelet! Udah bego, lemot lagi lo... rumah lo mana?

Meski tak mengerti akan jalan pikiran rio menanyakan alamat rumahnya, shilla menjawab saja. Lalu tidak butuh waktu lama. rio segera melajukan mobilnya perlahan. Setelah sebelumnya membalas pesan singkat di iphonenya.


To : jonathanAlvin
Gue gak kenapa2 vin.
Lo pulang duluan aja sama ify,
Gue ada perlu mndadak.


*


“stop!! Sini aja..” shilla berucap keras, yang membuat rio tersentak dan dengan segera memijak rem mobil nya tiba2. Membuat shilla yang masih dalam posisi tidak siap tersantuk bagian depan mobil. “aduh!!!...”

“rasain!! Makanya, ngasih tau tuh jangan mendadak...!!” ucap rio puas tanpa merasa bersalah. Seneng malah udah bikin gadis di sampingnya susah. “mana rumah lo?”

Shilla menghela nafas panjang, lalu membatin memotivasi diri untuk bertahan dalam kesabaran, dengan berkali-kali merapal, “sabar shilla, orang sabar di sayang tuhan... Sabar sabar..” setelah usaha menyabarkan dirinya di nilai cukup berhasil, shilla baru menjawab tanya pemuda di sampingnya.”rumah gue, masih masuk gang itu...” shilla menunjuk gang sempit yang saat ini tepat berada di depannya. “kayaknya mobil lo gak akan bisa masuk, jadi gue turun sini aja..”

“ambil tuh payung di belakang..” ucap rio ketus mencoba agar tak terlihat sok baik.

“guenya gausah pake payung...”

“tau lagi ujan gak sih lo...”

“tau, tapi gak apa., asal ujan gak bikin gue mati. Gak apa kok ujan2an, gue seneng malah bisa hujan-hujanan.. hehe,..” aku shilla jujur, jika di tanya hal apa yang shilla sukai, shilla akan dengan mantap menjawab.”hujan-hujanan pak guru!!!”

Rio hanya mengangkat bahu untuk menanggapi, setidaknya dia sudah menawari kebaikan. Mau tidaknya orang yang di tawari sudah bukan urusannya.

“tapi...” shilla berucap lagi, dengan ragu kali ini. Setelah dengan pemikiran yang matang dia akhirnya berucap, ”elonya jangan pergi ya, pergi nya tunggu gue nyampe rumah dulu. Soalnya jalannya gelep kalo gak ada mobil lo,, please..” kedua telapak tangan shilla sudah saling di tempelkan tanda ia memohon.

“ck, iya iya. Jadi pergi gak si lo. Lama..”

Dan benar kan, baru saja shilla membatin pria ini baik sudah bersedia menuruti keinginannya, dan detik selanjutnya dengan cepat pria ini merubah argument shilla. jin sebelah kanan shilla berkata , “sabar shilla, meski cara bantu nya aneh, cowok ini baik kok, bener deh... “ jin kiri tidak mau kalah, lalu menyahut. “cowok begini mah, bunuh aja shill..

“iya, ini juga mau turun..” baru shilla bersiap akan turun, dia teringat akan sesuatu, “bunda : shilla, dengarkan nasihat bunda. selalu berterimakasih lah kamu pada seseorang yang menolongmu bagaimanpun bentuk pertolongannya”. dan shilla menuruti ucapan bundanya, ”ekhem, sebelumnya.. ee.. makasih ya.. ee......” shilla bingung sendiri, maksudnya ingin membubuhi nama pemuda yang sudah membantu nya di kalimatnya, tapi memangnya shilla tau nama pemuda yang hobi memicingkan mata itu.

“rio...” seperti bisa menjawab pikiran shilla, pemuda itu memberitahukan namanya. dengan cepat shilla melanjutkan “...rio.”

“apa-apaan? ulang!!!” protes rio keras, dengan memicingkan mata-.-

“ha?”

“bilang makasihnya, ulang!!”

“lho? ke.. ke.. napa?

“ya maksudnya apa coba, masa lo bilang nya. Makasih ya.. terus berhenti.. terus tiba-tiba nambahin nama gue. Jelek tau kalo gitu.”

“apa?!! Saraf lo yee!!”

Rio mendelik cepat kearah shilla, tanda untuk shilla, rio tak bisa di bantah.” U-L-A-N-G!!”
Ucap rio penuh penekanan kali ini.

“hissh,..iya, gue ulang... makasih ya rio,..”

“untuk?”

“ha?” shilla tak henti-hentinya di buat ternganga oleh polah tingkah pemuda tampan di depannya ini, ”karena udah baik, nolongin gue dari kesusahan.” Ucap sulit shilla akhirnya.

“dan....” rio tersenyum misterius dan kembali mengalihkan pandang kearah depan yang tadinya menghadap shilla. “ jangan kira semuanya gratis....”

“apa?” shilla terkejut bukan main, tak akan mau lagi berfikiran kalo pria di sampingnya itu pria yang baik.”sialan..” rutuknya yang hanya bisa tercurahkan di hati saja.

“emm, besok jam 3 sore. Gue tunggu lo di taman biasa. Kalo lo gak dateng, cukup jelasin ke gue. Kalo lo tuh, ternyata cewek yang gak tau terima kasih..” Rio berucap lancar yang di akhiri senyum bengisnya.

Shilla memutar bola mata sebal. tapi okelah, Dia terima. Memang balas budi yang mestinya ia lakukan. Karena meski menyebalkan, faktanya pria ini sudah banyak menolongnya.” Iya iya, besok gue dateng..”

“yaudah, pergi sono!!!”

Setelah kalimat bersifat usiran terlontar dari mulut rio, shilla segera membuka pintu mobil rio dan tanpa butuh waktu lama keluar dari mesin canggih itu, dan sebelum dia menutup kembali pintunya, dia merasa ada yang perlu ia sampaikan pada pemilik mobil vios hitam mengkilat itu, “dan rio, nama gue shilla, bukan monyet.”

“gak penting!. Tutup nyet, dingin bego..”

“SHILLA..”

“TUTUP...” shilla mendengus keras. Lalu menutu mobil itu keras-keras.

Setelah di tutupnya pintu samping tempat duduk penumpang. Shilla mulai berjalan ke arah depan mobil rio. dan sesuai janji, rio tak akan pergi sebelum shilla sampai ke rumahnya yang rio sendiri tidak tau di mana rumah shilla.

Dan yang terjadi ketika shilla mulai tersorot lampu mobilnya, shilla bukan nya segera berlari kerumahnya malah asyik terbahak bahak bermain hujan dan berciprat-cipratan di genangan air hujan. Hujan baginya, terlalu menggiurkan untuk tak di nikmati.  “GUE BERASA KAYAK DI PELM INDIA DEH!!!” shilla berteriak keras mencoba menembus kaca mobil yang ada rio di dalamnya. Dan rio mendengarnya, lalu menyerengitkan dahi “khayalan nih cewek norak banget..!!” . Lalu shilla terbahak lagi.

Dan di detik berikutnya shilla sudah menari-nari heboh dengan berbagai gaya, gaya india, gaya bebek, gaya dangdut ala indonesia, dan yang paling gak nyambung gaya terakhir yang di lakukan adalah gaya mesir yang dengan jeleknya di lakukan dan membuat gadis itu nampak lebih bodoh dari sebelumnya.

Berakhirnya tarian mesir shilla, berakhir juga tontonan yang membuat rio ketar-ketir menahan tawa dan tak henti-hentinya menautkan alis heran ada manusia macam shilla.

Dan tak di sangka, shilla sudah berjalan cukup jauh darinya, dan beberapa detik selanjutnya sudah tak terlihat setelah berbelok ke arah kanan. Hilangnya shilla dari pandangannya membuat rio tersadar, “untuk apa dia mengajak shilla bertemu besok sore?”



***




Gabriel berjalan gontai memasuki rumah besarnya, lalu duduk di salah satu sofa ruang tamu dengan warna abu tua imporan dari eropa tersebut. Lalu, perlahan melepas sepatu kulit hitam yang ia beli 1 bulan yang lalu di afrika. Orang kaya.


ah, shilla bagaimana anak itu sekarang?...” dan nyatanya gabriel masih saja merapalkan tanya itu untuk kesekian kali di dalam hatinya. Meski dia sudah melakukan apapun juga untuk mencoba tak peduli dengan gadis manis yang pergi ke pasar malam bersamanya, namun pulangnya sudah tak bersama. tapi tetap saja. Itu kan tanggung jawabnya, mengambil gadis orang dengan baik saja, dan mestinya dia memulangkannya juga harus dengan baik saja. Siapa yang tidak merasa bersalah jika keadaannya seperti itu?

Gabriel menarik nafas dalam, mencoba untuk tidak memikirkannya lagi. Dan terus merapal do’a keselamatan untuk sang gadis. Dan mencoba mempercayai cerita ozy, perihal kehilangan shilla. kurang lebih begini,
tadi tu kak, kak shilla keluar dari rumah hantunya sama cowok, terus kak shilla nya ngobrol-ngobrol gitu sama tuh cowok, mungkin temennya kak shilla sih kak. Nah, terus pas udah mau ozy samperin karena tiba-tiba ujan. Kak shilla sama temennya itu malah lari. Terus ozy ikutin kan, eh.. kak shilla nya udah naik mobil temennya itu terus pergi...

Percayalah gabriel, kalo anak kecil itu jujur dan tak pernah bohong.

“gab, udah pulang...?” gabriel segera menoleh ke arah kirinya dan segera menemukan gadis cantik dengan balutan dress manis warna biru, warna yang senada dengan sepatu dan bando yang di kenakan pemiliknya.

“prissy, udah malem gini. kenapa masih disini?” gabriel bertanya cepat mulai merasakan aura buruk yang sepertinya akan terjadi.

“emm,,.. aku jagain mama kamu yel. Tadi sivia telpon aku.” Prissy yang memiliki nama asli pricilla tersebut berucap lembut  penuh keraguan.

“apa?? Mama kambuh ssy? Kenapa kamu gak bilang dari tadi, kamu kan bisa sms atau telpon aku.” gabriel menanggapi berlebihan dengan mata melotot dan dengan nada bicara yang tinggi. Sebenarnya dia tak bermaksud begitu, hanya saja dia terlalu shock.

Prissy hanya mengangguk pelan, “maaf gab, aku cuma gak mau ganggu acara kamu. Kamu pasti akan segera pulang, Dengan aku ngabarin mama kamu tiba2 kambuh, Padahal aku masih bisa ngehandle mama kamu..” mengertilah, prissy bukan tipe gadis yang tahan akan bentakan. Meski itu di sengaja ataupun tidak, dia tidak bisa. Dia ingin bisa, tapi tetap dia tidak bisa. Dan kini, dia sudah bergetar dan hampir menangis.

Gabriel sudah berdiri tegap dari duduknya dan melangkah panjang mendekati prissy dengan kilatan mata kecewa, bukannya apa? Dia hanya tak suka dengan cara prissy yang terlalu mengertinya.
Terkadang segala sesuatu yang terlalu berlebihan itu juga tak baik bukan? Termasuk terlalu pengertian. Setidak nya itu yang ada di pikiran gabriel saat ini terhadap gadis yang sudah menangis dengan tertunduk. “maaf..” gabriel segera memeluk kuat tubuh gadis yang sudah 5 tahun ini akrab dengannya bahkan dengan keluarga nya.

“kamu gak usah minta maaf gab. Aku yang....”

“maaf...” gabriel memotong cepat dengan suara yang sudah bergetar. prissy tak lagi bermaksud membuka mulut, dia tak bisa melihat keadaan gabriel yang seperti ini. Dia ingin kuat, karena menurutnya bagaimana dia bisa menguatkan gabriel jika dirinya saja lembek begitu. dia ingin berhenti menangis. Ingin sekali. Dia juga sudah letih menjadi gadis super sensitif yang sangat lemah.

Mereka bertahan dengan posisi yang sama, gabriel memeluk pricilla tanpa balasan dari pricilla. waktu sudah berjalan hingga menit ketiga. Dan mereka masih bertahan dengan posisi yang tak berubah sedikit pun.

Gabriel dengan posisi memejamkan matanya yang terus memproduksi airmata, dagunya ia sandarkan di bahu mungil pricilla. Dan pricilla, setelah menghela nafas panjang menstabilkan nafas dan jantung nya yang cukup bekerja keras untuk tak menangis. Akhirnya, membrontak kecil membuat gabriel secara perlahan melonggarkan pelukannya hingga melepaskannya.

Pricilla tersenyum sebentar, lalu tangan nya mengelus pipi lembut gabriel dengan tangan kanannya. menghapus jejak-jejak air mata yang menempel di sana. Pricilla mengerti, gabriel amat sedih. gabriel seorang dokter, dia sangat mengerti akan keadaan ibunya yang tidak bisa lagi di bilang baik-baik saja. Gagal jantung kronis yang sudah di derita ibunya 2 tahun ini cukup untuk menjadikan alasan ibunya untuk segera menyusul laki-laki yang di cintainya-ayah gabriel- yang sudah tenang terlebih dahulu di sisi yang kuasa.

“lo temuin sivia sekarang gab, dia keliahatan tertekan banget...” ujar pricilla masih dengan kelembutan dan keibuannya.


to be continued...


PART 5 :  http://egaditya.blogspot.com/2012/04/kamu-untuk-aku-part-5.html


mear diary : mario oh mario..

mario oh mario. gila tu bocah di bawah umur, bisa aja bikin saya galau segalau-galaunya-.-
Mario Stevano aditya Haling, tau kah kamu? saya benar-benar tak bisa hidup tanpa kamu!

well, memang kesannya saya berkhianat banget ma diri sendiri. pasalnya waktu itu pernah bertekad buat gak tercrazy-crazy sama runner up IC3 itu, tapi nyatanya meski waktu itu sempet -lumayan- berhasil-satu minggu tak sekalipun melirik apapun yang berbau rio, tapi akhirnya tekad saya itu kandas juga. sial-.-
semua ini gara-gara youtube!!! -youtubenya galau, kenapa aku jadi di bawa-bawa!! haha, oke. saya ini ngayal.

jadi cerita nya, waktu itu lagi iseng cari lagu instrumen jangan menyerah-nya d'masiv , ya, karena saya saat itu tengah di landa keputusasaan gitu, akhirnya memutuskan untuk mendengar lagu itu dengan instrumen baru, dengan harapan semangat saya akan tersulut begitu mendengar lagu itu. hahaha, kreatif sekali ide saya.

dan apa yang terjadi pemirsa!! ternyata dan ternyata salah satu video yang keluar adalah ==> jangan menyerah-nya 5 besar idola cilik. udah wanti-wanti biar gak liat, tapi ternyata godaan sang video lebih kuat dari iman saya.
akhirnya saya melihat!!! dan saya tersadar, saya salah untuk berpura-pura tidak mengidolakan rio. sumpah, rio ganteng nya badai banget pas di GF. akhirnya, dari video itu saya malah mencari video GF rio yang lain.

finally, saya pasrah jika saya harus terus mengidolakan rio. itu harga mati saya rasa. ini dia beberapa photo idola saya :D








love rio sebesar-besarnya!!! :*
DARE TO BE RISE

Jumat, 23 Maret 2012

mear diary : pertama

ini pertamanya nulis selain cerpen dan cerbung gak jelas yang dibuat dengan pemikiran apa adanya di blog saya yag kagak renov2 ini-.-
sebenarnya saya lagi galau mau ngapain, akhirnya memutuskan menulis di sini. yang saya sendiri tidak tau mau nulis apa?-.-

cerita aja pa? iya ah, saya mau cerita. jadi ceritanya saya tadi ke toko buku -mau nangis dulu, T-T soalnya pulang gak bawa apa-apa-, padahal tu buku2 di gr*media udah pada ngelambaikan tangan untuk di adopsi, tapi malang uangku sedang tak memadai. hanya bisa said "NASIIB NASIIIIBB-.-..."
-sudahlah, membahas ini hanya membuat hatiku berdenyut nyeri saja T-T

terus karena sangking bingungnya lagi mau ngapain, akhirnya saya dengan kurang kerjaan buka profil orang di FB, pertama nya liat-liat punya teman-teman yang ada di kedu yang sekarang sudah pada canggih. yang dulu saya bahas FB< pada melongo. sekarang malah lebih update dari pada say-,- lalu di lanjutkan dengan melihat profil orang tak di kenal. membaca wall2an yang nanti dengan semakin kurang kerjaannnya saya akan menghayalkan sebenarnya ada apa atau apa yang di bicarakan kedua insan itu melalui dinding dunia maya,.

sekian.
ngantuk, zzzz-.-

Sabtu, 03 Maret 2012

Kamu Untuk Aku (part 3)

Rio lagi-lagi memukul bagian tengah stirnya, lalu mengacak rambutnya yang memang sudah acak-acakan. Pusing sendiri memikirkan kenapa ia tadi bisa salah memilih jalan yang akan di lalui untuk mendatangi acara sahabatnya. Manalagi, sore itu rio mengendarai salah satu mobilnya yang terbilang tidak tepat untuk menerobos kemacetan yang di dasari sore itu waktu jam para karyawan pulang dari kantor. Mobilnya itu.. terlalu besar.

Rio menghela nafas. Letih. “sudahlah, percuma mau gue mencet nih tlakson nyampe jebol juga..” pikirannya mulai benar-benar pasrah. Dia putus asa. Kecuali, jika tuhan memberinya keajaiban.

Rio mengedar pandang. Merasa tidak ada yang bisa ia kerjakan. Yang dia lihat. Di Depannya, mobil jazz merah yang depannya lagi truk. samping kanannya, mobil berlalu lalang dengan arah yang berlainan dengannya. samping kirinya, mobil kijang tua dan dengan jalan yang sedikit sela di samping mobil kijang tersebut di gunakan beberapa pengandara motor dan sepeda untuk mencoba menerobos macet. Dan heii.. sepertinya rio mengenali gadis dengan sepeda merah di serong kiri depannya, tepatnya samping truk depan mobil jazz depannya.

Rio tersentak juga. saat dia membutuhkan keajaiban, Gadis itu lagi. Pembawa keajaiban kah gadis itu untuk dirinya. “Itu mungkin saja, dengan rio ikut gadis itu mengendarai sepeda berarti kan bisa menerobos macet, dan itu keajaiban..” pikir rio penuh khayal lalu tersenyum tipis, tak di pungkiri ia mengingat terakhir kali mereka bertemu, sekitar 3 hari yang lalu. Berujung dengan dendam membludak di hati rio. Tapi kini, rasanya dendam itu sudah terlupa begitu saja. Malah yang ia rasakan kini hasrat yang begitu hebat untuk segera menghampiri gadis itu. entah untuk apa? hanya ingin saja menghampiri gadis itu. dan sebuah kejadian akan segera terjadi.

Rio kembali tersenyum. Kali ini tersenyum lucu. Otaknya tak henti-hentinya memutar memori rio bersama gadis itu. dan itu terasa lucu begitu saja untuk rio. Dengan gerak lincah rio mengotak-atik iphone apple nya, lalu menempelkannya di indra pendengarannya.

“hallo.. ambil mobil saya, kena macet di jalan , saya tidak terima penolakan atau ketidaksanggupan..”

tanpa basa-basi dan penuh perintah, rio seperti tak mengizinkan lawan bicaranya yang merupakan salah satu supir keluarganya. Rio segara menutup sambungan telephonnya. Dan dengan semangat turun dari mobil jeep New Dodge Journey 2.400 cc besarnya tidak lupa kacamata hitam besar bermerk american sudah bertengger di hidung bangirnya. Tampan dan keren.

Dengan langkah cepat dan panjang, rio menyelip di antara kendaraan yang tak beda jauh nasibnya dengan nasib kendaraannya yang terjebak macet untuk mencapai tempat gadis dengan ikatan rambut acak-acakan yang di lihatnya dari dalam mobilnya tadi, yang memang sedari tadi belum beranjak dari tempatnya yang tadi. Mungkin belum dapat kesempatan untuk menerobos.

“Nyet....” si gadis dengan baju terusan bunga-bunga lusuh itu yang ternyata tengah fokus dengan jalanan dengan reflek mendorong keras pemilik suara yang tiba-tiba muncul dari samping kanannya. Dan tak di sangka dorongan itu terlalu kuat dan membuat si pemilik suara yang ternyata laki-laki itu membentur keras truk di sampingnya.

Dengan meringis merasa kesakitan, rio-pemilik suara- protes. ”sakit nyet....”

Shilla yang tadinya sempat ternganga-terkejut melihat akibat perbuatannya- Dan sangat amat merasa bersalah. yang semula bermaksud mengucap kata maap, segera mengurungkan niat sesaat setelah melihat siapa korbannya?, meski di hati terdalam ada rasa tak enak juga, karena dia yang salah. Tapi tetap saja, korbannya itu terlalu menyebalkan untuk di mintai maaf.

“makanya jadi orang jangan kayak setan, tiba-tiba nongol...” shilla tak ingin di salahkan,

Rio kembali tersentak. Gadis ini selalu begini. “Terbiasalah rio...” rio bertekad kuat dalam hati.
Rio kembali meringis, kali ini sengaja di lebai-lebaikan olehnya. “kayaknya patah deh bahu gue. Mati rasa....”

Shilla ternganga dengan mata bulat melebar, kali ini tak di tutup-tutupi lagi olehnya. Dan rio, dia tengah tertawa menang dalam hati. “Asyik deh ngerjain nih cewek...”pikirnya jahat.

Tidak ada kata-kata yang keluar dari mulut shilla, rio kembali melanjutkan aksi isengnya.”pleasee... bawa gue ke rumah sakit...”

Shilla tersentak kali ini, patah tulang benar kah pria songong itu. apa yang harus shilla lakukan?. “emm,. Anu.. ck..” shilla dengan rasa takut dan kebingungan, tak tau harus berucap apa?. Dan akhirnya memutuskan untuk tetap ketus- gaya andalannya­-, mencoba menutupi rasa takut dan gelisah nya.”lo jangan lebai deh!!! Lo kan Cuma nabrak truk, bukan truk nabrak lo!!!”

“tapi gue serius...” ternyata rio tak terlalu buruk merubah ekspresi mukanya menjadi seseorang yang nampak lemas karena kesakitan yang begitu sakit, dan itu membuat shilla mau tak mau mulai percaya dengan apa yang di ucapkan rio.

“emm, ok ok.. gue bakal tanggung jawab. Tapi, gue gak mampu kalo mesti ke rumah sakit...” shilla menunduk dalam setelah mengucapkannya. Dia bukan malu, bukan. Dia hanya tengah berharap belas kasih dari pria sengak di hadapannya agar dia mau menerima tawarannya. Karena shilla tidak ingin di anggap sebagai seorang yang tidak bertanggung jawab.

Rio yang tadinya senyum miring meremehkan alanya, akan kemenangannya. Tak lagi menampakan senyumnya. Dia jadi tak enak sendiri, entah untuk dasar apa? Dalam hati, menjerit “maaf..”

“emmm, oke.  Gue terima apapun bentuk tanggung jawab lo. Yang penting lo tanggung jawab.” Shilla dengan cepat mendongak, dengan senyum tipis mengucap pelan kata “thanks..”, bahkan mungkin rio tak mendengar nya karena ucapannya mungkin hanya berbentuk gerakan bibir saja. Tapi percayalah, rio melihat gerakan kecil bibir itu dan dia paham. Dalam hati ada rasa yang membuncah, bangga.

*


Kedua muda-mudi itu diam, di salah satu bangku cafe berkelas di jakarta. Si muda dengan ekspresi tenang dan si mudi dengan wajah penuh tekukan. Si muda sesekali menyeruput coffe pahitnya santai dan si mudi tak meminum milk coffe nya malah lebih tertarik mengaduk kasar cangkirnya, hingga menghasilkan dentingan-dentingan yang cukup untuk memekikan telinga. Berbeda sekali aura yang di pancarkan dari keduanya.

“bisa lebih santai kali ya fy ngaduknya. Pecah juga ntar gelas orang.” Si muda menimpali sebal mendapati ify-si mudi- bukannya menghentikan kegiatan mengaduk milk coffenya karena sudah mengundang perhatian, malah semakin keras mengaduk. yang tak di pungkiri semakin banyak mengundang perhatian pengunjung cafe tersebut.

“rio mana deh vin!!! Kita udah nunggu hampir 1 jam ini...” ify berucap melenceng dari pembicaraan alvin-si muda-, dengan semakin memajukan bibirnya.

Alvin tersenyum lucu, lalu secara spontan mengacak rambut ify lembut. Tidak tahan juga melihat ekspresi merajuk ify. Itu sangat menggemaskan, bagi alvin. Lalu berujar santai,”elo kayak baru kenal rio kemarin aja deh fy”

“ya gue tahu, dia jam indonesia banget. Tapi jangan di keadaan kayak gini, di acara perayaan kemenangan gue lomba piano se-jabodetabek gitu loh. dia kesannya gak peduli gitu vin ma gue yang lagi seneng, padahal itu kan sesuatu banget buat gue vin...”

“sabar neng, kena macet kali dia..”

“issh, basi banget alasannya. Gak mati sekalian.!!”

Alvin tidak menanggapi, bukannya tak ingin. Tapi dia tengah memikirkan dia harus menanggapi bagaimana. Mencoba tak acuh, atau memanfaatkan setiap kesempatan yang ada.

“yakin rela rio nya mati?” alvin berucap biasa saja, tanpa makna yang berarti.

Tapi nyata nya kata-katanya itu membuat ify nampak berfikir keras, lalu di susul dengan pipinya yang bersemu merah kentara. Tertangkap jelas di mata hitam alvin. Dan itu lah.

“coba lo telpon...” tak mendapat tanggapan berupa ucapan dari ify pada ucapan sebelumnya, alvin kembali membuka suara.

“males.. lagi keki.”

“ya di sms, kalo males telpon..”

“Males juga, takut bikin jempol gue pegel gara-gara sms dia...”

“ck, sini sini gue smsin..” alvin menyambar begitu saja HP ify yang tergeletak tak berdaya di dekat cangkir milk coffe ify. Meski sempat kaget dengan gerakan tiba-tiba alvin mengambil Hpnya. Ify membiarkan alvin mengotak-ngatik Hpnya. Pasalnya ify juga menunggu kepastian dari rio.

“fy, kontak rio apa deh namanya,, kok gak ada...” alvin menautkan kedua alisnya kebingungan.

“eh, ada kok...” ify refleks merampas kembali Hp birunya dari tangan alvin. Alvin masih dengan tampang bingungnya.

“memang apa namanya? Rio? Gak ada. Mario? Gak ada. Stevano?.... Aditya?..... Haling?.... Mario stevano aditya haling?..... MSAH?.... prince?.... putra mahkota? Gak ada juga. Gue cari nyampe atas  nyampe bawah juga gak ada nama kontak yang berbau rio.”

“lo nya aja yang gatau, ada kok. Ini udah belum smsnya. Gue kirimin nih kalo udah...” ify mengalihkan pembicaraan dan langsung menekan tombol deal untuk mengirim tanpa membaca sms yang di ketikan alvin sebelumnya, karena sibuk mengontrol degupan jantungnya membuatnya tidak fokus.

To : my guardian angel
Yo, gue galau nih nungguin lo..
Buruan kesini napa? u.u

“alvin.... gue gak galau!!!!” alvin seketika tertawa berbahak mengetahui ify ternyata tak sadar dia mengirim sms seperti itu, dan sadar ketika sudah terkirim.



*



Dan di sini, rio dan shilla sekarang. Di taman pinggiran kota yang sama dengan taman yang mempertemukan keduanya beberapa hari yang lalu. Tadi shilla yang mengajak, dan taman itu menjadi pilihan shilla untuk melaksanakan tanggung jawabnya. Yang di karenakan memang taman itu tidak terlalu jauh dari tempat kejadian tadi.

Keduanya diam. Tak ada yang berinisiatif membuka pembicaraan atau sekedar memecah keheningan sedikit pun. Hal itu sudah terjadi, dari sejak perjalanan mereka menuju taman di mulai sampai kini mereka sudah duduk di salah satu bangku di bawah pohon besar. Kita lihat saja? Sampai berapa lama kedua anak manusia itu bertahan di keheningan yang mereka ciptakan.

“emm, sini gue liat bahu lo...” dan ternyata shilla yang sudah tidak tahan, dia dengan cepat memecah keheningan. bukan nya apa apa, Dia hanya malas akan berduaan dengan pria di sampingnya ini lebih lama lagi. Karena takut-takut akan membuatnya mudah emosi. Kurang lebih begitu yang ia pikirkan sebelum akhirnya memutuskan untuk berbicara.

Rio yang tengah menatap kosong pemandangan di hadapannya, tengah memikirkan hal-hal yang tak penting untuk di pikirkan. Menoleh ke arah kanannya menatap shilla yang terlihat mengigit bawah bibirnya, ragu. Lalu segera mengangkat kaos lengan kanannya untuk menunjukan bahunya pada shilla, sesuai permintaan shilla.

“biru kan? “ rio memotong cepat sebelum shilla mengucap satu patah kata pun. Dan itu cukup untuk membuat emosi shilla mulai naik. “mau tanggung jawab apa lo?” rio kembali berujar, dan kembali emosi shilla di naikkan.

Setelah menghela nafas, mencoba meredam emosinya. Shilla berucap penuh penekanan yang tertahan. “ tunggu! Bentar!..” dengan cepat shilla berdiri dari bangku taman itu, namun tiba-tiba tak kalah cepatnya rio mencekal tangan shilla yang membuat shilla seketika menoleh menghadap rio.

“mau kabur kan lo...??” dan lihatlah rio, tak sadarkah dia jika setiap kalimat yang ia ucapkan menaikan dengan cepat tingkat emosi shilla.

Shilla kembali menghela nafas, kali ini lebih panjang, lebih dalam. Sebelum akhirnya menjawab..”lepasin, karena gue bukan tipe orang yang lari dari tanggung jawab...” dan berakhirnya kalimat shilla, tangan rio yang mencekal kuat pergelangan tangan shilla merenggang perhalan hingga akhirnya terlepas.

Tidak butuh waktu lama, shilla yang tadinya pergi meninggalkan rio. Kini sudah kembali, dengan menenteng es batu di tangan kanannya. rio tidak menampakkan reaksi apapun, masih dengan tatapan kosong dengan ekspresi menyebalkannya.

Dan setelah sampai. Tanpa menyia-nyiakan waktu, shilla tanpa permisi langsung menghantamkan pelan es batunya kebagian bahu rio yang memar kebiru-biruan.

Meski sudah berusaha pelan, ternyata rio reflek terjingat juga dengan hantaman es batu di memarnya. Mungkin akibat kaget, karena gadis itu melakukan dengan tiba-tiba dan memang dirinya sedang tidak fokus.”sakit woi, permisi dulu napa...”

“kata guru PMR gue, memar bisa di ringanin dengan di kompres es..” shilla menjwab ketus dan tak ada sangkut pautnya bahkan menyerempet saja tidak dengan ucapan rio.

“dasar cewek aneh...” rio menggerutu pelan, dengan wajah sedikit kesal.

Shilla tidak ambil pusing dengan tingkah pemuda manja di sampingnya ini. Biarlah, orang gila ini mau melakukan apa saja terserah.  Shilla tak akan menggubris dan tetap akan melanjutkan proses tanggung jawabnya. agar cepat selesai, yang itu berarti berpisah dengan pria sengak itu.

Setelah cukup lama, es di tangan shilla mulai mencair dan sebentar lagi akan habis. Shilla mendongakkan kepala yang tadinya berfokus menatap bahu pria gila itu, bermaksud ingin bertanya pada si pemuda apa memar nya masih terasa nyut-nyutan atau sudah baikan. Tapi seketika ia mengulur niatnya, ketika di dapati si pemuda yang sudah melepas kaca mata hitamnya dan tengah berposisi menyandarkan badan nya di di bangku taman dengan wajah yang di tengadahkan ke atas dan mata di pejamkan. Beberapa rambutnya yang sedikit gondrong meliuk-liuk terbawa angin, yang memang di sore yang mendung itu terbilang kencang. “kayak di film2 korea...”

Air dari es yang terbungkus plastik bening yang di pegangi tangan kanan shilla, mencair. menetesi punggung tangan kiri shilla, membuat shilla sedikit tersentak dan tersadar. “eh! udah mendingan belum?..” shilla berujar dengan nada ketus males-malesan gayanya. Yang membuat rio segera membuka mata lalu mengangguk pelan.

“thanks...” rio berucap pelan dan tertahan, dia sudah sangat jarang menggunakan kata-kata itu. yang oleh shilla ucapan terimakasih nya itu hanya di tanggapi oleh anggukan pelan yang tak bersemangat.

“kalo gitu gue cabut...”

“tunggu dulu..” belum sampai shilla mengangkat badan untuk berdiri, rio kembali mencekal tangan shilla.  yang mau tak mau membuat shilla mengurungkan niatnya untuk segera pergi dari tempat itu.

“apa lagi?”

Bukannya menjawab, rio malah dengan serius memicingkan mata. Masih dengan tangan mencekal kuat tangan shilla. lalu tanpa sadar rio mendekatkan wajah nya ke wajah shilla, dan itu membuat shilla yang tidak tahu apa-apa reflek memundurkan wajah beserta badan nya, namun terhambat karena tangannya yang di cekal oleh rio. Shilla merasa kalut, bahkan kini sangking dekatnya jarak antara dirinya dan rio, shilla bisa merasakan hembus hangat nafas rio. Dan dia tanpa jera terus merapal do’a dalam hati.. “ya tuhan hilangkan setan-setan yang menempel di pemuda omesh seperti dia ini?, aku mohon tuhan, kabulkan do’a dari hambamu yang manis ini.”

“ma..u.. ap.a lo..?” dengan suara gemetar dan hampir menangis, shilla membuka suara sebisanya.

Rio semakin memicingkan mata, setelah dia yakin, dia berujar.” Ada belek tuh di mata lo..” dan setelah selesai berucap dengan tampang tanpa dosanya, rio memundurkan tubuhnya yang beberapa detik tadi jaraknya terlalu dekat dengan wajah shilla.

Shilla, cengo. “cowok sialan...!!” tak henti-hentinya shilla bersumpah serapah dalam hati untuk pemuda gila yang kini tengah tertawa berbahak mentertawakannya.

“pasti lo udah mikir parno deh,...” rio kembali berbahak. Dia puas, sangat puas hari ini. Aksi balas Dendam yang tidak di rencanakan, tercapai hari ini. “cewek kok belekan...” rio mencibir tanpa henti masih dengan terbahak, belum puas juga ternyata mengerjai shilla seharian ini.

Shilla rasanya sudah hampir menangis. dengan kasar dia mengusap kedua matanya, bermaksud membersihkan belek-belek yang menyebalkan dan harus terdeteksi oleh pria yang menyebalkan pula.

“makanya, kalo ngendarai sepeda itu pake kaca mata, biar debunya gak masuk terus gak bikin belekan...” rio berucap sok menggurui shilla, yang saat ini tengah menahan emosi yang sudah mencapai ubun-ubun, dan terus berdo’a agar emosi nya tak terealisasikan pada pria di hadapannya ini. “pake nih..” rio menyodorkan kaca mata besar mahalnya ke arah shilla.

“ha..??” Shilla yang di sodori, bukannya menerima malah menatap rio dan kacamata secara bergantian dengan tampang cengo dan dengan mata yang masih berkaca-kaca. Tidak yakin dengan apa yang tengah terjadi.

“hissh, lemot deh,. Ini di pake, ngerti bahasa manusia gak sih?.. “ rio berucap dengan kesabaran sudah di ujung lalu dengan paksa memakaikan kacamatanya pada shilla. yang di pakaikan masih mematung, bingung harus bersikap seperti apa, tetap ketus seperti biasakah atau malah berterimakasih, atau bagaimana?

“yaudah, gue cabut dulu. Lo pulang sono!! Naik sepeda kan lelet, ntar lo nyampe rumah malem lagi. Gue gak rela manusia langka kayak lo di gondol mbah kunti karena sepedaan sendiri. Haha..” rio berkata dan tertawa tidak jelas. dan membuat shilla yang baru saja berfikir kalo pemuda di depannya ternyata pria baik yang perhatian merubah cepat pikirannya lalu menjadi kembali naik emosinya, dan membatin kesal“Baru aja baik, udah kumat...”

Tanpa menunggu tanggapan dari shilla. Rio sudah berlalu dan sudah berjalan cukup jauh dari tempatnya tadi.

Rio berjalan santai dengan bibir yang tak henti-hentinya membentuk tawa, dan seketika terhenti langkahnya ketika mendengar teriakan cempreng seseorang yang suaranya di kenal dan di dengar belum lama tadi.
“eh, elo!!, makasih...” rio hanya menolehkan kepala ke belakang tanpa reaksi berarti, hanya melihat gadis itu sekilas yang tengah mengangkat kacamata yang tadi miliknya dengan tangan kanannya, setelah itu rio kembali melangkah dan benar-benar pergi dengan taxi yang ia temui.

***
Sabtu cerah, terasa berbeda di SMA UYEers. Tidak belajar dari pagi hingga siang seperti lima hari sebelumnya. Di SMA teladan seJABODETABEK hari sabtu di gunakan untuk mengasah kemampuan para murid dengan mengikuti kegiatan ekstrakulikuler yang di sediakan sekolah.

Masih sama dengan minggu sebelumnya dan minggu minggu sebelumnya lagi. Studio milik pribadi SMA UYEers mendapat peringkat pertama favorit gadis-gadis yang sengaja membolos dari kegiatan eskul mereka, bahkan beberapa gadis sengaja tidak mengikuti kegiatan ekskul khusus untuk mantengi pria-pria dengan tubuh jangkung  menunjukan aksinya di atas panggung.

Para personil band sudah meneyelesaikan lagu pertama mereka, biasanya dalam satu kali latihan mereka bisa membawakan sampai 3 lagu. Meski begitu tak membuat para gadis  yang jumlahnya tidak bisa di bilang sedikit itu menutup mulutnya, berhenti menjeritkan kekaguman pada personil-personil band sekolah meraka yang tidak bisa di bilang kacangan itu. Terkhusus untuk sang vokalis.

Rio-yang merupakan vokalis sekaligus gitaris band berjumlah 4 personil itu- berjalan santai kearah bangku penonton paling depan menghampiri tas hitamnya.  Setelah sampai, segera di keluarkan air mineral tidak dinginnya dari dalam tasnya dan lalu dengan cepat menghabiskan satu botolnya dalam beberapa kali tegukan.

“main gitar lo hari ini beda deh io..” alvin yang merupakan pemain gitar melodi dalam band yang mereka beri nama miracle itu, menghempaskan tubuhnya letih di bangku tepat di samping rio.

“maksudnya?” tanya rio bingung, sembari menautkan kedua alis hitamnya.

“main lo payah!!” alvin berujar santai, yang dengan rio hanya di tanggapi dengan mengangkat salah satu ujung bibirnya tak tersinggung sama sekali dengan ucapan dari sahabatnya, yang dia ketahui memang begitu gaya bicara nya.-Tak memikirkan kata-kata yang akan di luncurkan dari mulutnya itu akan berdampak apa-. “ada masalah sama tangan kanan lo???”

Rio segera menoleh ke alvin kali ini, niat sekali menjawab tebakan alvin yang tidak tau kenapa bisa tepat itu.”iya nih agak ngilu-ngilu gitu buat maen gitar, ada kecelakaan kecil kemaren, tapi bukan apa-apa..” dan rio tertawa kecil di akhir kalimatnya, dia teringat.. kejadian kemarin.

“kecelakaan malah seneng..” alvin yang bingung tiba-tiba teman kakunya itu tertawa di tempat umum, hanya menanggapi sesuai yang ingin hatinya katakan.

Dan rio semakin tertawa, memori sore itu malah semakin terngiang. Dan dia bahagia hanya sekedar mengingat nya saja. Gak cukup apa malam tadi sudah di lalui dengan tawa, dan sekarang masih kurang saja. “aneh..”.

“lo ketawa-ketawa gitu. kayak gak merasa banget deh, kemarin bikin gue ma ify nunggu dua jam dan akhirnya ify batalin acara sambil uring-uringan...”

Dan percaya lah, perasaan rio saat mendengar kalimat alvin sama halnya seperti mendengar berita buruk yang paling buruk. “oh gosh! Mampus gue.. gue ijinin bentar vin..” rio segera berlari cepat meninggalkan alvin beserta ekskulnya. Menciptakan tanya juga bagi banyak orang yang ada di tempat itu, “kok belum selesai, sudah pergi?. Terus yang nyanyi ntar siapa?.

Perasaan rio sudah tidak enak, padahal dia belum bicara bahkan belum bertemu dengan ify. Tujuan dia pergi dari latihan memang untuk menemui ify, Untuk meminta maaf atas kejadian kemarin.
coba ada si monyet, siapa tau dia ngasih keajaiban lagi buat gue. Hei...



***



Gabriel memejamkan mata, menikmati hembusan angin semilir yang menerpanya kencang, membuat beberapa helai anak rambutnya bergerak-gerak mengikuti arah angin. Sensasi ini begitu damai.

Sedang di samping gabriel, ada shilla yang dengan setia menemaninya berdiam saja di tempat itu. di lantai hampir tertinggi, di sebuah gedung yang baru setengah jadi tidak jauh dari pemukiman kumuh tempat gabriel mengajar.

Sedari keduanya sampai di sini, memang belum ada percakapan yang terjadi. Saat sampai, Gabriel seketika sibuk dengan kegiatan menikmati angin sepoinya, dan shilla yang awalnya tidak tau harus berbuat apa memilih mengamati lekuk wajah sempurna pria di sampingnya. Dengan puas, dengan jeli, dengan teliti, dengan di hayati.

Tapi.. ada yang berbeda dengan gabriel sore itu. shilla memiringkan wajahnya ke kiri, mencoba lebih jeli mengamati pria di samping kanannya itu. dan ah.. akhirnya shilla menemukan apa sesuatu yang terasa berbeda itu, sore itu ada kaca mata bening berbingkai hitam bertengger mantap di hidung mancung gabriel. Itu membuat gabriel nampak lebih dewasa dan tampan.

Shilla tersenyum sendiri, tidak menyangka kejadian manis seperti sore itu bisa terjadi pada dirinya. Menghabiskan sore dengan pria kacamata yang baik hati. tidak dengan pria kacamata hitam galak yang suka memicingkan mata menyebalkan yang ia temui kemarin. Setidaknya kesialan nya kemarin, terbayar hari ini.

*

Cakka berlari tunggang langgang dengan raut yang tidak bisa di bilang biasa saja. Dia kalut. Entah kenapa dia merespon dengan berlebihan seperti ini? Padahal dia hanya menerima telepon dari tante ina yang menanyakan shilla ada di rumahnya atau tidak. Karena dari tante ina menyuruh shilla mengantar kue sepulang sekolah shilla belum kembali lagi ke rumah.

Dan sekarang dia di sini. Ke tempat yang dari penuturan tante ina, tempat dimana shilla di tugaskan mengantar kue. Di tempat yang di gunakan anak-anak kurang mampu menempuh pendidikan.

Tanpa menunggu lama, cakka segera mengedar pandang ke tempat yang hanya terdiri dari serambi usang, dengan meja-meja pendek. Dan papan tulis hitam di bagian depan ruangan. Dan.. tak ada shilla.

“kak cakka. Ngapain kesini kak?” seorang bocah kecil yang merasa kenal cakka yang tinggal di komplek perumahan dekat pemukiman kumuh tempat tinggalnya, segera menghampiri cakka yang tampak kebingungan di pintu serambi.

“eh, elo zy..” cakka yang juga mengenal bocah kecil lucu bernama ozy, karena dulu ozy ini sempat berjualan es balon-keliling di sekitar kompleknya- tak menyia-nyiakan waktu dan kesempatan, dan akhirnya dengan cepat dia mengajukan tanya perihal shilla.”liat kak shilla gak?”

“ooo.. nyari kak shilla.. di sono tuh!!..” ozy menjawab sambil menunjuk gedung tinggi setengah jadi yang berada kurang lebih 300 meter dari mereka berdiri.

Cakka menyerengitkan dahi bingung,”yang bener aja, penakut macam shilla di tempat begituan?”. Pasalnya gedung yang di tunjuk ozy itu memang terlihat menyeramkan. selain gedungnya sudah usang, di beberapa sisi gedung tersebut sudah berlumut dan tumbuh tanam2an liar, dan juga gedung tersebut di kelilingi beberapa pohon besar dan semak belukar yang hampir tidak mungkin di lewati.

“yakin lo? kak shilla di sana?” masih belum percaya, cakka mencoba memastikan.

“iya, yakin..”ozy mengangkat tangan nya yang sudah membentuk huruf V, tanda dia bersungguh-sungguh. “lagi pacaran noh, sama kak gabriel.”

“Ha?” cakka antara dengar dan tidak dengar, atau mungkin dia dengar tapi terlalu tidak percaya dengan apa yang dia dengar.

ZY, JADI IKUT MAEN GAK SIH. LAMA DEH” baru cakka akan membuka mulut untuk mengklarisifikasi tentang ucapan ozy yang tidak di mengerti. Ozy sudah berlari menghampiri temannya yang sudah menunjukan ekspresi tidak sabar menunggui ozy.

Dan itu menghasilkan tanda tanya besar di pikiran cakka, lalu dengan sebelumnya berteriak terimakasih pada ozy yang saat ini sudah terlibat permainan seru dengan teman-temannya. Cakka berlari cepat ke tempat yang sudah di beritahukan ozy. Dengan tanya, dan biar kejadian yang akan terjadi nanti yang menjawabnya. Apa maksud omongan ozy?

*


Jika 30 menit yang lalu, suasana  gedung itu di lalui dengan diam. Tapi kini, lain lagi ceritanya. Gabriel dan shilla tengah terbahak bersama seusai gabriel bercerita pengalaman masa kecilnya yang amat menggelikan.

“Shilla...” keduanya dengan serentak diam-menghentikan tawa- dan kembali dengan serentak menoleh ke belakang mencari arah suara yang menyerukan nama si gadis.

“eh cakka...” shilla tersenyum lebar mendapati pria dengan celana pendek dan kaos oblong hitam berdiri tegap tak jauh darinya. Dengan ekspresi tak bisa di baca. “ada apa kka?”

“emm.. gu..e. di sini.. eh!.. tante ina nyuruh gue nyari lo, soalnya dia khawatir sama lo kenapa belum pulang2 sampai sekarang.” Cakka menghembuskan nafas lega sudah berhasil mengucapkan alasan bohong yang menurutnya tak terlalu buruk. karena sebenarnya, dia bisa berada di sini sekarang, bukan atas permintaan tante ina melainkan inisiatif sendiri karena tidak bisa di pungkiri dia... khawatir.

“aduh, pantes bunda khawatir. udah jam 4 ya ini,.. gak kerasa.. hehe..” shilla berucap kaget dengan lucu,  menyadari jarum pendek di jam tangannya sudah menunjuk angka 4.

“kamu ini, ada-ada aja..” gabriel tersenyum melihat tingkah shilla dan dengan reflek mengusap lembut pucuk kepala shilla. Tanpa memikirkan perasaan pria lain yang juga ada di tempat yang sama. “pulang sana..!!”

“hehe, iya iya. Aku pulang dulu ya kak..” shilla dengan cepat berdiri setelah menyelesaikan kalimatnya. Dan segera melangkahkan kaki mendekat ke cakka.

“shilla..” langkah shilla terhenti dan segera membalikkan badan menghadap ke gabriel yang tidak tau kenapa memanggilnya. “anak-anak, ngajak ke pasar malam besok malam, kalo kamu mau ikut kamu bisa datang ke serambi jam 7 malam besok.”

Dengan di awali dengan senyum, shilla berucap “kalo di ijinin bunda. Aku pasti ikut kak..” dan oleh gabriel di acungi jempol dengan senyumnya.”pulang ya kak, dada...” setelah melambai kan tangan shilla berlalu, dan hilang di undakan tangga.