Selasa, 21 Februari 2012

Kamu Untuk Aku (part 2)

Hari senin, hari yang di lalui sebagian banyak pelajar dengan malas-malasan. Hari Setelah hari minggu, hari kebanggaan siapapun juga. Yang di lalui dengan bersantai-santai ria. Lalu senin datang, dan di mulai beraktifitas kembali. Wajar saja.

Tapi kata malas-malasan tidak berlaku untuk shilla, gadis itu mau itu hari apapun juga tetap menjadi dirinya. Ceria dan semangat.

Setelah sampai di lapangan parkir ukuran sedang milik sekolahnya, shilla memilih tempat strategis untuk memprakir sepeda kesayangannya. Setelah selesai. Dengan segera dia mengedarkan pandangan, mencari seseorang yang tadinya berangkat bersamaan dengannya. Di sepada yang beda.

Pandangan shilla terhenti, seseorang itu sudah dia temukan. Sedang memarkirkan sepeda juga, cukup jauh dari tempatnya memarkirkan sepedanya kini. Lalu dia berucap yang di awali senyum jahilnya. “cakka, ayo balapan lari ke kelas. Yang kalah traktir makan siang. Haha..” dan saat itu juga shilla berlari secepat mungkin. Sedangkan, si pria yang di panggil cakka itu setelah mendengus kesal karena merasa di curangi akhirnya ikut berlari juga mencoba menyusul shilla.

Shilla menang. Dan berarti cakka kalah. Shilla tertawa berbahak penuh kemenangan saat cakka baru sampai dengan nafas tersengal dan wajah kusut penuh tekukan kesebalan.

“ntar, mau makan siang di mana cakk?” dan ucapan shilla itu secara spontan membuat cakka melotot ke arahnya.

“gak ah, lo nya kan curang. Tadi itu,, udah kamu lari duluan, deketan lo lagi posisinya dari kelas..” cakka protes penuh amarah yang menggelora.

Shilla yang sudah duduk di bangku biasanya, mencibir segera dengan suara lantang penuh penekanan.”oh gitu.... baru tau kalo ternyata ketua OSIS kita itu orangnya gak sportis.”

Cakka ternganga juga mendengar penuturan shilla. ketua OSIS? Itu berarti dirinya. Ck-, shilla ini ada2 saja akal cerdiknya. “ iya iya, ntar gue traktir.” Dan akhirnya cakka mengalah. Selalu begini.

“Ayyeeee.. sama agni juga ya cakk...” di selingi tawa bahagianya shilla bicara seenaknya.

“eh eh.. gausah gausah.. gue gausah ikut.” Agni nama seorang gadis yang tadi di sebut sebut shilla, dengan cepat menyahut saat setelah shilla mengucapkan usulannya. yang membuat cakka yang sebenarnya sudah membuka mulut untuk menanggapi, mengatubkan mulutnya kembali. “gue gamau ya, nerima traktiran yang di peroleh secara curang begitu.” Lanjut agni santai yang langsung di setujui cakka dengan anggukkan cepat.

“ih, apaan deh kalian berdua, jodoh banget bisa sekongkol gitu....” bukannya nyadar, shilla malah dengan tampang tanpa dosanya menjawab dengan terkikik-kikik kecil, dan nyatanya berhasil membuat kedua sahabatnya mati kutu akibat ucapan asal shilla. Keduanya diam, benar-benar diam.

Tidak ingin diam menguasai terlalu lama, cakka akhirnya mengeluarkan suara juga juga.”bawel deh lo ndut..” setelah mengucapkan itu pada shilla, yang di akhiri juluran lidah untuk gadis jahil kelewatan itu. cakka segera mengalihkan pandangan ke arah agni gadis lain yang berada tepat di samping shilla.”lo ikut aja ag. Tenang.. traktiran gue gak semata-mata karena kecurangan shilla kok.”

“loh? Terus dalam rangka apa?” agni jadi bimbang, serba tidak enak. Jika menerima takut takut si cakka gak ikhlas nraktirya karena tuntutan terlanjur, kalo menolak bagaimana? Cakka nya udah nyampe mengklarisifikasi gitu.

“dalam rangka pengen aja...” cakka cekikian sendiri mengucapkan jawabannya.

“iya pengen, pengen deket-deket agni terus.. haha...” dan lihatlah kunyil satu itu belum juga jera mengerjai teman2 nya sendiri.

“shilla!!!” dan kali ini agni tidak cukup diam, dia berteriak tepat di telinga shilla dengan tambahan tangan nya menggetok tanpa ampun kepala shilla. dan shilla meski sempet terelonjak kaget dan merasa sakit akibat getokan maut agni, akhirnya tertawa juga.

Tak seperti agni yang melakukan pemrotesan, cakka hanya diam. Entah sedang malas menanggapi aksi menyebalkan shilla atau karena apa. Yang jelas dalam hati ia membatin.”please shilla jangan di terusin. Apa maksudmu?’’



***




Rio keluar dari kamar pribadinya dengan tergesa dan dengan ekspresi yang tidak mengenakkan. Apa yang membuatnya seperti itu? tidak ada yang tahu?

Rio sampai di ruang makan besar dengan gaya klassik minimalis hasil kerja dari arsitek terkenal,-nama arsitek-.  Itu membuat semua pelayan yang bertugas di ruangan itu secara serempak tertunduk hormat padanya. Dan dengan cekatan dan teliti pelayan yang sudah ditugaskan masing-masing tugasnya melaksanakan tugas sebaik mungkin berusaha tanpa cela. Mulai menarikkan kursi meja makan untuk sang mahkota raja,pengaturan tata letak piring dan sebangsanya, dan yang terpenting menu sarapan yang enak dan bergizi dengan nilai tinggi.

Bukannya segera menikmati hidangan sarapan nya. Rio berujar datar dan dingin “pak kiki, gue perlu ngomong.” dengan wibawa penuh dan tinggi rio menyampaikan tanpa melihat si lawan bicara, gaya khas bicaranya.

“ada apa tuan mario?” dan pria berkepala empat yang di rumah itu di tugaskan sebagai ketua pelayan menjawab dengan tenang dan penuh rasa hormat.

“penghangat kamar gue rusak. Kenapa bisa? dan gue gak mau tau apapun alasannya. Yang perlu gue tau, begitu gue sampai di rumah rongsokan itu udah harus  di ganti. Ngerti?” dan inilah rio sang penguasa.

“baik tuan. Akan saya lakukan..”

Setelah mendengar jawaban kepala pelayan istananya itu, rio tanpa menyentuh sarapan yang telah di buat untuknya, berdiri dan mulai berlalu. yang sebelumnya dia mencerca dengan keras. ”gue jadi gak nafsu sarapan.. males!! Ngeliat kerja kalian yang gak becus!!!!...”

Rio sudah berada di dalam yarris putihnya. Dan sebelum rio melajukan mobilnya untuk keluar dari pagar pelindung istana besar miliknya dan nantinya menuju sekolah yang cukup jauh dari rumahya. Rio memutuskan untuk mengotak-ngatik sebentar HPNya.

To: alyssaIFY
Fy, bawain gue bekal donk.
Gak sarapan gue. Lagi bete ma pelayan di rumah.
yayaya? :D Thx be4 ify cantik..



***



Sepulang sekolah. Dengan masih penuh semangat, shilla terus menggoes sepedanya. Dia tak peduli teriknya matahari begitu menyengat kulit, siang itu. dia hanya ingin segera sampai rumah untuk segera membantu ibunya mengedarkan kue jajanan hasil olahan ibunya ke warung-warung yang sudah berlangganan. Makanya tadi saat cakka mengajak berteduh dulu karena tidak tahan panas, shilla dengan cepat menolak. Asal sengatan matahari tidak membuatnya kehilangan nyawa. Biarlah, dia tersengat begitu.

Shilla mengerem pelan sepedanya, bermaksud untuk memberhentikan sepeda, bukan karena sudah sampai Melainkan terhadang lampu merah. Shilla mengelap peluh yang membanjiri pelipis yang mengalir hingga ke rahangnya. Lama sekali lampu hijau datang.

“nyet...” shilla hapal suara baritone dengan intonasi itu. meski daya ingat shilla terbilang lemah, kejadian itu masih kemarin. Jadi keterlaluan jika shilla melupakan kejadian dan pelaku dalam kejadian itu.

Akhirnya Shilla menoleh kearah kirinya, dan benar saja..... Pemuda yang sama seperti kemarin di pohon jambu air tengah berada dalam mobil yarris putih kinclong dan tersenyum dengan satu ujung terangkat, senyum angkuh dengan inisial meremehkan.

“Ngapain lo di situ nyet??” masih dengan senyum meremehkan rio-pemuda itu- menanyakan hal yang gak penting yang jelas banget bertujuan akan menghina.

“lo pura2 bego, apa memang dari sananya bego?”dan dengan tanpa rasa takut penuh kebencian shilla berucap sinis tanpa melihat rio.

Rio kembali di buat ternganga oleh gadis dengan ikatan kuda yang awut-awutan itu. “ini cewek mesti periksa mata deh kayaknya, kataraknya udah parah banget pasti. Cowok ganteng gini di judesin.”
Berusaha untuk tak memikirkan lebih jauh ucapan shilla yang terbilang tajem dan nusuk banget, rio membalas dengan tak kalah nusuk.”lo tuh yang bego! Orang terbego yang pernah ada malah, siang siang bolong gini sepedaan, pantes item.”

“kayak situnya gak item...” shilla tak kehabisan akal juga ternyata untuk melawan genjatan senjata dari rio. Ini juga Untuk kali pertamanya dia bicara sepedas ini terhadap orang. Tapi biarlah asal kata2 pedasnya itu di tujukan untuk orang yang tepat. Karena Shilla sudah sangat geram dengan pria yang ternilai kaya ini terus saja menganggunya, semakin geram juga karena lampu hijau terasa lama sekali jika di lalui dengan cowok gila yang seenak jidat mengganti-ganti nama nya itu.

Dan bagai ketiban uang sekarung dari langit, berada di taman penuh pohon sakura, terbang melayang ke langit ke tujuh. Lampu hijau menyala, kebebasan untuk shilla. dan kegelisah asing untuk rio.

Seperti Tak memperduliakan rio yang sudah panas dingin, ucapan sinisnya selalu terbalas telak oleh gadis kucel lawan bicaranya. Shilla menjulurkan lidah cepat, lalu mulai menggoes sepedanya untuk melaju meninggalkan rio. Dan Rio yang mengendari mobil yang tidak bisa selincah shilla menyerobot kemacetan siang panas itu, hanya memandang punggung gadis bersepeda yang semakin menjauh itu dengan dendam, lucu, aneh dan..... gelisah.


***




Pemudaa sipit dengan rambut ala koreanya itu kembali mematut dirinya di depan cemin besar berbingkai ukiran kayu jati yang terpasang tepat di dinding bagian kiri kamarnya. Tampan. Sudah pasti. Karena itu Pendukung nomor satunya sebagai seorang playboy. Pria brengsek kan dia? hal biasa.

Pemuda itu sudah bersiap akan pergi. Sebelum getaran halus pada celana jeans nya menghentikan langkahnya.

1 new massage

From: mario stevano
Vin, gue ga jadi keluar malem ini.
Hujan.

Alvin, pemuda itu. terdiam sesaat, memahami sms yang baru masuk ke Hpnya, dan dia paham. Setelah menggerakkan lincah kedua ibu jarinya di atas kypet Hpnya, alvin mengirim pesan yang kiranya tepat untuk membalas sms sahabatnya itu.

To: mario stevano
Tapi, gue udah siap2 mau keluar donk.
Gue ke rumah lo aja deh ya.
Daripada dandanan gue sia-sia.

Dan tak butuh lama HP pribadi kesayangan alvin kembali bergetar, balasan sms dari rio yang berupa balasan sangat singkat, hanya berisi kata “ok”. Dan itu memang sudah sangat menjawab.

Alvin menepuk jidat sendiri, baru saja teringat akan sesuatu. Dia kembali berhubungan dengan Hpnya, kembali menarikan kedua ibu jarinya. Dan tidak butuh waktu lama dia kembali memasukkan Hpnya ke dalam saku celana jeansnya. Dan segera berlalu.



***




Ify duduk sendiri dimeja kantin sekolahnya, 2 pemuda tampan yang biasa duduk bersama di tempat ini dengannya belum juga datang padahal istirahat sudah berjalan 10 menit, berarti tinggal 5 menit lagi waktu istirahat tersisa.

Ify memainkan ponselnya secara hikmat, entah apa yang dia lakukan dengan ponsel dengan dominan warna biru itu. dan sesekali dia juga menyeruput jus tomat kesukaannya.

Keheningan terjadi. Membuat ify aneh juga karena baru beberapa detik lalu kantin ini  terdengar riuh seperti halnya kantin biasanya. Kenapa menjadi hening tiba2 seperti ini? Dan ternyata.... saat ify mengarahkan pandangan ke arah pintu masuk kantin penyebab keheningan terjadi adalah 2 orang yang sedang di tunggunya.

“hai fy..” si kulit putih dengan rambut gondrongnya, menyapa ify manis. Bagi kebanyakan wanita di SMA ini berfikir ify adalah gadis terberuntung yang pernah ada bisa dekat dengan 2 pangeran SHS. Wajar jika banyak yang iri dan tak suka padanya.

Bukannya menjawab sapaan itu, dengan kesal ify mengomel saja.”kalian ini. Darimana aja deh? Tega banget biarin gue nunggu lama gini. Garing tau..”

“ck-, heran deh ma lo. Tiap hari kerjaannya ngomel aja? Gak pegel mulutnya?” si pemuda hitam manis kali ini yang angkat bicara, yang di sambut tawa oleh pemuda sipit penyapa tadi.

“rio ah, rese banget..” ify semakin di buat kesal saja.

“peace neng..” dan jitakan keras di dapatkan rio. Rio memajukan mulut cepat, di karenakan jitakan ify terlalu keras di kepalanya. Rio menjambak pelan rambut ify, sebagai bentuk pembalasan. Dan terjadilah perkelahian ringan di antara mereka.

“eh, gue pesen dulu deh. Titip gak kalian?” si mata sipit-alvin- memberhentikan begitu saja pertengkaran rio-ify. Tidak tahan juga diKACANGin.

“emm, mau deh. Kayak biasa aja...lo titip gak fy?”

“gak deh, lagi males makan...”

“wuu, pantesan kurus ceking gitu. Makan aja males-malesan...”

“Rio gausah mulai deh....”

Dan alvin segera berlalu, untuk memesan makanan untuk mereka.

“eh, yo. Mau cerita deh...” ify membuka suara kembali setelah sempat terjadi keheningan pasca di tinggal alvin pergi memesan makanan.

“apaan???” rio yang tak ahli menjadi pendengar cerita yang baik merespon apa adanya. Daripada gak di respon sama sekali, sama aja cari petaka.

“waktu itu gue pernah cerita kan ya, ada nomor yang suka ngeSMSin gue pake bahasa puitis gitu. Semalem sms lagi masa’?”

“Terus?”

“ya gue penasaran aja gitu yo, sebenernya itu siapa? Dari bahasanya nih yo. Pasti nih orang keren banget,.. gak kayak lo:P haha...”

“emang ada gitu yang bisa ngalahin karisma gue? Kalo ada pun di dunia akherat...” meski ucapan rio yang bermaksud bercanda itu tergolong aneh, tapi mereka berdua tertawa juga.

“ada apaan si ketawa2?... gue di ajakin napa..” alvin yang baru saja sampai dari memesan makanan, langsung duduk dan nimbrung seketika.

“gak ada apa2 vin, Cuma ini lho... cewek kita... ada pengagum rahasia gitu..” rio mencoba menjawab ketidaktahuan alvin langsung ke intinya. Yang oleh alvin di tanggapi dengan anggukan2 kecil tanda mengerti.

“gausah percaya rio vin, dia mah lebai. Yang sms gue itu orang iseng aja kali..” ify unjuk bicara, mencoba mengklarifikasi dan meyakinkan diri juga agar tak terlalu terbuai dan percaya oleh kata-kata manis dari puisi-puisi indah seseorang yang oleh rio di bilang pengagum rahasianya tadi. Dan alvin hanya sekedar mengangkat kedua bahunya untuk menanggapinya.


***




Sial sial sial. Kata itu berputar-putar di pikiran shilla. gadis itu menghela nafas panjang, mencoba membuang kekesalan yang sebenarnya tak baik untuk dia lakukan itu.

Di lanjutkannya lagi perjalanan panjangnya setelah sebelumnya berhenti sebentar di bawah pohon rindang di pinggir jalan. Panas. Panas sekali, itu juga yang membuat shilla merasa dia adalah orang tersial yang pernah ada. Sudah panas, ban sepedanya pecah, mau beli teh botol buat pereda haus gak ada uang pula. Sial sekali bukan??

“ah... sial..” shilla merutuk lagi, sepertinya klimaks kekesalannya tercapai hari ini. Shilla pusing sendiri memikirkannya, kenapa dari kemarin perjalanan pulang dari sekolahnya di lalui dengan menyebalkan!! Kemarin di ganggu si kunyuk, sekarang pecah ban dan mesti menuntun sepedanya di siang bolong menuju tambal ban yang tak tau kenapa seperti mendukung kesialannya, tukang tambalnya gak ketemu-ketemu.

Shilla terkejut sendiri, saat dengan tiba-tiba honda jazz dengan warna mellenium berhenti mendadak di depannya. Dan dengan kekesalan yang memang sudah menumpuk, shilla tidak tahan untuk tidak mengumpat si pemilik mobil itu. Baru shilla membuka mulutnya bersiap untuk mencaci, tapi segera pula ia mengatubkan kembali bibirnya. Saat melihat seseorang dengan senyum ramah andalannya keluar dari pintu samping pengemudi itu. dan entah hanya halusinasinya saja, seseorang yang ternyata pria itu membawa kesejukan tersendiri pada diri shilla. “senyumnya terlalu meneduhkan..

“shilla sepedanya kenapa?” pria itu menghampiri shilla dengan mengajukan pertanyaan seolah mengerti bahwa sepeda shilla sedang terjadi kendala.

“sepedaku pecah ban nih kak. nyebelin banget kan kak, panas panas begini malah pecah ban...” shilla menjawab tanya si pemuda dengan nada –sedikit- manja. Kenapa shilla jadi seperti ini?

Setelah menangguk2 menyetujui penuturan shilla, yang memang ban sepeda belakang nya pecah. Pemuda itu berujar manis.”ayo kakak bantu...” dan saat itu juga si pemuda sudah mulai mengangkat sepeda shilla.

“lah? Kak gabriel mau gotong sepedaku nyampe tambal ban?” shilla bertanya polos, benar-benar tidak tahu yang ada di pikiran pemuda berkacamata itu.

Gabriel-si pemuda- tertawa kecil, lalu menurunkan pegangan tangannya pada sepeda yang tadi di angkatnya dan kini menggunakan tangannya itu untuk mengacak rambut shilla gemas. Polos sekali gadis ini.”ya gak lah shilla, sepedanya di naikin mobil kakak aja. Ntar kakak anter kamu sama sepeda kamu ke tambal ban.”

“emang bisa ya kak?” dan lihatlah shilla masih saja menanyakan sesuatu yang tidak penting seperti itu, shilla ini gadis polos apa gadis bodoh.

Dan Gabriel cukup mengangguk menjawab tanya shilla kali ini, lalu dengan segera dia memanggil beberapa bapak-bapak tukang becak yang tengah menganggur duduk duduk di becak mereka untuk membantunya menaikkan sepeda shilla ke atas mobilnya.

Dengan tambang hijau yang gabriel beli di toko tekstil tidak jauh dari tempat dia memparkir mobilnya, akhirnya gabriel dan bapak-bapak becak berhasil mengikatkan sepeda shilla di atas mobil gabriel. Lalu setelah memberi upah yang tidak bisa di bilang sedikit untuk sekedar membantu begitu saja pada bapak-bapak yang sudah mebantunya. Gabriel melajukan mobilnya menuju tambal ban mana saja yang akan dia dan shilla temui nanti di perjalanan.

Keadaan di dalam mobil jazz itu hening. Tak ada yang berkeinginan membuka suara saat itu. mereka tengah sibuk dengan kegiatan masing-masing. Gabriel, yang tetap fokus saja dengan perjalanannya sambil mengamati adakah tambal ban yang ia temui. Dan shilla, yang sedang sibuk dengan fiikirannya yang menyatakan .”bahwa hari ini tidak jadi hari kesialannya, bahkan mungkin bisa jadi hari keberuntungannya. Bisa satu mobil dengan gabriel, itu sesuatu yang....waaww..”. shilla bahagia, sangat bahagia. Jika saat ini sedang tak ada gabriel di sampingnya mungkin bibirnya takkan berhenti tersenyum seperti orang gila.

“lap keringatmu, wajah kamu udah kayak abis kena banjir bandang. Hehe..” gabriel berucap masih dengan pandangan berfokus pada jalanan ibukota yang cukup ramai siang itu. dengan tangan kanan masih memegang stir, gabriel menggunakan tangan kirinya untuk menyodorkan saputangan biru laut miliknya.

Shilla yang saat itu pikirannya tengah terbang melayang ke langit ke tujuh sempat terkaget juga, gabriel bicara terlalu tiba-tiba. Yang meski akhirnya menerima sapu tangan dari gabriel dengan tawa kecil, tersipu. Dan dengan segera melaksanakan penuturan gabriel, yang dia pun menyetujuinya.

Dan siang itu indah.....

***



“sorry banget deh kka, nyokap gue asal banget nyuruh-nyuruh lo..” agni membuka suara, sebelumnya 10 menit perjalanan yang di laluinya oleh cakka dengan mobil avanza meliki ayah cakka, sangat hening bahkan suara radio atau apa pun tak ada.

Setelah agni menyelesaikan ucapnya. Cakka terkikik geli sendiri, mengingat bagaimana tante fina tadi menyuruhnya dengan keoptimisan “cakka pasti mau mengantar anak gadisnya pergi belanja ke swalayan untuk membeli kebutuhan bulanan”, dan itu membuat cakka jadi tidak enak sendiri jika harus menolak keinginan tetangga nya itu. “gak apa2 kok ag, guenya ikhlas. Lagian gue lagi nganggur juga tadi di rumah.” Cakka menjawabnya santai.

“bohong banget. Lo kan tadi lagi baca komik, dan gue tau kalo lo lagi baca komik lo paling gak suka di ganggu...” agni bicara lancar, secara tidak langsung membuka kartunya.

“eh? Kok tau lo... suka ngintipin gue ya..” cakka menanggapinya tanpa bermaksud apa2. Hanya sekedar bercanda saja, agar suasana di mobil itu tak seperti sedang di isi 2 orang yang tak saling kenal.

Tapi nyatanya, agni tersentak hebat dengan penuturan cakka. Tahukah anak ini? “eh.. ng..gak kok, males banget ngintipin kamu. Orang gue tadi gak sengaja liat aja, lo kan tau kamar kita sebrangan gitu.”Dengan kegugupan mencapai ubun-ubun kepala, agni mencoba menjawab sebiasa mungkin.

“hehe, Bercanda agni..”agni dengan cepat menhela nafas tak kentara, setelah mendengar jawab cakka.

Agni diam sendiri, takut-takut cakka berfikir macam2. meski cakka tampak biasa saja, tapi tetep saja. “malu-maluin...” jerit agni dalm hati. Dan seketika pipinya memanas, lalu tanpaa di sadari bersemu merah tanpa di minta.

“ngegemesin...” oh god, oh dewi fortuna katakan semua ini bukan mimpi. Baru saja, saat agni tengah menetralisasi kegugupan nya hingga membuatnya ketar-ketir sendiri, di tambah pipinya memanas hingga merona. Cakka menyubit pipinya pelan. Percayalah. Ini untuk pertama kalinya. “mamaaaa!!! Love you udah minta cakka nganterin agni.. ayeee!!!”

*


Seperti halnya pria gentle lainnya, cakka yang membawakan troli belanjaan agni yang terbilang banyak. Tapi wajar saja, namanya juga belanja bulanan. Mama nya juga kalo belanja bulanan, belanjaan nya menggunung. walau biasanya yang menemani mamanya belanja kakaknya. kakaknya itu berandal tapi dia sayang keluarga banget. Jadi kakaknya biasa nawarin ke mama cakka buat nganter belanja. Jadilah cakka tak pernah sekali pun membantu mamanya memutari super market untuk belanja, biasanya dia hanya sekedar membantu membawa masuk belanjaan dari mobil ke rumah.

 Dan cakka kini baru tahu rasanya menemani orang belanja, seru juga. Apalagi kalo yang belanja itu agni, gadis itu kesusahan sekali sepertinya memenuhi daftar belanjaan yang di tuliskan mamanya. Apalagi dengan pengalaman belanjanya yang pas-pasan, bikin dia ketar-ketir sendiri bolak balik nanya petugas swalayan nanyain tempat barang yang dia cari. Dan itu tampak lucu di mata cakka.

“yang belum apa lagi ya..” agni kembali mengamati deretan huruf di daftar belanjaan nya, satu lagi. Tapi....... agni dengan pelan-pelan menolehkan kepala ke arah kirinya, menatap cakka yang yang ternyata juga tengah menatapnya. Seketika agni menunduk memalingkan pandang, dan pipinya kembali memanas.

“mau nyari apa lagi..?” cakka yang tak menyadari kesalahan akan tingkah agni, bertanya masih dengan semangat seperti sebelumnya.

“emmm... Lo gak mau ke toilet kka???” cakka menyerengitkan dahinya lalu menggeleng pelan. Masih bingung dengan pertanyaan agni yang tanpa makna.

“yaudah kalo gitu, gue aja yang ke toilet...” dan tanpa menunggu jawaban cakka, agni segera berlalu dengan langkah tak aturan. Tapi baru beberapa meter jaraknya dari cakka, agni berhenti. Berfikir,”kalo gue ngambil nih barang tanpa trolli, ntar nih barang cewek mau di taruh mana coba. Masa di tenteng?? Itu sama aja, menunjukkan aib terang-terangan..” lalu agni memutuskan berbalik.

“sini kka, troli nya gue aja yang bawa..”

Masih dengan kebingungan penuh melanda. Cakka mengajukan tanya.”lo mau ke toilet bawa2 troli?”

Agni menepuk jidat, bingung harus bagaimana lagi. Sudahlah, sudah terlanjur nampak bodoh. “ iya, lo duduk aja di situ... gausah ikut gue” agni menunjuk bangku panjang yang memang di sediakan oleh pihak swalayan untuk di gunakan para pengunjung untuk menunggu, lalu dengan cepat kembali berlalu. Dan cakka menuruti perintah agni, masih dengan tampang inoccent.

Setelah memastikan dirinya aman dari jangkauan pandangan cakka, agni segera berjalan ke bagian rak-rak yang isinya berbagai merk pembalut wanita. Huh, intim sekali kan barang ini.?
Agni memilih pembalut yang di maksud di daftar belanjanya. Charm isi 20. Lalu agni mengedarkan mata. Dan itu dia.... di rak paling atas.

Meski tidak yakin tangannya bisa menjangkau pembalut yang di maksud. Agni tetap berusaha mengambil barang itu. dan benar saja, dia tidak sampai. Agni mengedarkan pandangan, mencoba mencari petugas khusus wanita yang kiranya tinggi untuk mengambilkan 2 pack untuknya.

Sudah beberapa menit dia di situ, tapi usahanya tak kunjung membuahkan hasil. Dan dia pun tak kunjung mendapat petugas swalayan kriterianya. “semangat agni, pasti bisa!!!!” entah sudah ke berapa kali nya dia menyemangati diri seperti itu. dia menjulurkan kembali kedua tangannya. Dan masih tidak sampai. Harus bagaimana lagi dia?

Dengan tanpa sadar agni mengikuti gerak tangan seseorang yang baru saja menyaingi tangannya mengambil barang incarannya, dan tangan itu berhasil. Dan tidak di sangka 1 pack pembalut itu di sodorkan ke arah agni. Yang reflek membuat agni mendongak ke arah seseorang yang berada di serong kiri belakangnya.

“kyaaaa...” agni berteriak heboh, dan dengan tiba-tiba serta tanpa sadar tangan kanan nya meraih 1 pembalut terdekat darinya lalu di pukulkan dengan keras tepat ke muka si penyodor pembalut.

“agni.... sakit.!!!” Dan tak kalah heboh, si penyodor yang ternyata pria itu berteriak keras. Dengan tangannya mengusap pipi kirinya korban pukulan agni.

“emmm....” agni dengan salah tingkah, malah jadi bingung sendiri ingin menjawab apa.  Tidak enak juga dengan pria itu yang di pukulnya padahal tidak ada salah apa2. Dan akhirnya.. “salah siapa juga? Kan udah gue bilang tadi, gausah ikut!!!” agni dengan rasa malu yang menumpuk menjawab tak mau di salahkan mengalihkan malu.

“ya abis lo lama sih, ya gue susul...” cakka yang masih belum selesai mengusap pipinya, menjawab dengan bibir sedikit di manyunkan.

“ya maap deh, reflek tau. Kaget liat muka lo...”

“ya wajar sih, muka gue kan ganteng...

“ih, pd..!”

“hehe, udah selesai belum belanjanya?”

“udah, tapi ambilin satu lagi.. hehe??

Agni telah selesai dengan acara belanja bulanannya, kini ia tengah antri untuk melakukan pembayaran. Yang memang antrian nya cukup panjang, karena sore ini pengunjung swalayan cukup ramai. Sedangkan cakka, agni sendiri tidak tau anak itu sedang di mana. Pasalnya mereka tadi berpisah di ujung rak yang menyimpan berbagai pembalut wanita itu.

“ag, beliin ini ya..” agni segera mengalihkan pandangan ke samping kirinya, saat cakka secara tiba-tiba berucap dan menjatuhkan sebungkus coklat ke troli di depannya.

“bukannya lo alergi coklat cakk?” agni bertanya dengan menautkan kedua alisnya.

“iya... Ini buat shilla. dia kan demen banget beginian..”

“Ooo.. kamu gak minta buat kamu sekalian...” dengan perasaan tak menentu agni berucap berusaha seperti biasa, walau tak hanya pipinya kali ini yang memanas. Namun juga matanya.

“gak deh... ntar gue kesannynya  bantu gak ikhlas lagi.. hehe...” cakka tersenyum, dan agni pun juga.