Datangnya bisa kapan saja
Tak di duga, tak di sadari
Mengalir pelan, lembut, hingga
akhirnya terasa
...... Cinta
Cahaya
keemasan merambat menembus celah kecil dalam gorden yang tertiup angin. Dapat
ia rasakan kehangatan menerpa kulitnya. Empat hari sudah pemuda itu meringkuk
di salah satu ruangan rumah sakit ini.
“tok..tokk..”
alvin terperanjat dari lamunannya. Menduga-duga siapa yang baru saja mengetuk
pintu kamarnya.
Belum
mendapat gambaran siapa yang baru saja mengetuk pintu kamarnya, pintu kamarnya sudah
terbuka sebagian, menampilkan gadis berambut pendek yang saat ini tengah tersenyum
lebar kearahnya. Senyuman yang menampilkan lesung pipi di kedua sisi pipi gadis
itu.
“hai
vin..” gadis itu menyapa alvin ceria.
Mau
tak mau alvin di buat tersenyum melihat kehadiran gadis itu.”hai vi, akhirnya
datang juga..”
Sivia
mengedarkan pandangan, ke seluruh penjuru ruang rawat inap alvin setelah terkikik pelan. ”sendiri?”
Alvin
mengangkat bahunya,”sebenarnya tadi ada mama, tapi barusan aja pulang. Ngambil
ganti katanya..”
Sivia
membulatkan mulutnya.”kirain.. gak ada yang peduli sama lo.”
Gantian Alvin
terkikik, seenaknya saja sivia bicara.“gak masalah sih, kalo gak ada orang lain
lagi yang peduli sama gue. Yang penting lo tetep peduli.”
Sivia
terbahak.”gue gak bilang sih kalo gue peduli sama lo..”
“tapi..
apa namanya jenguk gue. Dengan tanpa di minta?”
Sivia
diam, melengos sebal mendapati wajah alvin yang sekarang tengah senyum-senyum
menggoda ke arahnya.”PD banget sih vin, gue mau nepatin janji kali, itu pun
kalo lo udah bener-bener baikan.”
Alvin
mengubah ekspresi menggodanya, ternyata tidak mudah untuk membuat gadis itu
tersipu dan salah tingkah. Lalu mengingat-ngingat janji apa yang sudah di buat
sivia. “aduh.. rayuan gue gak berhasil nih kayaknya.”
Sivia
tertawa pelan.”jadi gimana? Udah baikan..”
“udah
nih..” alvin duduk dari tidurnya.”ayook. gue siap..”
***
Ify
mematut dirinya di depan cermin lagi. Lalu tersenyum bangga melihat pantulan
dirinya yang begitu menawan sore itu, meski hanya di balut dress berlengan gelembung
berwarna biru muda yang simple.
Ify
lebih mendekatkan lagi wajahnya dari cermin, memberi sedikit polesan merah muda
di kedua pipinya, yang ia pikir mungkin bisa menambah manis penampilannya. Dan
benar saja, ia semakin terlihat sempurna.
“fy..
“ seseorang yang membuat ify berdandan secantik ini baru saja menyembul dari
pintu putih kamarnya.”udah siap?..”
Ify
bergelagat salah tingkah, khawatir pemuda tersebut melihat aksinya
senyum-senyum sendiri di depan kaca. “udah kok io.. ayukk.” Ajaknya begitu
berhasil menemukan tas yang juga sudah di persiapkan senada dengan warna dress
yang ia pakai.
Ify
menyusul rio yang sudah berjalan terlebih dahulu darinya, begitu dia sudah berhasil
mensejajarkan langkahnya, ia genggam tangan pemuda itu dengan lembut.
Rio
sedikit tersentak, saat tau-tau tangan ify menggenggam tangan kirinya secara
tiba-tiba. Tapi meski begitu ia membalas genggaman tangan mungil itu juga,
mengacak lembut pucuk kepala ify dengan tangan kanannya.”cantik banget sih princess blue siang ini..” ucap rio
manis.
Ify
hanya bisa tersipu malu. Entahlah, sudah 3 hari ini dia tidak bisa menahan diri
untuk tidak bertingkah menjadi gadis yang lebih dari sekedar sahabat pada
pemuda itu. ia bersikap malu-malu, berdandan secantik mungkin, bertingkah lembut,
memberi perhatian lebih, dan sikap-sikap lain.. yang biasanya di lakukan
seorang gadis pada kekasihnya.
Jangan
salahkan ify atas perubahan sikapnya. melainkan salahkan pemuda ini, salahkan
pemuda yang sudah 3 hari ini juga bersikap manis padanya, memberi
perhatian-perhatian kecil yang membuatnya melambung, dan siap memeluk lembut
tubuhnya jika hatinya sedang gundah gulana. Terhitung dari kejadian dia
menangis frustasi di kamarnya tempo hari.
“silahkan
masuk princess...” ujar rio bak pangeran yang membukakan kereta kencana untuk
sang tuan putri.
Ify
kembali tak bisa berkata-kata, hanya membalas perlakuan rio dengan tersenyum
manis. Lalu mengikuti perintah pemuda itu untuk memasuki mobil rio, dengan
anggun.
“kok
tumben pake mobil ini. aston-nya mana?” tanya ify begitu rio sudah masuk dan
duduk di belakang kemudi.
“yang
itu kan cuma muat buat dua orang, ntar shilla nya taro mana?” Jawab rio santai,
tangannya sudah bergerak lincah di gagang
persneling.
Ify
tersentak..”emm, dia ikut?”
Rio
menoleh ify sekilas, tersenyum lebar sebelum membalas pertanyaan ify.”iya fy,
dia udah ngebet banget pengen jengukin si Alvin.”
Ify
membulatkan mulut sambil menganggukkan kepalanya pelan. Hatinya berdenyut
nyeri, harus di ingatkan dengan kehadiran gadis lain di sisi pemuda tampan di
samping kanannya. Menyadarkannya, bahwa sensasi kebahagiaan 3 hari ini ternyata
tak abadi, tak konkrit. Hanya
fantasinya yang berlebihan akan harapan kisah bahagianya dengan pemuda di
sampingnya. Hanya khayalan, hanya imajinasi.... bodoh.
***
Shilla
mendengus lagi, kepalanya di sandarkan di kaca mobil yaris yang membawanya memecah keramaian jalanan ibukota sore itu. Sesekali melirik kesal 2 anak manusia yang sekarang sedang bernyanyi bahagia di
depannya, setelah si laki-laki berujar..”lagu
kesukaan lo nih..” yang oleh si perempuan di jawab..”ayo kita nyanyi bareng, udah lama nih gak nyanyi bareng..” dan oleh
si laki-laki di setujui dengan mengangguk semangat.
Do you hear me? I'm talking to you
Suara
si laki-laki mulai terdengar, tanpa sadar shilla tersenyum mendengarnya, suara itu sedikit membangun moodnya yang sudah berantakan. ia
tatap lekat-lekat si laki-laki yang menyenandungkan lagu lucky itu dengan manis.
Across the water across the deep
blue ocean
Shilla
semakin di buat hanyut dengan suara berat milik laki-laki tersebut. Rasanya
semakin tidak rela berada dengan suasana seperti ini, suasana di mana tidak
hanya dia perempuan yang berada satu mobil dengan laki-laki tersebut.
Under the open sky oh my, baby I'm
trying
Aaaaa.
Shilla memekik tertahan. Rasanya ingin bertepuk tangan sekeras-kerasnya.
Memberi penghormatan tertinggi atas suara si laki-laki yang luar biasa
indahnya.
Boy I hear you in my dreams
Shilla
melirik cepat ke serong kiri depannya, menghentikan khayalannya. Menatap tidak
suka perempuan yang kali ini bersenandung.
I feel your whisper across the sea
Shilla
masih menatap tidak suka perempuan di depannya. Semakin tidak suka setelah
menyadari si perempuan bernyanyi dengan terus menatap laki-laki -yang harusnya
miliknya- dan dengan tatapan yang tidak biasa, seperti.. penuh makna.
I keep you with me in my heart
Shilla
mengalihkan pandangan, saat ini sepertinya melihat jalanan yang selalu ramai jauh
lebih baik ketimbang harus melihat perempuan yang nampak bahagia bersanding
dengan pemuda yang mengaku mencintainya. Mencintainya? Apa dengan membuat orang
yang di cintai menderita seperti ini bisa di katakan mencintai.
You make it easier when life gets
hard
Dengan
perlahan, shilla mengambil nafas dalam-dalam. Menyiapkan temeng sekuat mungkin
mengingat perjalanan menuju rumah sakit sepertinya akan terasa semakin lama. Bisa saja, dia akan
melihat kejadian yang lebih memuakkan untuk di saksikan.
Lucky I'm in love with my best
friend
Dan
benar saja. baru saja, dengan berani perempuan cantik berambut ikal tersebut
menarik salah satu tangan si laki-laki yang lalu di genggam dengan dua tangan,
dan lihatlah, si laki-laki meski awalnya terlihat terkejut, akhirnya membiarkan
tangannya di dekap kuat-kuat dengan tangan mungil si perempuan. Aihh,
sebenarnya laki-laki ini pacarnya siapa?
Lucky to have been where I have
been
Shilla
rasanya sudah hampir menangis. Merutuki 2 orang yang bisa-bisanya bahagia di
hadapannya yang sedang menderita. Otak Shilla mulai memutar memori kenangannya
bersama si laki-laki. Kenangan di mana biasanya dirinya yang duduk di samping
kiri laki-laki ini, di tempat yang saat ini di duduki perempuan yang masih
menampilkan senyuman bahagia. Rasanya jika ia hanya berdua dengan laki-laki ini,
tak sebahagia seperti apa yang di lihat sekarang, rasa nya tak semenyenangkan
ini. tapi.. atau.. sebenarnya bisa sebahagia ini, bisa semenyenangkan ini, tapi
karena dirinya tak peduli, Akhirnya.. dia tak merasakan apa-apa. Membuatnya
menjadi sekedar angin lalu, yang sekarang angin itu di harapkan untuk kembali,
untuk bisa terulang.
Lucky to be coming home again
Jadi,
jangan salahkan si laki-laki ini shilla. bukan kah laki-laki ini sudah sangat
berusaha selama ini? ini sangat jelas untuk membuat kamu sadar, sadar dengan
tekad laki-laki ini, sadar dengan usaha laki –laki ini. dan segala rasa
memilukan di hati mu saat ini, SELAMAT MENIKMATI.
Shilla
akui, ia merasakan sengatan perasaan aneh saat melihat pemandangan di depannya kini.
Seperti sengatan perasaan marah yang membuat dadanya panas. Membuatnya
terdorong untuk mengambil si laki-laki dari perempuan cantik di samping kirinya
secara paksa. Dan lalu, berteriak galak kepada si perempuan.”dia punya gue, kalo lo mau rebut dia dari
gue, langkahi dulu mayat gue..” Shilla menyerengitkan keningnya sambil
tangannya memain-mainkan ujung seragamnya. Apa dia sedang di landa cemburu? Oh,
astaga. Kalau benar-benar ia cemburu berarti dia mempunyai perasaan lebih pada
laki-laki ini. apa dia sudah bisa mencintai laki-laki ini? itu.. mungkin saja.
mungkin saja dia sudah mencintai laki-laki ini tanpa sadar. Tapi itu
terlalu....
“lo
belum makan shill?”
“ha..
apa?” shilla langsung bergelagat gelisah.”a..pa io?” ulangnya terbata.
“lo
belum makan?” tanya rio-si laki-laki- lagi.
“emm
udah kok. Emm memang kenapa?”
Rio
tersenyum, melirik sekilas shilla dari spion mobilnya. Merasa ada yang tidak
beres dengan shillanya yang sangat pendiam hari ini. “ya abis tumben kalem gitu,
kirain belum makan jadinya gak punya tenaga buat nyolotin gue..”
Shilla memutar bola matanya sebal. Tidak
ada niatan menanggapi –lagi- laki-laki ini. Well, stop untuk memikirkan hal
yang tidak-tidak tentang laki-laki gila ini. Untuk arti perasaan tidak enak nya
saat ini, akan shilla cari tau lain kali. Dan, juga. shilla tarik tentang
pernyataan yang mengatakan ia sudah mencintai laki-laki ini. dan buat lo ify-si
perempuan- peduli setan lo mau rebut rio..
***
Alvin
mengedarkan pandangannya ke seluruh penonton di depannya, dengan senyuman ia
pandangi satu-persatu malaikat-malaikat kecil yang saat ini tengah tertawa
lepas, seolah tak ada beban. Ia baru saja selesai mendongeng tentang si kancil
yang cerdik kepada mereka, mereka yang terlalu kecil untuk menanggung beban
yang menurut alvin... terlalu besar.
Ia
belum mengubah posisinya, masih duduk di salah satu sofa empuk berbentuk bola
yang berada di pojok ruangan besar yang penuh dengan mainan itu. Meski, anak-anak yang baru saja melihat aksinya mendongeng kini sudah berhamburan untuk kembali
bermain.
“hai
kak..” alvin sedikit terkejut, sesosok gadis kecil saat ini sudah berdiri 2
langkah dari dirinya dengan memeluk boneka kancil yang tadi ia gunakan untuk
mendongeng.
“hai
cantik.. ada yang bisa kakak bantu?..” tangan alvin yang panjang menjangkau
gadis kecil itu untuk lebih mendekatinya. Gadis itu mendekat dengan senyuman
malu-malu.
“aku
boleh duduk di sini?” tanyanya pelan, ia menunjuk ke pangkuan alvin.
Alvin
tersenyum, lalu setelahnya mengangkat tubuh ringan gadis kecil itu ke
pangkuannya.” siapa nama kamu cantik?”
tanya alvin setelah memastikan gadis kecil itu sudah nyaman berada di
pangkuannya.
Gadis
kecil itu tersenyum malu-malu lagi.”aku lala. Aku suka dongeng kak alvin.”
Alvin
tersenyum lembut.”terima kasih princess
lala, kak alvin merasa sangat tersanjung.”
Lala
terkikik. Benar-benar merasa terhibur dengan kehadiran alvin di ruangan
ini.”kak alvin sakit apa?”
Alvin
melihat arah pandang lala, menuju ke baju pasiennya.”demam berdarah la..”
“apa
penyakit kakak bisa di sembuhkan?” tanya lala polos.
Alvin
mengangguk.”iya lala.. demam berdarah bisa di sembuhkan..” jawabnya, meski tak
mengerti maksud dari setiap pertanyaan lala.
Lala
tersenyum senang.”apa.. aku... boleh minta sesuatu sama kakak?”
Alvin
tersenyum. “tentu saja, princess lala
mau apa dari kak alvin.”
“...lala,
sini minum obat dulu nak..”
Lala
segera merosot dari pangkuan alvin, lalu setelahnya segera berlari-lari kecil
meninggalkan alvin, mengurungkan permintaannya yang belum sempat di sampaikan
“vin..”
alvin lagi-lagi di buat terkejut, ia menoleh ke arah sivia yang sudah duduk di
samping kirinya.”lala gadis kecil yang cantik ya vin?” sivia sempat melihat
alvin dan lala terlibat percakapan kecil.
Alvin
mengangguk semangat.”iya.. she is like a little angel.” Ia mengamati lala yang
saat ini sedang di bantu meminum obat oleh salah satu perawat di ruangan itu.
“iya..
little angle yang malang..” sivia mengucapkannya dengan sendu, alvin sampai
tidak berani untuk menyela.”dia kanker otak, stadium akhir. Kata dokter umur
dia gak lebih dari sebulan lagi.”
Nafas
alvin tercekat di tenggorokan, mengetahui fakta gadis manis bertopi yang baru
saja terlibat percakapan kecil dengannya memiliki kisah hidup yang memilukan.
Ia menoleh ke kiri, melihat sivia yang saat ini tengah menunduk lesu di
kirinya.
Tidak
mendapati tanggapan dari alvin, yang malah menatapnya dengan tatapan yang sulit
di tebak. Sivia mengabaikannya, mengambil kursi roda untuk alvin.“yuukk.
kayaknya ini waktu nya buat lo kembali ke kamar lo.”
Lamunan
alvin buyar. Tersenyum sekilas melihat sivia yang sudah siap dengan kursi roda
untuknya. lalu menuruti ajakan sivia, Meninggalkan ruangan dengan cat
warna-warni yang begitu indah. Ruangan yang di khususkan untuk tempat bermain
bagi para anak-anak penderita kanker. Para malaikat-malaikat kecil itu.
*
Sivia
benar-benar mengantar alvin hingga pemuda itu kembali berbaring di bednya dengan
nyaman. Tidak berlama-lama, sivia pun segera undur diri dari hadapan alvin,
karena mengaku punya urusan lain.
Tidak
lama dari kepergian sivia, alvin sempat berfikir ia akan melalui jam-jam
berikutya dengan bosan. Tapi ternyata fikirannya salah, saat kedua sahabatnya
di tambah satu gadis manis kekasih dari salah satu sahabatnya, datang.
Sudah
4 hari ini alvin di rawat, sudah selama itu juga ketiganya tak berkumpul
seperti sekarang. Berbagi cerita, tertawa bersama.
“gue
kapan sembuh ya io?”
Rio
mengangkat satu alisnya.”ya mana gue tau vin... kenapa? gak betah lo di sini?”
“iyanih,
gue udah kangen banget tidur sama lo.”
“oh come on boy! kenapa dari sekian
banyak hal yang bisa lo kangenin, kenapa lo milih tidur bareng gue untuk di kangenin..
obat-obat yang lo konsumsi gak bikin orang jadi homo kan?”
Dan..
semuanya. Kecuali shilla. tertawa.
Untuk
shilla, Sebenarnya ia ingin ikut dalam tawa itu, mengingat rio sangat terlihat
sebal mengucapkannya. Tapi dia belum siap menjadi perhatian jika dia melakukan
tindakan yang pasti sangat memancing perhatian itu. Saat ini dirinya sedang duduk di sofa yang
di sediakan untuk pengunjung ruangan rumah sakit itu, letaknya tidak terlalu
jauh dari bed pasien, Setidaknya ia masih bisa mendengar percakapan tiga
sahabat yang sejak tadi sebenarnya.... seperti menganggap nya tidak ada.
“nih
yo...”
Shilla
bisa melihat dengan jelas adegan itu, masih tentang si perempuan dan si
laki-laki. Ify dan rio. Baru saja, ify menyuapi sepotong apel pada rio, yang
lalu oleh rio di lahap setelah sebelumnya memberi senyuman sekilas pada ify.
“well,
ini gue yang sakit, kenapa rio yang di suapin..” alvin membuka suara,
berpura-pura merajuk.
“ya
soalnya setau gue sih, lo gak suka apel vin..”
Alvin
tersenyum senang, ify seperti mengerti banyak akan dirinya. “si ify perhatian
banget ya io, nyampe tau gitu apa yang gak gue suka...”
Rio
menyeringai. Ia genggam tangan alvin lembut.”si ify juga taunya dari gue. Jadi
gue yang sebenarnya parhatian sama lo.”
Ify
bergidik ngeri mendengar rio mengucapkan itu dengan nada yang terlalu
manis.”oke sekarang kalian benar-benar seperti pasangan homo.”
Alvin
tertawa pelan. “ya gak lah fy.. lagian kan si rio punya pac..” alvin
menghentikan ucapannya, menoleh ke arah sofa kamar inapnya.” Shilla .. sini
shill, diem aja.. nyampe hampir lupa kalo ada lo juga di sini.”
Shilla
mendongak, dan tiga orang yang dari tadi ia amati kini balik mengamatinya. Ia Berdiri
sambil menggaruk belakang kepalanya, dan dengan ragu melangkah mendekati bed
alvin. lalu setelah sampai ia mengambil posisi di kiri rio, membuat rio
sekarang di apit dirinya dan ify.
Rio
mengamati shilla, lama. Benar-benar ada yang tidak beres dengan gadis yang
tiba-tiba menjadi seperti orang bisu ini “kamu kenapa?” Shilla menoleh ke
samping kirinya.”kenapa diem terus dari tadi? Beneran gak lagi laper kan?”
Shilla
mengerucutkan bibir, pemuda ini ternyata tak berhenti mengejeknya. Tapi..
memang shilla sebenarnya tidak tau ingin memberi alasan apa.
“kenapa?
Sakit?” gugat rio, tangannya di tempelkan sebentar ke dahi shilla, dan tidak
ada yang aneh dari suhu tubuh shilla.
Shilla
bingung, memang ia tidak punya alasan kuat mengapa bisa jadi sependiam ini,
yang ia tau ia hanya jadi malas berbicara setiap kali... ah.. bahkan dia juga
tidak tau ia malas berbicara karena apa. ”... gue memang sebenernya laper.”
Ujar shilla asal.
Rio
menyeringai, melihat sebal ke shilla yang masih menampilkan wajah tanpa
dosanya. ”emm, yaudah vin, kita keluar bentar ya. “
Rio
sudah menggandeng tangan shilla kuat, dan menggiring perempuan itu meninggalan
ruang inap alvin, tanpa menunggu jawab dari si pemilik ruangan.
*
Shilla
tidak menyangka, begitu dia memberi alasan yang bukan sebenarnya. Rio langsung
menyeretnya kesini, ke kantin rumah sakit.
“ayo
di makan, jangan di lihatin aja.”
Shilla
mulai menyantap makanannya, pelan.”lo gak makan?”
Rio
hanya menggelengkan kepala. “lo kalo lagi laper, ngeri deh shill.” shilla
menyerengit. ” Ya bagi gue, dengan lo diem gitu , lo jadi dua kali lipat lebih mengerikan.
Gue gak bakal bawa lo kemana-kemana deh kalo lo lagi laper.” Tambah rio, dengan
terkikik pelan di akhir kalimatnya,
Shilla
tersedak. Dia tidak menyangka rio bisa begitu percaya dengan alasan bohongnya.
Sebenarnya ia menjadi merasa masalah. “ ...emm, yo. Memang kak ify gak papa,
kita pergi berdua begini..”
Rio
mengangkat satu alisnya. Merasa sedikit aneh dengan topik pembicaraan yang
shilla angkat.
Shilla
langsung bergelagat salah tingkah, menyadari rio yang langsung menatapnya aneh
begitu dengan tiba-tiba dia menanyakan hal ini.“..ee~ gue ngerasa gak enak aja...”
“ify,
sahabat gue. Sewajarnya sih dia gak masalah kalo sahabatnya pergi sama
pacarnya.”
Shilla
menghela nafas. Gimana kalo kak ify gak wajar. “ kak ify itu.. cantik banget ya
io, anggun. Dia juga keliatan smart
banget. Gue gak nyangka di dunia ini bener-bener ada cewek yang perfect
banget kayak dia.”
Rio
masih belum bisa menerawang arah pembicaraan shilla. ia lebih memilih diam
dengan alis yang saling bertautan.
“apa
lo gak suka sama dia?.. ee~maksud gue suka dalam artian yang sesungguhnya..
emm~ sayang atau ee~mungkin cinta. Karena gue lihat kalian cocok banget, dan kak
ify keliatan sayang banget sama lo..”
Shilla
melirik rio sebentar, menghela nafas lagi saat pemuda itu malah tak bergeming,
mungkin pemuda di hadapannya itu baru saja sadar, dan berfikir apa yang ia
katakan ada benarnya.”jadi.. maksud gue.. ngapain lo milih gue. Kalo ada kak
ify ee~ yang jauh lebih baik... gue- gak ada apa-apanya di banding kak ify.”
Rio
menautkan alis, menatap curiga shilla. ia diam cukup lama, untuk memahami
situasi saat ini. ”emm, jadi gini ya bentuknya kalo monyet lagi cemburu...”
ujarnya dengan pandangan geli.
Shilla
cepat mendongak. Melotot dengan mulut ternganga. ”enggak!! apaan sii.. lo kira
lo siapa? gue cemburuin.. isshh. Gue mau nyadarin lo aja kok..”
Rio
mengangkat bahunya. Terserah shilla mau bilang apa, yang pasti.. pemikirannya
menyimpulkan jika gadis di hadapannya ini sedang.. cemburu. ”kalo memang gue
dari awal milih ify, gue gak akan pernah coba-coba buat milih lo shill. gue
cukup mengenali ify, gak perlu mengenali lo atau yang lain. Gue udah memilih di
antara banyak pilihan, ify juga termasuk dalam pilihan itu. dan pilihan gue
itu.. lo. dan di saat gue udah milikin lo, kesempatan memilih gue udah habis. Because you.. will be the only one and..
forever”
Shilla
menelan ludah, tidak tau harus merasa senang atau merasa ngeri. Di beri
pengikat yang begitu kuat oleh rio. Tapi yang ia tahu pasti, hatinya kini lebih
ringan. Ia tiba-tiba merasa sangat lega.
***
Kepergian
rio dan shilla dari ruangan itu, malah membuat ruangan itu menjadi sunyi. Ify
dengan gusar lagi-lagi melihat ke arah pintu masuk, lalu menghela nafas kasar,
setelah tau tidak ada tanda-tanda pintu itu akan di masuki seseorang.
“..
rio Cuma pergi sama shilla kok fy, gak lagi di culik atau kabur.. jadi.. kamu
nya gak perlu khawatir banget gitu..”alvin membuka suara, mengangkat satu ujung
bibirnya di akhir kalimat.
Ify
menoleh ke alvin cepat, terkejut, dengan mata yang sudah melotot.”mm~ maksud
kamu apa vin..?”
Alvin
lagi-lagi mengangkat satu ujung bibirnya. Dia sudah tidak tahan lagi dengan
semua drama ini.”kalo kamu gak mau rio di miliki orang lain. Harusnya kamu berjuang
dari awal, dan gak biarin rio sampai jatuh ke cinta yang lain.”
Ify
semakin di buat terkejut. Apa ini artinya topengnya selama ini sudah terbaca? Ia
bahkan sampai tidak bisa membuka suara untuk menyangkal, yang memang sebenarnya
tidak ada yang perlu di sangkal.
“Perjuangan
yang baru kamu mulai ini terlambat fy... rio udah di miliki, dan.. sepertinya
kamu gak buta buat liat rio yang sekarang udah bahagia.. jadi.. harusnya kamu terima
ini, dan berhenti.. mulai dari sekarang.“
Seperti
di cambuk ratusan kali, hati ify berdenyut nyeri mendengar setiap kata yang
keluar dari mulut alvin. hahaha ia terlambat.. tapi bukannya lebih baik
terlambat dari pada tidak sama sekali. Orang yang sudah menikah saja bisa di
rebut, apalagi yang masih pacaran. Itu jauh lebih mudah bukan?
“..atau...
kamu memang cewek gak berperasaan yang bakal nerusin perjuangan sia-sia kamu
ini?.. shilla terlalu polos untuk ngikutin permainan kamu. “
Ify
tak langsung menjawab, sedang memikirkan matang-matang jawaban yang akan di
lontarkan. “YA.. aku bakal milih ngelakuin itu... jadi cewek yang gak
berperasaan.. aku bakal rebut rio dari cewek polos itu.. “ ify memberi jeda,
mengangkat satu ujung bibirnya, meremehkan. ” gadis itu gak polos vin, Cuma SOK
polos, dan itu yang mungkin ngejebak rio. Jahat kan dia... cewek sejahat dia
gak pantes buat rio.. cuma aku yang pantes buat rio.. jadi aku juga yang bakal
nyelametin rio.”
Kilat
perlawanan di mata ify membara. Dia bahagia dengan rio yang selalu di sisinya
seperti 3 hari terakhir ini, ia hanya ingin mempertahankan kebahagiannya,
bukankah itu sesuatu yang .. wajar. jadi, ia akan terus maju. Berjuang.
Alvin
masih tidak bisa menyembunyikan ketekerjutannya. Berkata seperti itu dengan
maksud membuat sahabat perempuannya ini
sadar malah sekarang perkataannya balik menikamnya. Seperti memberi ide
sahabatnya ini untuk terjerumus percintaan yang rumit.
“fy..”
tegurnya pelan. Bahkan alvin yang sedari tadi gencar menyerang ify dengan
kenyataan-kenyataan pahit yang harus nya bisa di terima gadis itu, sekarang
mengkerut. Dalam rencana awalnya, di harapkan akan ada hasil ify yang akan
menyerah dan menangis di pelukannya. Tidak ada ify yang melawan, ify yang
sekarang menatap nya penuh dengan kelicikan. Dan itu membuat alvin sadar, ify
yang sekarang bukan ifynya yang dulu,
bukan ify nya yang ia cintai. Ternyata benar.. cinta bisa merubah segalanya.
“..
makasih vin buat saran kamu. Kamu buat aku sadar, untuk dapetin rio aku gakbisa
lemah, aku harus kuat.. Cinta ada untuk di perjuangin kan. Jadi gak ada yang
perlu ngalah dan nyerah di sini... gue pamit”
Dan
detik berikutnya, ify sudah menghilang di balik pintu. Alvin masih mematung
dengan segala rasa menyesalnya. Tidak. Bukan seperti ini akhir yang di
harapkan.
Alvin
meremas rambutnya, prustasi. Gadis yang ia cintai semakin jauh untuk di gapai.
Bukan. bahkan tujuan utama dari rencana nya bukan sebuah taktik untuk bisa
menggapai gadis itu, hanya untuk membuat gadis itu sadar, dan akhirnya.. tidak
perlu menderita setiap kali harus melihat pemuda yang di cantai gadis itu
sedang bersama gadis yang di cintai pemuda yang di cintainya itu. ah lihatlah,
bukan kah itu begitu rumit.
Tujuan
alvin baik bukan, mengakhiri cinta rumit yang membelenggu gadis pujaannya. tapi
sekarang lihatlah, alvin mengacaukan segalanya. Tidak hanya hubungan rio dan
shilla yang mungkin akan kacau. dia pun begitu, Karena mungkin setelah ini..
ify akan menjauhinya perlahan secara teratur. Lihatlah. Ia menjerumuskan dirinya
sendiri ke lubang kesengsaraan. Cinta diam-diam, bukan kah akan indah jika bisa
merasakan moment-moment bahagia bersama seseorang yang di cintainya diam-diam ?.
Dan dengan begini, mungkin alvin akan merasakan cinta diam-diam yang
terabaikan. Yang sangat pahit.
***
“sivia...”
sivia menoleh mendapati kakaknya sedang berkutat dengan beberapa buku di meja
besar ruang makan.
“kakak
tumben udah pulang..” sivia saat ini sudah duduk di samping kanan gabriel.
“iya,
kakak mesti nyelesaiin persiapan pesta ulang tahun mama.” Gabriel membalik lagi
buku yang di bacanya.”kue nya yang mana ya vi?” tanyanya pada sivia, sudah 2
kali gabriel mengkhatamkan buku katalog kue tart
itu tapi ia tetap saja tidak dapet ide.
Sivia
terkikik.”sini aku aja yang milih kuenya.”
Gabriel
mendongak.”really?” sivia mengangguk untuk menjawabnya.”oke.. itu sangat
membantu sistaa..” gabriel mengacak puncak rambut kepala sivia, penuh sayang.
Dan
tidak sampai lima menit. sivia menunjuk kue tart
vanilla berukuran sedang bertingkat
dua.” gimana kalo yang ini aja... ini sederhana, tapi tetep elegan. Jadi kayak
nya juga bakal cocok sama tema.”
Gabriel
mengangguk-ngangguk, benar-benar menyetujui ide adik perempuannya.”itu pilihan
yang bagus.. makasih ya”
“oke,
bukan masalah. Ada lagi yang bisa aku bantu
kak?”
“emm..gak
ada kok.. semuanya udah beres. Cuman tinggal milih itu aja, yang ribet banget.
Dan sekarang juga ikut-ikutan beres, karena kamu. Dan oya... dress kamu juga
udah beres..”
“oya?”
mata sivia berbinar.”mana kak mana, mau liat.”
“tuh..”
gabriel menunjuk dua kotak berukuran sedang yang saling bertumpukan di
tengah-tengah meja makan.
Sivia
menghampiri 2 kotak itu dengan mengangkat 1 alisnya. Ia membuka keduanya,
melihat ada dua dress yang memiliki ukuran hampir sama, namun memiliki design yang
berbeda.” Kok ada dua?”
Gabriel
mendongak lagi, melihat sivia yang saat ini sedang menenteng 2 dress yang baru
di antarkan sore tadi –dengan kedua tangannya. ”satunya buat shilla..” ucap
gabriel, tersenyum di akhir kalimatnya.
Sivia
menangguk-ngangguk, mencoba menegrti. Ternyata shilla sudah masuk ke kehidupan
kakaknya sejauh ini. sebagian besar hatinya mencoba untuk tak mengacuhkan itu,
tapi tetap saja ada satu tanya yang sebenarnya mengusiknya.”apa benar kakaknya mencintai gadis itu?
gadis manis yang bahkan umurnya hanya terpaut beberapa bulan darinya?”. Ah
entahlah, demi tuhan sivia bukan orang yang mempunyai hobby ikut campur urusan
orang. Lagipula ia mengenal kakaknya, Ia sangat tau bahwa setiap langkah yang
akan di lalui kakak satu-satunya ini selalu di pikirkan terlebih dahulu. Jadi,
sivia pikir dia tidak perlu mengkhawatirkan apapun.
To
be continued....
Part 17 : http://egaditya.blogspot.com/2013/09/kamu-untuk-aku-part-17.html
Part 17 : http://egaditya.blogspot.com/2013/09/kamu-untuk-aku-part-17.html