Dengan gelisah, shilla melirik jam tangan nya. Masih sepuluh menit sebelum pukul 3 sore. Ia melongok tak sabar-lagi- pelataran cafe yang sore itu cukup banyak di isi kendaraan beroda empat dan beberapa kendaraan beroda dua.
Tidak sampai 5 menit lagi dari waktu perjanjian yang sudah di atur. Baru shilla akan melongok keluar kembali melalui jendela kaca besar di sampingnya. bunyi lonceng pertanda ada seseorang yang baru saja melewati pintu masuk utama housedream cafe membuat nafas shilla tercekat. Membeku dengan tatapan getir menatap pemuda yang masih dengan senyum menawannya menghampiri dengan langkah-langkah pasti. Keyakinan yang membawa shilla nekat melakukan semua ini, perlahan pudar. Sampai ia sendiri takut akan..... hilang.
“apakabar?” suara itu, sudah hampir 1 tahun shilla tidak mendengarnya. Dan suara itu masih tetap sama, tetap indah, tidak ada yang berubah. shilla mengangkat satu ujung bibirnya, senyum meremehkan, ia pertujukan untuk dirinya sendiri. Bahkan dalam keadaan seperti ini, shilla masih sempat merindukan suara itu.
“emm.. apa.. ka.bar shilla?” shilla menatap mata coklat pemuda di hadapannya, sekilas. Benar-benar sekilas, karena setelah menyadari mata itu masih tetap teduh seperti dulu. Ia segera mengalihkan pandangannya.
“baik” ucap shilla pelan akhirnya. Menyematkan senyum sebisa mungkin saat mengucapkannya.
Pemuda itu terkekeh. Dan shilla melihatnya, ini terasa jauh lebih sulit.” apa kamu yakin?? Kamu baik-baik saja??” shilla mendongak, kali ini benar-benar menatap mata coklat yang saat ini nampak mengerling jahil ke arahnya. ”tau gak. Sikap kamu sekarang membuat ku tidak percaya kalau kamu sedang baik-baik saja.”
Shilla yang kali ini terkekeh, tapi malah terdengar sedikit mengerikan.”ternyata kamu masih sok tau seperti biasa..”
Dan Pemuda itu diam, syukurlah. Tak ingin melihat pemuda itu menautkan alis semkain lama. Shilla segera mengalihkan pembicaran “bagaimana kalau kita memesan makan dulu. Aku sudah cukup lapar , cakka..”
Keduanya memesan dengan waktu yang cukup singkat. Kepergian pelayan yang mencatat pesanan mereka, membuat keduanya kembali kikuk, kembali ke dunia yang seolah-olah tak pernah hangat di antara keduanya sebelumnya.
Shilla terus menunduk, menurutnya saat ini menyaksikan jari-jarinya saling bertautan jauh lebih baik ketimbang bertemu pandang dengan pemuda di hadapannya yang ia sendiri tidak tau sedang apa?
“Oya?” shilla mengangkat kepalanya terkejut. Suara cakka terlalu tiba-tiba.”apa kamu tau?”
Shilla menautkan kedua alis tebalnya.”apa?”
“aku memperoleh nilai terbaik seangkatanku pada kelulusan tahun ini.” cakka berucap penuh bangga, membuat shilla mau tidak mau harus mengakui kemampuan akademik yang tak biasa yang di miliki pemuda di hadapannya.
“itu pemberitahuan yang sangat bagus, congratulations..”
Cakka masih menyunggingkan senyum merekah dengan pipi yang sudah bersemu merah. Dia senang, senang bisa ada yang di banggakan dari dirinya kepada gadis dihadapannya, gadis yang kini semakin manis dengan kedewasaannya setelah 1 tahun tak bertemu.”emm, bagaiman dengan kuliah kamu?”
Shilla sedikit menerawang, mengingat-ngingat 1 tahun kuliahnya yang ia lalui dengan susah payah. “yaa.. so far so good lah..”
“baguslah..” tangan cakka terulur dengan ringan di puncak kepala shilla, mengacak-ngacak penuh kelembutan, tidak tau dampak apa yang di akibatkan dari apa yang sudah di lakukan.
Shilla segara menyantap makanan yang baru saja di antarkan tepat setelah cakka menurukan tangan kanannya dari puncak kepalanya, tak bermaksud sedikitpun merapikan rambutnya seperti yang biasa ia lakukan saat cakka dengan gemas mengacak rambutnya.... dulu. Sekarang biarlah begini, biarlah rambutnya tak serapi tadi, biarlah itu tetap membekas, tetap terasa, dan menjadi kenangan indah.. yang masih bisa di rasakan. Biarlah....
Keduanya menyelesaikan makanan masing-masing dengan waktu yang hampir bersamaan. Shilla mengelap lembut bibirnya dengan tisu makan yang sudah di sediakan. Hanya tengah berusaha menghindari adegan sok romantis apabila ada sisa makanan yang dengan bandel mengotori sekitar mulutnya. Tidak, ia tak ingin membuat semua ini menjadi lebih sulit, lebih rumit. Biarlah keyakinan ini yang memenangkan hatinya.
“Kurasa pesan singkat yang ku kirim tempo hari, sudah cukup jelas kan untuk menjelaskan mengapa aku mengajak mu bertemu hari ini??” shilla membuka suara, bukan suara ragu lagi. Kini terdengar tegas dan serius.
Cakka tersenyum tipis. Ia mengerti arah pembicaraan shilla.”iya aku sudah mengerti. Jadi... apa yang ingin kamu bicarakan padaku?”
Shilla mendesah keras, tidak mengerti dengan dirinya yang begitu goyah hanya dengan senyuman tipis dari pemuda di hadapannya. Kau pasti bisa shilla.”berjanjilah terlebih dahulu, kamu tidak akan berbicara sedikit pun, jika aku belum menyelesaikan ucapanku.”
Cakka terkikik sendiri, ternyata shillanya sama sekali tidak berubah, tidak ingin ada yang menganggu jika sedang berbicara.”tentu saja. Aku berjanji..”
Shilla tersentak. Lalu Dengan ragu ia menautkan kelingkingnya dengan kelingking pemuda di hadapannya yang sudah terulur, ingatan nya masih sangat baik dengan adegan seperti ini. ini sangat kerap ia lakukan dengan pemuda ini. pemuda yang sama... dulu.
Diam.. dengan frekuensi lebih lama dari sebelumnya kembali menguasai keduanya. Cakka sudah menepati janjinya, tak membuka suara sedikit pun, hanya menatap gadis di hadapannya yang bergelagat gelisah dengan sabar.
Shilla mendesah lagi. Dia sudah benar-benar frustasi. Dia tidak menyangka kejadian kecil tadi, membuat ia sadar, ia masih mengingat dengan baik tentang pemuda di hadapannya. Mendakwa nya keras. Usaha keras yang ia lakukan selama ini belum benar-benar membuatnya lepas dari pemuda tampan itu. benar-benar belum bisa. “ah, aku tidak jadi berbicara..”
“kenapa? Ayo bicaralah.. bukankah aku sudah menepati janjiku..”
Shilla menarik nafas dalam-dalam.. lalu menghembuskannya keras. Bahkan ekspresi penasaran pemuda itu sama sekali tidak berubah dari dulu. “baiklah.. aku akan berbicara serius kali ini..” shilla berhenti sebentar, menatap lawan bicaranya tajam, tengah mengumpulkan seluruh kebencian untuk merealisasikan keinginannya sore itu, keinginan 1 tahun ini. shilla menatap semakin tajam mata coklat bersinar milik cakka, mata yang tanpa rasa bersalah. Terlalu polos. dan ya.. aku benci kamu cakka.
”ini tentang kejadian 4 bulan yang lalu cakka. Ku harap kamu masih mengingatnya. Dan ya, haha ku rasa itu hanya akan bisa jadi harapan. Mana mungkin kamu mau capek-capek mengingatnya. “ shilla menatap cakka sebentar, lalu mengalihkan pandangan dengan senyum tidak seimbang yang sudah tersungging menyebalkan.
“Akan ku bantu kamu untuk mengingat? Saat itu.... aku di tinggalkan, aku di hancurkan, disaat aku berada di puncak rasa cinta... sama kamu...”
Cakka mendelik. Raut wajahnya tak semanis tadi, ia tau benar kejadian itu. ia masih ingat setiap detik kejadian pahit 4 bulan yang lalu. Kau jangan asal mendakwa ku seperti itu ashilla. Aku masih ingat. Ingat sekali.
“kamu selingkuh, karena kamu bilang aku selingkuh. Dasar sok tau!! ....”
Cakka menatap sendu shilla yang tak menatapnya, “bukankah aku sudah bilang. Itu semua ku lakukan karena kamu tiba-tiba berubah cuek padaku. Iya, aku bersalah. Tapi bukankah kita pernah membahas ini sebelumnya. Dan kamu menyetujui keputusan terakhirnya kan? Lalu apalagi yang perlu di bicarakan shilla? sebenarnya apa yang kamu pikirkan?”
“iya, aku memang cuek, tapi kenapa cakka? Kenapa kamu gak pernah tanya kenapa aku bisa jadi cuek. Kenapa kamu gak mau tau aku? Kenapa kamu hanya diam? Dan akhirnya mengambil kesimpulan sendiri. “
Emosi shilla memuncak, intonasinya berubah penuh penekanan. “....Aku diam, Karena aku ingin bersuara tapi gak bisa cakka!!. Karena aku ingin menang tapi selalu kamu kalahkan. aku gak pernah menang,hahaha jangankan menang, bahkan aku gak pernah bener di mata kamu kan. Sama kamu aku harus selalu ngalah. haha ternyata selain kamu soktau.. kamu egois ya cakka..”
Shilla berhenti cukup lama. Mengatur nafasnya yang mulai tersengal karena sesak yang semakin terasa menghimpit dadanya “...akhirnya aku mundur. Dengan nama baik yang sudah hancur. Aku kan yang di antara kita bertiga yang di anggap orang ketiga, aku yang salah, aku yang antagonis....”
“aku gakmau di katain gitu cakka, aku gakmau!, tapi apa yang bisa aku lakuin, aku Cuma bisa diam, aku diam kayak orang bodoh, aku gak tau mesti ngapa?. Aku gak tau apa-apa. Walau hancur pun, aku masih tidak merasa.“
“....Kita berakhir. Dengan fikiran kamu yang benar-benar meleset dari kenyataan. Tapi tunggu dulu, mungkin kenyataan di dunia kesoktauan kamu. Kamu bilang apa waktu itu? “semoga kamu bahagia dengan apa yang ku pilih sekarang? Dengan dia?” dengan dia siapa lagi cakka? sama kamu aku gak berani sekali pun noleh cowok lain cakka. Sama kamu, aku pengen jadi apa yang kamu pengenin, sama kamu, aku pengen jadi yang terbaik. Aku korban di sini cakka! Apa ini terlalu gak nyata untuk di lihat??”
Cakka berontak, dalam hati. ia ingin menyangkal, ia ingin buka mulut, buka suara “Tapi sungguh, aku mempercayai alasan kamu shilla. aku paham dengan apa yang kamu jelaskan. Dan aku menyesal, bukan kah penyesalan selalu datang di akhir? Aku benar-benar menyesal, dan aku tersadar, hanya kamu yang benar-benar ku cinta. Bukan dia. kenapa kamu membuat ini begitu rumit? Aku sudah bilang kan? Tunggu aku meski itu butuh waktu yang lama.”
“lalu seperti tidak merasa telah menghancurkan aku, kamu kembali mengucap kata cinta, kata sayang.. Setelah aku bilang aku masih cinta.. kamu minta aku buat nunggu !!”
“ hanya minta dan gak ada usaha... anjrit!” shilla menggebrak meja cafe pelan. Lalu mengambil nafas sebelum kembali melanjutkan ucapnya.”.... kamu... kamu biarin aku bangkit susah payah dari kertepurukan sendirian cakka, aku sendiri. sementara kamu berbahagia dengannya Haha. Kamu seperti berbahagia di atas penderitaanku... dan kamu masih minta buat aku nunggu. Haha brengsek!!”
Shilla menutup wajah nya dengan kedua telapak tangannya, cakka yang masih membeku di tempatnya mendengar dengan jelas isakan memilukan dari gadis itu. cakka mengepalkan kedua tangannya , bertahan sekuat tenaga agar tangan kotornya tak menarik tubuh mungil gadis di hadapannya yang bergetar hebat ke dalam pelukannya.
Shilla menghapus air matanya kasar. Menatap penuh kebencian pemuda di hadapannya, yang tertunduk. Entah menyesali kejadian ini, atau tengah tertawa melihat kehancurnya. Tak tau lah, bahkan shilla saat ini tidak mau tau. “kamu gak pernah tau keadaan ku! Yang kamu tau aku masih mau menunggumu, dan kamu bahagia. Hahaha. Aku adalah wanita terbodoh di dunia cakka!!!”
Cukup shilla. ku mohon. Ini menyakiti hatiku. Mengapa kamu jadi pintar berkata-kata sore ini. shilla andai kamu tak membuat perjanjian di awal pembicaraan kita. Aku tidak akan mengijinkan kamu berbicara sejauh ini. tolong. Beri aku kesempatan bicara. Cukup shilla, jika ini menyakitimu.
“tapi semua ini cukup. aku capek, aku gak mau jadi lebih bodoh nunggu pria yang jelas-jelas lagi bahagia sama wanita lain.. “
“...aku gak akan kembali ke kehidupan kamu, karena mungkin sebenarnya itu yang di inginkan hati kecil mu..” shilla mengangkat satu ujung bibirnya. Nada yang ia gunakan bicara tidak setinggi tadi, kali ini lebih tenang. Tenang yang mengerikan.
Tidak. Apa yang kamu katakan shilla. jangan berhenti menungguku, kumohon. Shilla berhentilah berbicara!!! Aku ingin berbicara juga shilla!!
” Seperti yang kamu katakan dulu , aku harus bilang kamu kalau aku ada yang lebih baik. “ shilla berhenti sebentar untuk terkekeh.” Lihatlah. Setelah yang kamu lakukan padaku, aku masih mau saja menuruti ucapanmu. Bukan kah begitu..?”
Pandangan keduanya bertemu. Bersatu. Tidak cukup lama hingga sang laki-laki yang akhirnya menghentikan saling tatap yang selama ini menyandunya. Ia kembali menunduk dalam.
“aku sudah punya kekasih, kemarin aku memulainya..”
Cakka masih menunduk, dengan kedua tangan yang masih terkepal kuat di atas meja. Tidak!! bukan ini yang ingin ia dengar. Bukan!! Kalau ia boleh egois seperti yang di katakan gadis di hadapannya. Ia lebih memilih gadis ini hancur karenanya, tapi masih tetap miliknya, ketimbang ada sosok lain yang membuat gadis itu bahagia.
Shilla diam, kalimat terakhirnya adalah puncak dari pembicaraan panjangnya. Pemuda itu mau menanggapi atau tidak, itu sudah bukan urusannya. Ia hanya ingin menunaikan tekadnya, dan akan lebih baik jika hal ini membuat pemuda itu hancur. Hahaha itu tidak akan mungkin terjadi shilla. jangan banyak harap kamu. Sudah cukup sampai sini harapan berlebih yang kamu gantungkan pada pemuda itu, sudah cukup!
“apa dia lebih baik dari ku?” shilla tersentak. Tak ada kilatan kebencian lagi di matanya. Suara serak itu? jejak air mata yang memulai memudar di pipi itu? mata yang memerah itu? apakah pemuda di hadapannya baru saja menangis?
“shilla! apa dia lebih baik dariku?”
Shilla diam. tatapannya tak bisa lepas dari mata coklat yang sore itu nampak pedih. sebongkah keraguan yang tadinya berhasil ia singkirkan jauh-jauh di balik hatinya, tiba-tiba hadir. Memenuhi hatinya tanpa ampun hingga sesak.
Shilla tanpa sadar, menggelen-gelengkan kepalanya kasar, berharap dengan begitu otaknya kembali bekerja seperti semestinya. Agar pikiran bisa mengalahkan hatinya. Shilla sadarlah siapa yang ada di hadapanmu? Dia pemuda terjahat shilla, pemuda yang sudah bahagia dengan wanita lain. Apalagi yang bisa kau harapkan. Yakinlah. ” Dia mario, dan aku mencintainya.”
Cakka tidak membuka suara. hanya diam, dan menatap sendu shilla yang juga menatapnya. Hanya ini yang bisa dia lakukan, dengan harapan gadis di hadapannya yang akan mengerti dengan sendirinya maksud dengan tatapan itu. biarlah dengan tatapan ini, karena lidahnya tak mampu lagi berlenggok untuk membentuk kata hingga kalimat pada gadis itu.
Shilla menghela nafas. Mengerti dengan tatapan penuh kepiluan, yang ia deskripsikan sebagai tatapan memohon. Untuk apalagi pemuda itu memohon padanya? Tidak cukupkah untuk pemuda itu sudah menyakiti 2 orang wanita sekaligus. Enyahlah kau brengsek!!
Shilla berdiri dari duduknya.”semoga aku bahagia ya.. permisi..”
-the end-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar