Bisa saja... cinta sejati tak di awal
Tak tertebak.. tapi ada
Tepat pukul 16.00, para murid SMA Harapan jaya yang
turut dalam perkemahan yang di adakan dinas pendidikan jakarta sudah berkumpul.
Sedang sibuk memasukkan barang-barang bawaan ke dalam bagasi bus. Dan hal
tersebut tidak berjalan dengan tertib, karena mereka saling dorong, saling
ingin mendahului.
Shilla menghela nafas, akhirnya berhasil juga
memasukkan tas besarnya ke bagasi. Dengan sumringah dia menaiki bus yang sudah
di sewa sekolahnya itu. Lalu detik selanjutnya harus merengut, karena bus itu
sudah hampir terisi penuh. Dia tidak bisa memilih sesuka hati kalau begini.
“Shilla!!” shilla menoleh, melihat cakka yang sedang
melambaikan tangan ke dirinya. “Duduk sini..”
Shilla sudah hampir menerima, “mana nih yang masih
kosong?” ia menoleh ke belakang, melihat ke sumber suara, ternyata.. agni. Dan berekspresi
yang sama bingungnya dengan dirinya. Untuk beberapa saat, shillla diam.
“Gak deh, gue mau duduk depan aja sama daud, takut mabuk
darat kalo duduk situ..” ujar shilla, lalu dengan setengah berlari menghampiri
baris terdepan, kursi kosong selain di samping cakka.
Tanpa tahu apa-apa yang terjadi sebelumnya, agni
mengampiri ke kursi Cakka, karena memang benar-benar di samping cakka
satu-satunya tempat yang tersisa.
“Gue duduk sini boleh kka?”
Cakka yang sebelumnya sedang melamun, tersentak.
Mendongak cepat.” Apa? Ag?”
Agni mendengus.”Gue duduk di sini boleh kagak?”
“Oh, ya boleh dong. Duduk sini ag..”
***
15 April. Secara serentak ujian nasional tingkat SMA
mulai di laksanakan. Tidak terkecuali SMA UYEers.
“nih yo..”
Dengan cepat rio mendongak, meninggalkan sederetan
tulisan yang tadi memenuhi pandangannya. Lalu, Begitu ia melihat siapa yang
menyodorkan kotak bekal berwarna biru di depannya itu, ia tersenyum.
“belum sarapan kan pasti?”
Lagi-lagi rio tidak membuka suara, mengangguk
beberapa kali untuk menjawabnya.
“laper benget ya nyampe gak bisa ngomong gitu?”
Rio mengembangkan senyum, menggeser duduknya sedikit
ke kiri.”Duduk fy..” ujarnya, yang lalu di turuti ify.
“Makan dulu gih..” ujar ify, begitu dia sudah berada
tepat di samping kanan rio.
“ntar deh kayaknya fy, bab terakhir belum sempet ke
baca nih.” Rio melirik jam tangannya sebentar.”Mana setengah jam lagi udah
mulai lagi.. ntaran aja gak papa kan?”
“kalo aku suapin aja gimana? ”
Dengan cepat rio menoleh, menghadap ke ify. Gadis
itu, tengah tersenyum tulus ke arahnya. Dalam hati, merasa lega. karena
sepertinya kejadian beberapa hari lalu tak lagi membuat gadis itu menatapnya
dengan tatapan penuh luka, menghindarinya, menjadi gadis yang tak ia
kenal.”boleh deh..”
Lalu setelahnya dengan penuh kelembutan, ify
menyuapi Rio. Menciptakan lagi kenyamanan, kehangatan, yang beberapa hari lalu
sempat ia hancurkan. Memang di sini, ia yang terluka. Tapi terluka, namun tetap
bisa dekat dengan pemuda yang ia cinta jauh lebih baik. ketimbang terluka,
namun berada jauh dari pemuda itu. Inilah cinta. Butuh perjuangan.
***
“manda...”
Amanda menoleh, mengalihkan pandangannya pada
seseorang yang baru saja memanggil namanya. Meski sebenarnya tanpa harus
menoleh pun ia sudah hapal betul suara bariton yang sudah 20 tahun ini selalu
di sisinya, menjalin rumah tangga dengannya.
“pagi zeth.. sudah bangun kamu?”
Zeth mengembangkan senyum. Menghampiri istrinya yang
tengah duduk di samping jendela apartment mereka. Memeluk istri terkasihnya itu
dari belakang. Mengendus pucuk kepalanya. “kamu kenapa?”
Di depan zeth, amanda menunjukkan ekspresi
kebingungannya. “kenapa? bagaimana?”
“Ada yang kamu pikirkan, saya lihat beberapa hari
ini, kamu terlihat sering melamun.”
Manda menyunggingkan sebuah senyum, memutar tubuh
nya ke arah suaminya. Membelai wajah tampan suaminya itu meski sudah termakan
usia. “Saya benar-benar tidak bisa menyembunyikan apapun dari kamu zeth.”
Zeth tidak menjawab, hanya mengembangkan senyum.
Lalu tangannya sudah aktif membelai rambut manda yang mulai memutih.
“Sebenarnya.. aku mengkhawatirkan mario..”
Zeth menghentikan tangannya membelai-belai rambut amanda,
menyerengitkan dahi. “Apa yang kamu khawatirkan soal mario?”
Amanda melengos. Menghindari air mata yang sudah
siap untuk mengalir. “ Beberapa bulan terakhir ini dia lebih sering kambuh.”
Zeth menegakan badannya yang tadinya sedikit condong
ke amanda.” Lalu kamu ingin menyalahkan siapa? kita sudah menyiapkan dokter
terbaik untuknya di indonesia. Urusan dia lebih sering kambuh, itu sudah di
luar kehendak saya dan ... kamu..”
“Zeth!!” amanda mendelik, teguran itu terdengar
keras. “Apa kamu tidak khawatir sedikit pun?”
“Ayolah mrs haling. Saya juga khawatir. Tapi apa
dengan terus-terusan melamun dan merenung seperti yang sering kamu lakukan
beberapa akhir ini bisa menyelesaikan masalha. Lagipula aku sudah di tunggu
oleh pekerjaanku yang banyak.. itu sama sekali tidak membantu, itu buang-buang
waktu.”
Manda menunduk, tidak tahu lagi harus menjawab apa.
“Bersiap lah, temani saya menemui rekan bisnis
saya..”
***
Rio menarik nafas sedalam-dalamnya. Ia sama gelisahnya
seperti halnya teman-temannya yang lain. Ia melirik jam tangan untuk kesekian
kalinya. 5 menit menjelang pintu hijau tua-pintu kelas- di depannya ini akan di
buka.
Dengan sedikit menerawang, tangannya sibuk
mengobrak-abrik tas hitamnya. Mengambil ponsel, yang sudah di non-aktifkan. Ia
tekan lama tombol kecil di bagian atas ponsel layar sentuh tersebut. Membuat
ponsel itu kembali aktif.
Senyumnya terkembang. Kegelisahannya sedikit
berkurang, begitu melihat wallpaper ponsel layar lebarnya di penuhi photo gadisnya
yang tengah terbahak. Photo itu ia ambil secara diam-diam.
Lalu setelah puas memandangi photo shilla. Tangannya
bergerak lincah di ponsel layar sentuhnya. Kegelisahannya semakin berkurang.
Membaca berulang-ulang pesan singkat yang pagi tadi secara tidak langsung
membangunkan tidur nyenyaknya.
From : Mama
Mario kamu bisa
untuk segalanya. Termasuk ujian ini, bersemangatlah, karena kesuksesan
menantimu.
Mama selalu
mendo’akanmu...
“ayo silahkan masuk dengan tertib.”
Rio tersentak. Reflek kembali menon-aktifkan
ponselnya dan memasukannya ke dalam tas hitamnya. Lalu, Memasuki ruangan
ujiannya, dengan semangat yang lebih membara.
***
Saat itu, sebenarnya waktu sudah menunjukkan pukul
10 pagi. Tapi, Shilla dengan memeluk dirinya sendiri sedang duduk-duduk di
dekat api unggun kecil yang ia buat. Astaga gimana ceritanya matahari udah
sebegitu tinggi, masih dingin juga.
“cieileeh, yang jacket dari kak rio di peluk
terus..”
“eh?” reflek shilla melepas pelukannya. Melirik
tajam agni yang saat ini dengan tanpa dosa cekikikan di sampingnya. “rese
banget sih ag. Dingin kali...” shilla berdiri, sambil mengerucutkan bibirnya
melepas jacket merah muda yang memang hadiah dari rio beberapa hari lalu. Tepat
sehari sebelum dia berangkat kemah.
Setelah berhasil melepasnya, dan membuangnya secara
sembarang. Shilla mendekapkan kedua tangannya lagi ke depan dada. Mendengus
kesal. “tuh gue lepas tuh..”
Agni malah terbahak.”elah Salting nya gak gitu gitu
juga kali neng..”
Shilla semakin melotot.” Apa lagi sih?”
Agni nyengir.”oke oke, peace. Damai. Aku cinta kamu.
maafin ya maafin”
“iyee... oyaa. Besok schadule nya apaan?”
“besok memang hari apa sih? Lupa.. ”
“huu. Pikun emang lo. besok jum’at!”
“jum’at? Berarti ini kamis dong?”
Shilla memutar bola matanya.” Menurut lo ag?”
“berarti hari terakhir kak rio ujian dong? Gimana?
Lo udah ngehubungi dia? nanyain gitu 4 hari ujiannya gimana?.”
“eh? Kok jadi ngelantur sih lo ag.”
“siapa yang ngelantur? Gue tanya beneran kok”
Shilla diam. lagi-lagi melirik agni sebal.” Memang
dasar lo ya ag, yang di pikirin Cuma tuh kucrut satu. ya tanya aja sendiri
sanah. Kalo gue mah males. Udah ya mau mandi..”
Dan shilla segera pergi, tidak peduli lagi dengan
agni yang kalo shilla tidak salah dengar sedang ber-iueh-ria karena dirinya
belum mandi. Terserah sahabat pembela lawan!!
***
Akhirnya, 4 hari sudah Ujian Nasional di laksanakan.
Meski belum ada hasilnya. Setidaknya hal itu membuat para siswa-siswi SMA itu
tidak lagi tidur terlalu larut karena harus menuntaskan buku-buku tebal yang
memuakkan.
Rio sebagai orang terkaya sekaligus terpopuler di
sekolahnya, berencana menraktir seluruh siswa-siswa di sekolahnya sebagai
bentuk kelegaan telah berakhirnya ujian tersulit di masa SMA ini.
Alvin menaiki salah satu bangku panjang kantin. Berencana menyampaikan keinginan rio yang
tiba-tiba ingin menraktir semua orang yang ada di kantin sekolahnya. Saat ini,
bangku kantin sudah terisi penuh. Di isi sebagian besar kelas 3 dan sebagian
lagi kelas 1 dan 2.
“oke guys, kalian boleh makan apa aja dan sepuasnya.
Rio bakal bayar semuanya...”
Dan hal itu langsung di sambut sorak gembira
orang-orang yang ada di sana. Dan tanpa menyia-nyiakan kesempatan mereka segera
menghampiri stand-stand penjual makanan di kantin besar itu.
“Apa ada yang baru aja gue lewatin.. kayaknya kantin
jauh lebih rame hari ini? “ secara serentak, rio dan alvin yang tengah sibuk
dengan makanan masing masing mengangkat kepala.
“Bukan hal yang terlalu penting fy, duduk sini.”
Jawab rio, ia menggeser duduk nya untuk memberi tempat ify di sampingnya.
“Darimana aja kamu fy, baru keliatan?” ify menoleh,
harus mengalihkan pandangan nya kepada seseorang yang baru saja bertanya padanya.
Ify tersenyum tipis, sebisanya.”Gue konsultasi
sebentar sama bu sarah vin.”
“soal kuliah?”
Ify lagi-lagi harus mengalihkan pandangannya, kali
ini ke pemuda yang tepat berada di sampingnya. “Iya. aku masih bingung mau
ngambil jurusan apa? kalo menurut kamu yo aku lebih baik ngambil jurusan apa?..”
Rio diam sebentar. Sambil menerawang, sebenarnya dia
tidak tau jurusan apa yang di minati sahabat perempuannya ini. Tapi, ia juga
tidak enak untuk menanyakannya, mengingat dia baru saja berbaikan dengan ify.
Bukannya kalau dia tidak tau sama sekali apa yang di minati perempuan di
hadapannya ini akan membuatnya terlihat menjadi sahabat yang tidak perhatian.
Tentunya itu akan memperburuk keadaan.
Diam lama. hingga alvin yang akhirnya memecahkan
keheningan.”Masih bingung antara dokter sama designer?”
Ify menoleh lagi ke arah alvin, perlahan. Mengembangkan
senyum tipis tak berarti. Lalu Mengangguk sekali. Setelahnya, ia kembali
menoleh ke rio.” kita jadi kan yo, lanjut ke melbourne?”
Rio agak tersentak. Karena sebenarnya dia sedang
fokus memperhatikan kejadian kecil yang baru saja terjadi. “ha? Ee~ apa? ke melbourne?”
“iya.. kamu masih inget kan kita pernah janjian
kuliah bareng ke melbourne?
“emm, jadi gak ya? Enggak aja deh kayaknya..”
“Apa? mm~ maksud kamu?”
Rio menampilkan deretan giginya yang putih.” Iya, gak
jadi. gue stay aja di indonesia.”
“k- kenapa?” potong ify cepat, tidak sabaran ingin
segera mengetahui alasan rio.
“Gue gak siap LDR-an sama shilla. Lagian gue pengen
nikahin dia secepetnya.”
Alvin menonyor kepala rio keras. Tidak tahan untuk
tidak tertawa mendengar penuturan sahabat omesnya itu. “otak lo yo, inget..
masih bocah.”
Rio mengangkat bahu.” Bodo amat , yang penting gue
kan cinta.” Lalu mereka tertawa bersama.
“tapi bukannya ini kemauan orang tua kamu juga,
bukannya kamu akan selalu menurutinya..”
Alvin dan rio, secara serentak menghentikan tawanya.
Menoleh secara bersamaan menghadap ke ify.
Senyum rio terkembang.” Entahlah, akhir-akhir ini
gue mikir gue udah cukup gede untuk nentuin jalan gue sendiri, tanpa berkiblat
pada keinginan beliau-beliau, yang kadang Cuma keputusan sepihak mereka.”
Dan hati yang susah payah di rekatkan untuk kembali
menjadi satu kesatuan yang utuh meski tak sempurna, kini seperti dengan
sadisnya di hancurkan kembali, bahkan lebih hancur dari sebelumnya. Ify diam,
seperti sedang merasakan dengan seksama hati nya yang tengah porak poranda. Ia
sudah cukup menderita bangkit sendiri dari keterpurukan, dan tega-teganya kini
ia kembali di jatuhkan ke lubang keterpurukan yang paling dalam. Sekuat itu kah
rasa cinta pemuda yang dicintainya mencintai gadisnya.
***
Rio masih berusaha mencoba menghubungi nomor yang
sama untuk ke sekian kalinya. Dan hasilnya masih sama. Suara perempuan yang
mengatakan nomor yang anda tuju sedang tidak aktif.
“ya tuhan.. lagi ngapain sih si monyet!!” rutuknya
kesal.
Lalu dengan kesal. Ia klik tombol dial, untuk
kembali mencoba menghubungi nomor telpon yang sama.
Tuuut. . tuut.. rio menghela nafas, udah bisa
nyambung.
“hallo..”
dan akhirnya.
“kemana aja sih? Di telpon gak aktif? Gue udah nyoba
nelpon lo beratus-ratus kali tau gak. Bikin bete aja..”
“apa? apa?
hallo?”
Rio merengut. Dia sudah ngomel sepanjang itu, dan
ternyata orang di seberang telpon tidak mendengar.
“lo benaran gak denger gue ngomong apa?”
“apa sih?...
hallo?”
Rio semakin merengut, bangkit dari tidurannya.
Kenapa sekalinya nyambung. Sepertinya signal tidak mendukung.”iya .. hallo..”
“bentar ya
bentar.. signalnya limited adition nih..”
Rio mengerutkan alis, karena setelahnya suara yang
ia dengar grusak-grusuk tidak jelas. Lagi ngapain ni anak?
***
“be...yan.. ga..
...nge..we....mong.... pa?”
“apa sih? ... hallo?..”
“zzzzz...
...llo”
Shilla menautkan kedua alisnya, menurunkan ponsel
dari telinganya. Memperhatikan dengan seksama layar ponselnya. Apa yang salah?
Kenapa suara si penelpon gak jelas. Oh.. astaga. Pantes aja. Signalnya hilang
timbul gitu.
“bentar ya bentar.. signalnya limited adition nih..”
Shilla menoleh ke kanan dan kiri, mengamati
sekelilingnya, mencari-cari tempat yang kiranya bisa menangkap banyak signal.
Tempat yang tinggi. Shilla mengembangkan senyum, melihat pohon yang cukup
tinggi dan sepertinya cukup mudah untuk di naiki.
Tidak sampai lima menit, shilla sudah berada hampir
di puncak pohon. Senyumnya terkembang, benar saja, ponselnya menangkap banyak
signal dalam posisi ini.
“hallo..”
“dari ngapain
sih? Lama!!”
“ya kan udah gue bilang cari signal?”
“ya lagian.. apa
banget kemah di pedalaman..”
“yee.. mau nyalahin siapa lo.. “
“nyalahin lo
lah..”
“apaan sih? Yang ngadain dinas pendidikan ini.. gue
Cuma ikutan kali..”
“ya kenapa harus
ikut?”
“eh.. lo nelpon gue Cuma mau ngeresein gue gini.
Males banget, udah di bela-belain manjat pohon malah dengerin ocehan orang
gila, angkuh, dan nyebelin kayak lo..”
“eh? Apa? lo
naik pohon?”
Shilla tiba-tiba diam. berfikir. Memang apa yang
salah? “ iya. Ya kan gue tadi bilang di sini susah signal, naik pohon baru
dapet..”
Tiba-tiba terdengar suara kikikan di sebrang telpon.”ciyee.. yang bela-belain manjat pohon biar
bisa telponan sama gue?”
“Apa?” Shilla shock. Sekarang sedang menganga,
setengah bersyukur karena dia sedang melakukan percakapan via telpon setidaknya
tampang bodohnya ini tidak terlihat si lawan bicara.
“kangen banget
kan lo pasti sama gue?”
Shilla menggelengkan kepalanya, butuh berfikir
jernih. Karena entah otaknya menjadi lamban utnuk berfikir. Baru sadar, kenapa
ia sampai melakukan hal ini hanya untuk melakukan percakapan dengan mario
kucrut lalala itu.
“jadi, cintaku
udah terbalas nih.”
Shilla memutar bola matanya.” Diem deh lo! kepedean!
Ya gue Cuma menghargai lo aja kali, ya siapa tau kan lo ada keperluan penting
gitu nyampe nelpon gue. bukannya makasih malah norak lo. yaudah deh, kalo gak
ada hal penting yang mau lo omongin. Gue matiin..”
“eh tunggu
tunggu. Apaan sih? sih, maen matiin aja”
“ya apa lagi sih? Lagian lo nya nye....”
“shilla..”potong rio cepat.
Shilla agak tertegun. Merasa suara si penelpon
tiba-tiba terdnegar lembut.
“kamu harus kembali
dengan baik-baik aja ya. Aku tunggu kamu
dua hari kedepan. “ lalu, diam
agak lama. “Ee.. bye shilla..”
“Klik.” shilla menurunkan ponsel dari telinganya
dengan dramatis. Yang baru saja itu apa-apaan. Lalu sebenarnya apa tujuan dari
pemuda itu menelponnya. Ya tuhan pemuda ini benar-benar gila.
Drrtt. Drrt. Drrt.
Agak terkejut. Shilla membuka 1 pesan yang baru saja
masuk.
From : mario
sayang
Gue kangen sama
lo.
Sms ini Gak usah
di bales. Awas lo nyampe di bales. Awas!
Dan.. shilla terbahak.
***
Dengan berlari, shilla menghampiri danau kecil yang
berada di sebelah utara area perkemahan. Danau terawat dengan beberapa bangku
putih di sekeliling danau tersebut.
Tadi, saat dia kembali perkemahan. Tiba-tiba agni
berkacak pinggang mengomel padanya. Seperti ini. “Dari mana aja sih lo? di cariin juga. ada yang jengukin lo tuh!! Udah
karatan kali sekarang tuh orang di pinggir danau!”
Dan, tanpa mendengarkan lama-lama penjelasan agni,
shilla memilih berlari dengan kecepatan penuh. Mengingat letak danau itu tidak
bisa di bilang dekat. Benar-benar bisa karatan, entah siapa yang menemuinya.
Shilla tak bisa menduga-duga, siapa sebenarnya orang
itu. kalo di lihat dari tingkah agni yang sampai ngamuk seperti itu. bisa saja
itu... rio. tapi mengingat sifat rio, apa mungkin dia mau bela-belain kesini
Cuma untuk nemuin dia? itu impossible
banget! Lagian kalo tu anak kesini, ngapain tadi telpon?. Dan, jika itu
gabriel. Itu jauh masuk akal.
Shilla memelankan langkah, hingga akhirnya berhenti
tepat 3 langkah di depan pemuda tampan yang tengah memejamkan matanya itu.
memang ini jauh lebih masuk akal.
“hai kak..”
Astaga! Gabriel mengerjap cepat, benar-benar tidak
menyadari kehadiran shilla. ia mengembangkan senyum. Menggeser sedikit
duduknya.
Tanpa di minta, shilla sudah mengambil posisi di
samping gabriel.
Gabriel mengusap puncak kepala shilla, terlalu
bersemangat. Seperti sedang membuncahkan semua keinginan untuk melakukan hal
itu, yang beberapa hari ini harus ia pendam karena tak bisa bertemua pujaan
hatinya itu. “ Apa kabar kamu shilla?”
Shilla menoleh, tersenyum riang. Merasa sangat
senang dengan gabriel yang mengusap puncak kepalanya seperti itu. ia sangat
merindukannya. “baik.”
“ lalu bagaimana kabar hati kamu?”
Dengan cepat senyum shilla lenyap, menjadi tiba-tiba
gugup karena belum siap untuk topik yang baru saja di angkat gabriel. Ya tuhan,
tak bisakah dia di ijinkan merasakan kebahagiaan lebih lama lagi. Yang tanpa
tekanan seperti ini.
Bagaimana? Ya bagaimana? Itu memang sudah hampir 1
minggu yang lalu, tapi memang benar shilla belum benar-benar memikirkannya.
“bagaimana shilla?” gabriel mengulang pertanyaannya,
tetap menampilkan senyum ramahnya. Meski yang di hatinya, rasanya sudah hampir
meledak.
“ Bagaimana dengan hatimu?” ulang gabriel lagi. “
Apa sudah aku yang menempatinya?”
Shilla menghela nafas. Menatap gabriel dengan
keraguan yang siap membuatnya semakin tertekan.
“aku....
Senyum ramah gabriel tiba-tiba lenyap. Merasakan
seluruh badannya yang tiba-tiba menegang. Benar-benar tidak bisa menduga apa
yang akan di katakan shilla selanjutnya.
Shilla menarik nafas panjang, membentuk keyakinan.
Bibirnya terbentuk senyuman. matanya menunjukkan keyakinan yang sudah mulai
hadir.
“ aku mencintai kakak...”
Kedua ujung bibir gabriel kembali terangkat,
membentuk senyuman terindah karena hatinya seperti tengah merasakan hal yang
paling indah.
To be continued.....
bagus banget :))
BalasHapuslanjutin dong, post 5 part langsung dong,
udah kepo pake banget ,.
lanjuuuuuuttttt ..
pokoke harus Yoshill :))
thankyou cantik...
Hapuswadaww 5 part? haha
ya pesannya masih tetap sma sih sabar :D
Kakaaaaakk, aku gak bisa bayangin kalo rio tau shilla bilang cinta ke gabriel. Lanjutnya cepetin :)
BalasHapushehe ya jangan di bayangin... :P di usahain yaaa
HapusInii hits bgt, dtunggu bgt ya lanjutannya
BalasHapusterima kasih :) tetap sabar menunggu yaaa :D
HapusDitunggu sekali next part-partnya..... Mudah-mudahan shilla bilang Cinta ke gabriel sebagai kakak ahhh.. Amin!!!!
BalasHapusmana lanjutannya?
BalasHapuskak, lanjut cerbungnya dong...
BalasHapusudah kepo tingkat dewa nih
ko ngaretnya lama banget :(((
BalasHapusLanjut sih kak :(
BalasHapus