Minggu, 20 Oktober 2013

Kamu Untuk Aku ( Part 20 )

Dan bila..
Rasa itu telah hadir, tak usah di cari
Karena dia akan menunjukkan diri dengan sendirinya

“Pasang oksigen!! CEPAT!!” perintah laki-laki paruh baya berjas putih, ia sedang bersiap untuk menyuntikan cairan 1 cc ke kulit pasiennya.

Mendapat perintah seperti itu, laki-laki lain berseragam putih-putih segera berlari ke ruangan lain yang sudah sangat ia hapal sebagai tempat-tempat alat kesehatan di letakan di rumah besar itu.

Tidak butuh waktu lama, laki-laki berseragam putih itu sudah kembali dengan troli yang berisi berbagai alat steril untuk memasang oksigen, di belakangnya orang berpakaian serba hitam membantunya membawakan tabung oksigen.

Pemasangan oksigen telah selesai di lakukan. Setelah beberapa menit, si pasien yang tadinya bernafas berat dan tersengal. Kini sudah bisa bernafas lebih teratur dan tenang.

 “Merasa lebih baik mario? “

Rio mengangkat satu ujung bibirnya, mengangguk lemah menjawab pertanyaan dokter pribadinya. Dokter putra.

“Sudah bisa menjelaskan kenapa bisa kambuh sampai seperti ini?” tanya dokter putra lagi.

Dengan masih sangat lemah, rio tertawa. Ia mengangkat bahu lemah.”Saya manusia biasa.” Ujarnya serak.

“EVERYTHING OKE?”

Semuanya menoleh ke arah sumber suara, termasuk dokter putra yang sudah siap membuka mulutnya untuk mengomeli pasien kehormatannya.

“Dok. Rio gak papa? Apa ada masalah serius?..” rancau suara itu lagi tidak sabar dan terlihat sangat khawatir.

Dokter putra mengangguk beberapa kali, melirik rio sekilas, “ Tanyakan sahabatmu ini, apa yang sudah dia lakukan sampai menyebabkan masalah seperti ini?”

Rio menyeringai.”Tenang vin, semuanya sudah aman terkendali.” Ujar rio, suaranya masih pelan dan serak. Tapi hal itu setidaknya membuat alvin untuk saat ini bisa bernafas lega.

Dokter putra menggelengkan kepalanya. Mengenali betul sikap pasiennya ini yang selalu berusaha membuat orang di sekitarnya tidak khawatir. Bisa-bisanya dia berkata seperti itu setelah hampir tercekik karena kehabisan nafas.

 “Ini.. silahkan untuk di habiskan!!” perintah dokter putra sedikit galak. “.. dan vin, pastikan sahabatmu yang keras kepala ini benar-benar menghabiskan obatnya.” Ujar dokter itu lagi.

Alvin mengangguk-ngangguk semangat dan Rio hanya mengangkat satu ujung bibirnya sebagai respon.

“kalo begitu dokter permisi dulu, dokter meninggalkan satu perawat untuk memantau kamu beberapa jam ke depan ya mario..”

“Ya.. makasih dok..” sahut rio singkat, lalu dokter, perawat dan beberapa pengawal meninggalkan kamar besar miliknya, menyisakan dirinya dan alvin yang saat ini sudah duduk di pinggir tempat tidurnya.

Rio memencet salah satu tombol merah di dekat tempat tidurnya. Tidak lama dari itu, seorang wanita berseragam umur 30an masuk ke kamar besar miliknya.

“Ada yang bisa saya bantu tuan?” ujar wanita itu penuh hormat.

Rio menoleh ke arah Alvin.”Mau apa lo vin?”

“Ha?” alvin agak terkejut, dasar tuan muda ini.”Gak usah repot-repot lah. Tapi.. juice jeruk sama burger boleh juga mbak.”

Sedikit menahan tawa, pelayan itu mengangguk.”Ada yang di perlukan lagi tuan?..”

“Udah itu aja...” jawab alvin. Membuat Pelayan itu mengangguk lagi, lalu meninggalkan ruangan itu dengan cepat.

Tiba-tiba Alvin mengembangkan senyum, selalu merasa makmur jika bertamu di rumah sahabatnya. Benar-benar bisa menginginkan apa saja.

“Lo bolos?”

Alvin menoleh, menampilkan deratan giginya.”Apa boleh buat. Gue khawatir banget sama lo..”

Rio menyeringai. “Modus lo.. ” Alvin semakin nyengir. ”Lakuin apa mau lo vin, gue ngantuk..”

“Begadang lo?”

 “Gue belum tidur dari semalem malah..”

Alvin menautkan kedua alisnya.” Lagi mikirin apaan lo? pantes drop gini..”

Rio mendesah. “Entahlah...” jawabnya singkat. Memejamkan mata. Dan berharap saat bangun lagi, tak ada lagi yang mengganggu pikirannya.



***


Suara petikan gitar mendominasi malam sunyi yang dingin di blakon kamar cakka. Dengan di temani secangkir coffe hitam dan suara jangkrik yang beberapa kali menyeruak, Cakka
tengah dengan asal memetik gitar yang di belikan ayahnya saat ulang tahunnya ke 17.

Cakka berhenti memetik, jari –jarinya mulai terasa perih akibat tak berhenti memetik gitar kesayangannya secara asal sejak 1 jam yang lalu. Cakka menengadah, menghadap langit hitam yang bertaburan banyak bintang .

Pikirannya melayang. Ada memori kecil yang selalu siap untuk di ingat jika dirinya sedang sendiri seperti ini.

-


Cakka kecil lari tunggang langgang membawa dua mangkuk kecil eskrim yang baru saja ia beli dari mobil eskrim yang standby di taman kompleks dekat rumahnya.

“tuan putri, aku bawakan eskrim cokelat kesukaan tuan putri..” si gadis kecil bermahkota yang di buat dari daun-daunan tertawa riang menerima eskrim dari cakka.

“yeee!!! ayoo. Kita makan sama-sama!!!!”

Keduanya menghabiskan eskrim masing-masing dengan penuh semangat dan begitu menikmati. Tak ada yang membuka suara sama sekali hingga mangkok eskrim keduanya kosong.

“makasih ya cakka, eskrimnya enak banget...” si gadis kecil berucap dengan mata berbinar penuh kebahagiaan.

“sama-sama tuan putri...”

“aku seneng kalo di beliin eskrim gini sama cakka. “

Cakka mengembangkan senyum.” Aku seneng kalo tuan putri seneng.”

“okedeh. Aku janji kalo terus-terusan sama cakka aku bakal selalu seneng. Janji kelingking”  Cakka menyambut tanpa beban uluran kelingking mungil sang gadis, dan kelingking keduanya saling bertautan. Membentuk janji mengikat dari salah satu kedua pembuat janji.

-


Dan sekarang, apa janji itu masih tetap sama.

“WOI!!...” cakka mengerjap. “BENGONG AJA!!!” agni sudah muncul di blakon sebrang blakon kamar miliknya.

Cakka tersenyum sekilas, lalu berucap pelan. “sini ag, temenin gue?” cakka menepuk-nepuk tempat kosong di sampingnya, bermaksud memberi petunjuk untuk agni agar duduk di sana.

Sebelum agni menurut ia sempat menyerengitkan dahi heran. “Tumben gak ngomel udah di kagetin?”. Cukup melangkah panjang untuk mencapai blakon kamar cakka yang kelewat mepet dari blakon kamarnya, dan kini agni sudah menapak di lantai keramik biru gelap blakon cakka.

“lagi galau lo?” tanya agni cepat.

“ha? Gak kok. Apaan deh galau? Kayak cewek aja..”

“lho? Situ cowok to?”

Cakka menonyor kepala agni cepat. Agni tidak merespon, hanya tertawa pelan sebentar.

“ngerasa gak sih ag, kalo sekarang si shilla beda?

“beda?” agni menautkan alisnya tengah berpikir keras, “beda gimana ya? Perasaan masih kayak shilla yang biasa deh?”

“lo gak ngerti ag? “

“Gak ngerti apaan?”

“dia itu udah jarang kumpul sama kita lagi. Jarang ngobrol juga, terus kelihatan sibuk banget gitu. Beda lah pokoknya!!”

“ah, masa sih? Lo nya yang terlalu sensitif kali kka, atau mungkin memang shilla nya lagi sibuk beneran.”

“mungkin..”

Agni menipiskan bibir, membentuk senyum yang sangat tipis. Dia bukannya tidak tahu, hanya sedang berpura-pura tidak tahu. Dia tahu sekali maksud pemuda di sampingnya. Iya. Dia tahu.


***


AISSSHHH. Shilla membanting ponselnya pelan ke tempat tidurnya. Ia kesal tidak pernah berhasil menunaikan level terakhir game angry birds Rio di ponselnya. Angry bird RIO? oh ya tuhan.

Shilla melirik album foto merah muda di meja belajarnya. Ia berdiri, melangkah menghampiri album foto itu. Langsung ia buka pada lembar terakhir.

Benar kata agni. Waktu itu akan datang, dan nyatanya...  sudah datang. Waktu di mana dia harus menentukan pilihan. Dan sampai sekarang shilla tidak punya jawaban. Tidak ada yang lebih berat, mereka berdua imbang. Benar-benar Fifty fifty.

Shilla ambil dua foto di lembar terakhir album foto itu. Foto pertama, foto gabriel yang ia ambil secara diam-diam. foto kedua, foto Rio bersama dirinya yang di ambil saat rio baru membelikannya ponsel.

“Shilla..”

Whoa! Dua foto itu kini berterbangan. Suara yang ternyata milik bundanya membuatnya sangat terkejut.

“eh, bunda bikin kaget ya?”

Shilla hanya tersenyum. ia pungut lagi kedua foto yang jatuh tidak jauh dari dirinya, tanpa semangat.

Ina memiringkan kepala, merasa aneh dengan sikap putri nya yang lebih pendiam malam ini.

“bunda?”

“ya?” sedikit tersentak, ina menyerengitkan dahinya.

“Apa yang bakal bunda lakuin? eemm. Kalo bunda di hadapin 2 pilihan yang gak ada yang lebih dominan untuk di pilih?

Ina tersenyum, seakan mengerti masalah apa yang sedang di hadapi putri tunggalnya.  Ia hampiri putrinya.” Bunda bakal cari jawabannya di hati bunda. Bukannya, Semua yang kita rasakan selalu ada di hati kita.”

Shilla mendongak. Mengerutkan dahi.”tapi.. Gimana kalo di hati kita isi nya juga dua-duanya?”

Ina menggeleng.” Satu hati tercipta untuk satu orang shilla.”

Shilla tidak lagi membuka mulutnya. Merenungi perkataan bundanya. Semakin bingung, karena belum menemukan siapa yang benar-benar ada di hatinya.”Tapi gimana caranya biar tau ya bun? Yang bener-bener di hati.”

“Itu gak bisa di ketahui shill, tapi di rasakan.”

Shilla menggelengkan kepal, masih saja tidak mengerti.”aduh... jadi milih yang mana ya?”

“kamu tunggu sebentar..”

Tidak butuh waktu lama, 5 menit setelahnya Ina sudah kembali dengan 2 piring di tangannya.”Tadi bunda dapet cake dari tante maya....”

Shilla memiringkan kepala.

“ada cake coklat sama cake keju di sini.. kamu pilih mana?” tanya ina.

Tanpa ragu, shilla mengambil piring berisi cake cokelat dari tangan ina.”ya cake cokelat dong bun, bunda kan tau sendiri aku suka cokelat.”

“Memang kalo udah di suka gitu, milihnya harus yang di suka? Gak mau nyoba yang cake keju? Udah tau rasanya cake keju?”

Shilla menggeleng, menaruh piring berisi cake cokelat di sampingnya. Mendadak ragu.

Ina tersenyum.”mau nyoba?”

Shilla mengangguk, ia terima cake keju dari bundanya. Ia menggigit cake keju itu dalam ukuran besar. Ia mengangguk-angguk beberapa kali, lalu menggigit cake keju untuk kedua kalinya.

“enak?”

Sedikit tersentak, shilla mendongak. Dengan malu-malu mengangguk beberapa kali sebagai tanda setuju bahwa cake keju itu enak.

“Begitulah pilihan shilla. pilihan gak selamanya jatuh ke yang kita anggap kita sukai. Kenali terlebih dahulu keduanya. Kamu.. Jangan terlalu fokus sama cokelat karena dari awal kamu suka cokelat. Rasakan keju juga, jangan hanya di pandang sebelah mata. Kamu butuh tau, Bagaimana keduanya. Dan nantinya, dengan sendirinya hatimu akan menggiringmu menuju jawabannya. “ ina berhenti sebentar. Membelai rambut lembut shilla.

“  Apa yang dari awal kita nobatkan menjadi sesuatu yang kita suka belum tentu yang terbaik. Bisa aja setelah kamu juga makan cake yang coklat, kamu akan menilai bahwa cake keju lebih enak.”

Shilla masih saja diam. Ina membelai penuh sayang sekali lagi rambutnya.

“Kamu tidur ya, udah malem... ingat shilla, jangan memilih sebelum tahu dua-duanya.” Ina tersenyum sekilas. Berdiri dari duduknya. Membenarkan selimut shilla, yang sudah memposisikan diri senyaman mungkin di single bad nya. “sleep well sweety”

Ina melangkah meninggalkan kamar shilla. Dan tepat sesaat sebelum benar-benar meninggalkan kamar itu, Ina berhenti, membalik badan. Mengembangkan senyum melihat putrinya, melihat gadis itu kini sudah tumbuh dewasa. Kamu bisa menghadapi ini shilla, bahkan kamu akan menghadapi ini dengan sangat baik.


***



Sepulang sekolah, shilla dan teman-temannya yang juga menjadi peserta kemah mendapat pengarahan dari kepala sekolah. Mengingat rombongan itu akan berangkat besok, minggu sore.

Setelah 30 menit harus berpanas-panasan berbaris di halaman sekolah, akhirnya pengarahan itu selesai. Hal itu langsung di sambut 30 siswa yang turut dalam kemah itu bersorak gembira, karena dengan berakhirnya pengarahan itu mereka juga terbebas dari polusi suara yang di sebabkan suara melengking milik kepala sekolahnya.

“Shill.. gue duluan ya, bokap udah nunggu tuh..”

Shilla menoleh,”Oh oke ag, ati-ati ya..” agni mengangguk, melambaikan tangan sebelum berlari menuju lapangan parkir, ke tempat ayahnya menunggu dirinya.

HUFT. Shilla mendudukkan dirinya di bangku panjang milik taman sekolahnya. Bermaksud istirahat sebentar sebelum berjuang bersama sepedanya untuk sampai ke rumah.

Drrt drrtt.

Shilla merogoh saku seragamnya, mengambil ponselnya yang baru saja bergetar menandakan ada sms yang baru saja masuk.

To        : Kak gabriel
Shilla, semoga kemah kamu 1 minggu kedepan berjalan dengan baik yaa.
Kakak akan merindukan kamu

Senyum shilla terkembang. Mengingat bagaimana Gabriel selalu memperlakukannya dengan manis. Isshhh. Shilla mengetuk-ngetuk dahinya, tiba-tiba saat pikirannya tengah melayang jauh memikirkan kisah indahnya bersama gabriel nama Rio juga muncul di pikirannya. Lalu, tiba-tiba ia jadi Bertanya-tanya mengapa pemuda itu tidak memberinya pesan singkat seperti halnya yang gabriel lakukan. Bukankah 2 pemuda itu sangat bertolak belakang?

Shilla memiringkan kepala, berfikir keras tentang sesuatu yang tiba-tiba mengganjal di pikirannya. Dan.. hei.. bukannya shilla tidak pernah memberi tahu Rio tentang kemahnya. Jadi jawaban atas pertanyaannya kenapa pemuda itu tidak berkomentar tentang kepergiannya, karena pemuda itu tidak tau bukan? . Astaga. Apakah itu artinya Shilla sudah memperlakukan keduanya secara berbeda. Itu artinya dirinya tidak adil.

Shilla berkutat lagi dengan ponselnya, mencari kontak dengan nama ‘Mario sayang’ . Klik

Tersambung. Dan... shilla mendesah. Tidak di angkat.

Shilla coba sekali lagi, dan .. tidak di angkat lagi. Cepat-cepat shilla putuskan sambungan. Apa yang sudah dia lakukan? Lagipula, Apa Rio akan peduli jika dia memberitahu tentang kemahnya. Bahkan ini seperti menjatuhkan harga dirinya. Tapi, shilla hanya sedang mencoba berlaku adil kok. IYA. Berlaku adil. Itu saja.

Akan shilla coba menelpon pemuda itu sekali lagi. Oh, SIAL. Masih aja gak di angkat. Sebenarnya apa yang sedang di lakukan pemuda itu. bisa-bisanya mengabaikan 3 telpon darinya.

Shilla membanting pelan ponsel itu di sampingnya. Akan mencoba tak acuh tentang pengabaian itu. Ah, astaga. Shilla benar-benar tidak bisa untuk berpura-pura tidak peduli. ia raih ponselnya lagi, mencari kontak lain. Kak Alvin. Klik

Hallo..”

Shilla diam. Tiba-tiba lidahnya kelu.

Hallo.. Shilla..”

“eh. Hallo kak..”

Terdengar pemuda di seberang telpon terkikik sebentar.”Ada yang bisa kakak bantu shill?..”

Shilla menggigiti bawah bibirnya, sedikit menyesal karena terlalu terbaru-buru mengambil langkah menelpon Alvin untuk menanyakan keberadaan Rio. Karena kenyataannya, sekarang dirinya merasa malu.

“ Eee..” shilla benar-benar tidak tahu harus mengawali pertanyaannya.

Soal rio?...” suara alvin terdengar lagi, membuat shilla harus mengetuk-ngetuk kepalanya berkali-kali karena benar-benar malu bisa semudah itu alvin menebak tujuannya menelpon pemuda itu. “Mau tanya apa shill soal Rio?” suara alvin terdengar lagi.

Ah sudahlah, sudah terlanjur basah ini. “ee.. orang itu kemana ya kak. kok aku telpon gak di angkat?”

Terdengar alvin terkikik lagi. “Orang itu.. punya nama shill.”

Shilla tersentak. Aduh shilla, kamu benar-benar membuat dirimu sendiri di timpa malu berlipat-lipat.”Ee~ maksud aku si Rio kak..”

dia masih di sekolah shill..”

“Sekolah?”

Iya. Beberapa hari ini Rio setiap pulang sekolah, gak langsung pulang. Dia di sekolah, katanya sih belajar..”

Shilla mengangguk-nganggukkan kepalanya. Seperti tidak menyadari kalo lawan bicaranya tidak akan pernah bisa melihatnya.” Oh gitu... Eee~ Yaudah ya kak, udah dulu, aku udah malu banget nih sama kakak. Makasih infonya.”

Terdengar, alvin terbahak di seberang telepon. “Santai aja kali shill.. Oya.. ngomong-ngomong kelas Rio 12 IPS 1.. mungkin itu bisa ngemudahin kamu.”

“eh iya, sekali lagi makasih kak alvin. Bye.”

bye shilla.”

Klik. OH SIALAN!!. Shilla menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Lain kali, Shilla benar-benar harus memikirkan setiap langkah yang akan di ambil. Oh, kamu best stupid girl sedunia shilla. OK. Sekarang apa yang bakal kamu lakuin selanjutnya Shilla?


***


Sekolah sudah sepi. Yah, tidak heran juga mengingat sekarang sudah pukul lima sore. Shilla berjalan sambil terus waspada, karena harus ia akui suasana di sini cukup menyeramkan. Berkali-kali dia juga harus mendongak ke bagian atas pintu untuk mencari di mana kelas 12 IPS 1. Dan Hal ini cukup membuat shilla jengkel. Karena sudah cukup jauh shilla melangkah memasuki area sekolah, dia masih saja belum menemukan kelas itu.

Eh. Ini 12 IPS 5. Mungkin 12 IPS 1 gak jauh dari sini. Shilla melangkah lagi, lebih semangat kali ini. Ia menghela nafas saat papan bertuliskan 12 IPS 1 sudah terlihat dari tempatnya berdiri saat ini.

Shilla menarik nafas panjang, menyiapkan diri untuk menghadapi kejadian yang akan terjadi selanjutnya. Sambil menyiapkan juga kalimat apa yang akan pertama kali Ia ucapkan, agar tidak terlihat canggung. Dengan perlahan Shilla membuka pintu berwarna hijau tua kelas itu.

“ hai Ri..” kata-kata Shilla terhenti saat melihat pemandangan di depannya.

Hari memang sudah sore dan ruang kelas itu berbias cahaya merah yang dihasilkan matahari senja. Namun Shilla yakin satu-satunya sosok yang ia lihat di dalam ruangan itu adalah Rio. Namun Shilla sama sekali tidak menyangka akan menemukan Rio sedang tidur -dengan sangat nyenyak dan nyamannya di atas bangkunya. Beberapa buku bertebaran di atas meja itu.

Shilla menghela nafas melihat pemandangan ini. Sudut-sudut bibirnya sedikit terangkat. Dengan sangat perlahan shilla melangkah mendekati Rio.

"Jadi ini? yang bikin kamu gak angkat telpon aku?” rancau shilla pelan, sambil membereskan buku-buku Rio.

Shilla sudah selesai membereskan semua buku Rio. Kini yang Shilla lakukan hanya memperhatikan Rio dalam diam. Dan tiba-tiba saja, detak jantung Shilla berdetak lebih cepat dari biasanya. Dengan cepat, shilla berbalik memunggungi Rio.

Shilla menarik nafasnya lebih dalam, berusaha untuk menenangkan dirinya. Kemudian setelah detak jantungnya kembali normal, perlahan dia membalikan tubuhnya kembali menghadap Rio lagi. Dan detak jantungnya kembali tidak wajar. Shilla menggeleng-gelengkan kepala, berusaha untuk melawan kali ini. Berusaha sekuat tenaga untuk tidak pingsan saat itu juga. ya tuhan, tapi memang rio terlihat berjuta-juta kali lebih tampan jika sedang tertidur tenang seperti itu.

Shilla mengulurkan tangannya untuk membangunkan Rio, mengguncangkan tubuh pucat berbalut seragam sekolah yang acak-acakan itu perlahan.

"R-rio.." suara shilla serak dan lemah. Shilla berdeham dan mencoba lagi.

"Rio..” suara shilla lebih keras. Rio meresponnya, walaupun cuma sebuah geraman rendah.

Shilla mengerucutkan bibirnya. Mencondongkan tubuhnya, mendekatkan diri pada Rio. Awalnya dia memang berniat untuk berteriak di telinga pemuda itu, namun saat dia sudah cukup dekat untuk bisa menghirup aroma tubuh Rio, pikirannya jadi kosong. Karena diam-diam, shilla menyukai harum tubuh itu. dan dia bertahan dalam posisi itu cukup lama.

"Udah puas liatin gue nya?..."

Whoa!! Shilla melonjak kaget saat mendengar suara Rio. Pemuda itu saat ini sedang melihatnya dengan seringai menyebalkan di bibirnya.

Rio menyangga dagunya dengan kedua tangannya.”udah mau mengakui kalo ternyata gue ganteng?”

“eh? Apa?”

Rio menyeringai lagi. ”Ngapain kesini? Kangen?” ujarnya menggoda.

"eh? Ee~ gue... gue..." ucap Shilla tergagap.

Rio hanya memandangi Shilla dalam diam. Menikmati pemandangan shilla yang sedang bergelagat salah tingkah di depannya. Baginya ini begitu sayang jika untuk di lewatkan.

“E-lo ngapain senyum-senyum gitu liatin gue? Ha?” kata shilla galak. Mencoba mengalihkan rasa malu yang –entah kenapa- bertubi-tubi menyerangnya hari ini.

Rio mengangkat satu ujung bibir ini. Gadis ini.” Diam di situ..” perintahnya, suaranya masih serak.

“Ha?” Detik selanjutnya, Rio bangkit dari duduknya. Dengan langkah pelan, menghampiri shilla.

Shilla yang tidak tahu apa yang di pikirkan rio yang tengah menghampirinya dengan terus menatapnya, diam-diam waspada. Dalam hati menyesal karena menghampiri pemuda mesum itu sendirian. Ia melangkah mundur perlahan,  mengimbangi setiap langkah rio yang semakin dekat dengan dirinya.

Dug. Aduh. Shilla menoleh sebentar belakangnya, ternyata baru saja dia menabrak meja lain di kelas itu. ya tuhan. Apa yang harus dia lakukan.

Shilla sama sekali tidak sadar kapan Rio memulainya. Yang ia tahu, sekarang pemuda itu tengah memeluknya. Erat dan....  Hangat. Ia membrontak kecil, dia terlalu terkejut dengan pelukan tiba-tiba ini.

“gak papa shill, sebentar aja..” kata rio, suaranya pelan dan serak.

Mendengar itu, shilla tak lagi membrontak. Ia membiarkan tubuh mungilnya di peluk rio yang kini semakin erat memeluknya, bahkan shilla bisa merasakan dagu Rio menekan pelan puncak kepalanya.

Sudah 5 menit waktu berjalan, rio tak kunjung melepaskan pelukannya. Malah semakin mengeratkan pelukan itu.

Rio mendesah. haah “selamanya, aku mau gini terus...”

Dua ujung bibir shilla sedikit terangkat, entah kenapa merasa berbunga mendengar kata-kata itu.

“Apa ada yang pengen kamu sampaiin ke aku? Nyampe bikin kamu jauh-jauh kesini..” tanya Rio, berubah drastis, jauh lebih manis.

“Eee.. itu... “ Tangan shilla meremas-remas rok abu-abunya. Tiba-tiba tidak berkutik, lidahnya kelu untuk menyampaikan alasannya yang setelah di pikir-pikir tidak cukup penting sampai membuatnya nekat ke tempat ini.

Rio menautkan alis, merasa heran kenapa gadis yang di peluknya tidak kunjung menjawab pertanyaannya.

Shilla agak tersentak, saat tau-tau pelukan rio melonggar, lalu akhirnya lepas. Ia mendongak sekilas. Saat tau jarak mereka masih sangat dekat. Ia menunduk lagi.” Aku ... sebenernya mau ngasih tau kamu dari telepon, tapi aku udah 3 kali nelpon kamu gak kamu angkat.” Ujarnya sangat gugup.

Rio melirik sekilas ke arah tasnya, ia benar-benar tidak tahu tentang 3 panggilan yang di maksud shilla.” Aku gak tau ada telpon.. tapi Aku bersyukur kalo itu jadi bikin kamu kesini.”

Shilla melirik sebal rio, mendengus keras.

Rio tersenyum sekilas.”jadi, sebenernya mau ngasih tau apa?”

Lagi-lagi shilla harus di buat tersentak. Bahkan kini shilla sudah tidak yakin dengan alasannya yang membawanya kesini. ”itu... ee.. Sebenernya.. Aku mau ngasih tau, ee.. Aku besok mau berangkat kemah  1 minggu.. jadi, Ya aku cuma mau pamit aja.”

Rio membulatkan mulut, mengangguk-ngangguk beberapa kali.” Aku udah tau...”

Shilla melongo. Lalu buat apa dia berfikiran pemuda ini tidak mengiriminya pesan singkat, karena pemuda itu tidak tahu tentang hal itu. Padahal nyatanya..  pemuda ini sudah tahu, dan tidak berkomentar apa-apa, jadi bisa saja alasan pemuda itu karena tidak peduli. Dan kenekatannya datang kesini dengan bermodalkan sepeda, sia-sia. Haha ini bagus sekali.

Shilla mendelik ke arah rio.”Kalo gitu urusan gue udah selesai...” nada suara Shilla berubah menjadi tidak bersahabat. Rio sempat menyerengitkan dahi akibat perubahan sikap gadis di depannya itu.

Rio menahan tangan Shilla yang dengan cepat membalik badan dan akan segera pergi meninggalkan dirinya.” Tunggu sebentar..”

Rio menghampiri tasnya, dengan menyeret shilla. memasukkan beberapa buku yang tadi sempat di bereskan oleh shilla ke dalam tasnya. Dengan hanya menggunakan tangan kirinya

“yuuk...” shilla hanya bisa menurut, memang apa lagi yang bisa dia lakukan kalo rio sudah menarik pergelangan tangannya seperti ini.


*


“Lho? Mau kemana?” baru saja, dengan sedikit di paksa Rio, shilla memasuki mobil Rio.

“Ya pulang..”

“Sepeda gue gimana?”

Rio berdecak, menoleh shilla.” Yakin? Masih berani pulang naik sepeda?” rio melirik jam tangannya.” Udah hampir jam 6 sih ini, tapi .. kalo lo tetep mau pulang sendiri yaa.. apa boleh buat?”

Shilla menggigiti bawah bibirnya. Tidak lagi berkomentar apapun.

“Nih...” Astaga. Shilla melirik sebal rio. Meski setelahnya, Shilla lebih tertarik melihat isi paper bag yang entah darimana rio mengambilnya daripada mengomeli pemuda itu karena sudah mengagetinya.

Shilla menoleh ke Rio. ”Ini maksudnya apa?”

“Gue beli itu, begitu gue tau lo mau kemah. Tapi .. karena banyak kejadian-kejadian aneh akhir-akhir ini di hidup gue.” rio mengangkat bahu.” Entahlah.. gue jadi lupa pernah beliin itu buat lo. untung lo tadi ngingetin..”

Shilla mengerucutkan bibir. Meski sejujurnya dalam hati sangat tersanjung dengan kenyataan –meski-sempat-lupa- rio sudah berinisiatif membelikan hadiah itu untuknya.

“Makasih..” kata shilla pelan akhirnya.

“Udah gak marah lagi?” sahut Rio jahil.

Shilla menganga. Menoleh cepat ke arah Rio. Melihat pemuda itu tengah menatapnya geli. Akhirnya dia tertawa, mendorong bahu Rio keras. Sambil berseru ”Nyebelin...”

“tapi ganteng kan?”

Shilla ternganga –lagi. Menjulurkan lidah ke rio. lalu melipat tangan di dada, pura-pura merajuk. Meski percayalah. Hatinya bergejolak bahagia. Ya memang benar-benar merasa bahagia, entah apa maksudnya ini. ah entah... entah...




To be continued... 

9 komentar:

  1. Waaaahhh, part ini adegan terakhir bikin senyum senyum gaje :D
    keren keren keren, 10 jempol buat part ini ^^
    adegan Rio Shilla'nya diperbanyak dong, ini berakhir Rio Shilla kan ???
    Pasti dong ??? Ya dong ??? Hehehe
    Lanjuuuuuuutttt, usahain buat post 10 part langsung yaaa ;) Hahaha.

    BalasHapus
    Balasan
    1. busyet 10 part? penganiayaan itu namanya -_- :P
      ya baca terus aja ya biar tau endingnyaaa hihihi *ini modus penulis

      Hapus
  2. Hahahha :)) senyum senyum sendiri :) so sweet!!! Lanjut yach ;)

    BalasHapus
    Balasan
    1. snyum2 sndiri? tapi gak gila kn sbnrnya ? :P :D
      okeh (y) di tunggu yaw ;)

      Hapus
  3. Lanjutt kak, ditunggu part 21 nya;)

    BalasHapus
  4. pokoknya cerbung ini harus dilanjutin sampe ending ya Allah,amin.. :)

    BalasHapus
  5. Kak lanjutannya dong , buru ! Seru banget ceritanya
    Oke oke jangan lama lama

    BalasHapus