Kadang IRI menjadi sesuatu yang
setelah di pikir.. tidak wajar
Tapi entah.. itu benar-benar
terjadi.
Ify
meremas foto yang baru saja diberikan pesuruhnya untuknya. Memang dia sengaja
menyewa beberapa paparazzi handal
untuk menjalankan misi liciknya.
Tangannya
mengepal. Wajahnya meemerah. Penuh amarah.
“
Gue memang gakbisa tinggal diem!”
Di
lemparnya foto yang sudah berbentuk bola itu ke tempat sampah yang tidak jauh
darinya.
Foto
itu .. foto seseorang laki-laki dan seorang perempuan. Tengah berciuman. Di
rumah pohon. Foto itu.. foto sialan/
***
Siang
itu. Panas. Ya. Memang gak ada siang yang gak panas di jakarta. Maka dari itu,
Shilla memilih untuk menyendiri di bawah salah satu pohon taman sekolahnya.
Berharap akan banyak udara sepoi-sepoi yang menerpa dirinya.
Shilla
mengibas-ngibaskan tangan di depan wajah. Sebagai bentuk usaha untuk mengurangi
rasa panas yang menyerangnya. Karena harapan memang hanya harapan. Udara sepoi
apaan???
“
Panas ya nyet?”
Whoa!
Shilla mendelik. Menatap sebal pemuda jangkung yang saat ini sudah menarik perhatian
sebagian besar siswa siswi di sekolahnya. itu.. jelas saja terjadi. Mengingat
dengan sangat percaya dirinya pemuda itu berada di sekolahnya dengan pakaian
yang mencolok seperti ini.
Celana
jeans hitam dengan kaos tosca dan rompi abu-abu sebagai atasannya. Keren sih.
Apalagi jika kaca mata yang di
gantungkan di kerah kaos itu di gunakan. Mungkin akan tambah.... Eitss.. cukup
shilla, apa yang sudah kamu fikirkan???
“
Ngapain lo kesini?” Tanya shilla galak. Mengedarkan pandangannya ke
sekililingnya sekilas. Baru menyadari sudah banyak siswa-siswi sekolahnya yang
sengaja menggerombol untuk –yang mungkin- menyaksikan... rio.
Shilla
sedikit mengerucutkan bibir. Dia tidak suka pemuda ini banyak penggemarnya. “ mau
tebar pesona lo? “ tanyanya lebih galak.
Pemuda
itu mengangkat bahu, sok cuek. “ buat apa tebar pesona? Tanpa gue lakuin juga
pesona mario stevano udah bertebaran di mana-mana.” Jawabnya datar.
Shilla
menganga. “ Gitu?” tanyanya takjub, dramatis, marah.
Dengan
polos, rio mengangguk. Tanpa menyadari apapun.
Shilla
menghela nafas. Mungkin memang ada yang salah dari kamu shilla, sampai- sampai
mencintai orang seperti ini. “ oke! sudah cukup bersombong dirinya. Sekarang ..
waktunya untuk anda beranjak dari sini, silahkan.” Shilla mengembangkan senyum
aneh. “ terimakasih atas pengertiannya.”
Rio
berdecak kesal. Dengan cepat memakai kaca mata hitamnya. Shilla yang tak
sengaja melihat langsung melongo. Astaga pemuda ini tampannya memang
keterlaluan.
“kyaaaa..
ganteng banget!!!”
“ampuuun..
gantengnya pecah..”
“
oh my prince mario..”
Reflek,
shilla melirik kesal ke arah siswi-siswi yang berteriak-teriak histeris karena
ulah rio. Ehh.. shilla terjingkat, karena dengan tiba-tiba ada yang mengenggam
pergelangan tangannya. Lalu menariknya.
“apaan
sih?” tanya ketus. Masih terbawa emosi karena ulah penggemar rio.
“
kalo gue pergi, lo juga harus ikut pergi.” Kata rio tegas, penuh perintah.
Shilla
menunduk. Harus lagi? “bukannya udah janji gak ada perintah-tak-terbantah
lagi?”
Rio
menegang. Genggamannya di pergelangan tangan shilla, meregang. Hingga akhirnya
genggaman itu lepas. Ia mematung. Berani beraninya ia genggam tangan itu. bahkan
janji yang ia buat sendiri pun tak ia genggam. Berani-beraninya si pengobral
janji seperti dia!
Shilla
menggigit bawah bibirnya, merasa dia sudah keterlaluan. Berkata setajam itu. Bukankah
Pemuda itu sudah cukup mencoba, dan bukankah sesuatu yang sangat sulit merubah
sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan. Lalu... dia? berani-beraninya dia yang
bukan siapa-siapanya ini berkata demikian? Eh.. bukan siapa-siapa? apa memang
bukan siapa-siapa?? lalu kenapa hatinya seperti tidak rela dengan “bukan
siapa-siapa”.
Shilla
mengamati rio lekat-lekat, semakin merasa bersalah. ketika mengetahui rio masih
mematung di sampingnya. Dan Wajahnya yang tampan itu nampak lebih pucat dari
sebelumnya.
Mungkin
ini waktu untuknya, untuk tidak terus menjadi yang bukan siapa-siapa? Di
liriknya tangan rio yang kini mengepal. Ia tarik nafas panjang, shilla belum
yakin dengan ini. tapi dengan keyakinan cinta ini. ia akan mencoba.
Shilla
raih jemari rio dengan sedikit ragu, ia sisipkan jari-jarinya di jari-jari
panjang milik pemuda itu.
Pemuda
itu menoleh dengan keterpanaan. Shilla langsung menyembutnya dengan senyuman
termanis. “ yang.. itu tadi gak papa.. dan lain kali genggam di sini..” kata
shilla lembut.
Rio
mengikuti pandangan shilla, dalam diam. “ Agar tidak hanya kamu yang
menggenggam tangan ku, tanganku pun juga ingin membalas genggamanmu.” Kata
shilla lagi.
Rio
mengangkat wajah. Menatap shilla yang balas menatapnya. Shilla sedang
memanyunkan bibir, memicing matanya. “ Jadi, berhenti! genggam pergelangan
tanganku mario!” katanya, ada perintah di sana.
Shilla
angkat tangannya yang masih berpaut dengan tengan rio. mengamati sebentar tangan
yang saling berpaut itu. “seperti ini..”
kata shilla. “ Genggam jari-jariku. Agar genggamanmu terbalas.... karena aku
sangat ingin sekali membalasnya.”
Rio
Ternganga, belum percaya. Apa kah ini nyata? Atau panasnya jakarta membuatnya
hingga berhalusinasi. Tapi, ketika shilla mengembangkan senyumnya tepat di
depan matanya, rio percaya... keindahan ini nyata. Ia balas senyum itu, “ Aku
mencintaimu Ashilla...” katanya terdengar gemetar.
“
aku juga.. “ jawab shilla tak di duga.
Jawaban
sederhana itu membuat Rio kembali terpana.
“
Apa? “ Rio bertanya seperti orang bodoh.
Shilla tersenyum
lembut, “ Iya mario aku juga
mencintai kamu.”
Rio
seolah kesulitan mencerna jawaban sederhana Shilla, tetapi ketika dia bisa
memahaminya, seketika itu juga Rio merengkuh Shilla, memeluknya erat-erat.
Tidak peduli dengan tatapan terkejut dan terpana para siswa-siswi lain yang
secara ekslusif menyaksikan telenovela gratis di halaman sekolah mereka.
Menyaksikan mereka berdua.
"Demi Tuhan...
Aku masih butuh
berkali-kali diyakinin sama kamu
shill," bisiknya serak di
rambut Shilla.
Shilla
membalas pelukan Rio dengan lembut."Aku mencintaimu." Ia katakan lagi
kalimat ampuh itu.
"Katakan lagi,"
pinta Rio menuntut,
memejamkan matanya, mengetatkan pelukannya, "aku butuh
diyakinkan."
"Aku
mencintaimu." ulang Shilla patuh.
Rio melepaskan
pelukannya lalu mengusap
rambut Shilla lembut, kemudian
meraih tangannya, menciumnya.
Setelah
cukup lama, rio mengangkat wajah. Menatap mata shilla dengan sangat lembut. “
ayok ngadem di mobil gue..”
Hahahahaha!!
Shilla terbahak. Entahlah. Shilla tak mengerti, Rio selalu mempunyai caranya
sendiri. Cara mencintainya, cara membahagiakannya, cara membuatnya tertawa. Cara
yang bisa membuat dia merasa menjadi gadis paling beruntung di dunia.
**
“ huaaahh. Adeeem.. “ seru shilla, kegirangan.
Dia sedang menikmati hembusan udara dingin yang di hasilkan AC mobil milik rio.
Sedang,
si pemilik mobil. Sedang asyik dengan pikirannya, sesekali tersenyum sendiri.
Masih mengingat-ngingat kejadian manis yang membuatnya tak lagi jadi korban si
cinta bertepuk sebelah tangan.
Rio
harus mengakui, dia sangat menderita dengan title
itu. Dan, akhirnya ada hari ini, hari di mana cintanya terbalas, menjadikan
cinta pertamanya tak lagi mengerikan. Memang rasanya masih sulit di percaya,
tapi cubitan-cubitan yang ia lakukan secara diam-diam, selalu terasa sakit. Itu
arti bahwa ini tidak mimpi kan?
Rio
lirik shilla sekilas, lalu tersenyum lagi. Dan sepertinya pipinya memanas.
Mungkin jika dia bukan pemuda dengan tingkat gengsi yang luar biasa tinggi. Dia
tidak akan berhenti mengucapkan rasa terimakasih pada si gadis norak di
sebelahnya ini, karena telah menerima cintanya. Dengan cara yang sangat manis
pula.
“
norak lo!” serunya jahil. Lalu tertawa kecil. ia ingin mengungkapkan
kebahagiaannya.
“
bodo amat! Yang penting adem.” Balas shilla tak tau malu.
Rio
menyeringai. Memilih tidak melanjutkan pertengkaran kecil yang sengaja ia
ciptakan. Memilih diam dan menyaksikan secara intens si gadisnya yang norak itu.
Bisa rio lihat, Mata shilla terpejam, bibirnya membentuk senyum kegirangan.
Beberapa anak rambutnya sedikit berterbangan, dan beberapa anak rambut lainnya
menempel di leher jenjang gadis itu –mungkin- karena keringat.
Tiba-tiba,
Rio menelan ludah, tidak pernah ia melihat seorang gadis dengan se-intens itu,
tidak pernah pula ia tau akhirnya akan ada rasa seperti ini. Rasa ingin
memiliki segalanya. Segalanya.
Cepat-cepat
rio memalingkan wajah. Berdehem sekali. “ itu rambut lo gak bisa di iket aja
apa?” katanya, gugup.
Shilla
menoleh, memiringkan kepala. “ lho? kenapa? bukannya bagus di urai gini yaa?”
tanyanya polos?
Rio
mendesah. Gadis ini! dia pikir apa yang sedang dia lakukan? Apa maksud wajah
polos itu?. “ Ya katanya lagi kepanasan. Udah deh! Iket aja! Lagian apa
susahnya sih? Tinggal iket gitu doang. ” nada suara rio meninggi. Kata-katanya
itu di ucapkan dengan cepat dan wajahnya berkerut. Dia tau, dia mulai gelisah.
Shilla
melengos. Ampun, sensi banget ni orang. Cuma perkara rambut doang ini? “ iya
iya...” jawab shilla akhirnya. Mengambil ikatan rambut bulu-bulu dari saku
kemeja seragamnya. Mengikat rambutnya dengan asal.
“
udah nih. “ begitu serunya ketika telah mengikat rambutnya yang panjang.
Rio
menoleh, lalu setelah melihat hasilnya, ia menepuk jidat prustasi. “ Yang rapi
shill! Itu yang di leher-leher di iket juga!”
“
ih, apaan deh. Yang penting kan udah di iket?”
“
Sini deh lo!” perintah rio sambil tangannya menarik rambut shilla yang terikat.
Membuat shilla harus Memutar tubuhnya mengikuti tarikan yang dia lakukan, dan
kini membelakanginya.
Shilla
sudah siap mendumel. Tapi ketika tau jari-jari rio yang menyentuh batok
kepalanya ketika menyisir rambutnya terasa menggelitik, hingga menimbulkan
desiran-desiran halus yang menggetarkan hatinya. Ia urungkan niat itu. ia malah
tersenyum simpul, menikmati perlakuan manis itu.
Dengan
kamampuan mengikat rambut di bawah rata-rata, Rio telah berhasil mengikat
rambut panjang itu. ia dorong pelan kepala shilla. sebagai tanda. “ udah ..”
katanya.
Shilla
menoleh. Nyengir. Membenarkan posisinya kembali menghadap ke depan. Pipinya
merona. “ thanks.. “ katanya malu-malu.
Rio
memutar bola matanya, melirik kesal shilla. Memalingkan wajah, lalu tidak tahan
untuk tidak mengembangkan senyumnya. Ia juga merasakan pipinya memanas. Astaga
wangi rambut itu memabukkan, ini menyenangkan, ini membahagiakan.
***
Sivia
berlari dengan gelisah. Astaga! Kesialan macam apalagi ini?
Huaaa.
teriakan itu tidak sampai keluar dari mulutnya. Ia mundur beberapa langkah ke
belakang, mengikuti gerakan seseorang yang sudah menyumpal mulutnya.
Setelah
posisinya berada di balik tembok, di salah satu sisi lorong mall. Tangan yang
menyumpal mulutnya, lepas. Sivia menoleh cepat. Lalu setelah melihat siapa pelakunya,
ia menghela nafas lega.
“
hai vi.. “ sapa orang itu.
Sivia
menyeringai. Mendorong pelan bahu laki-laki itu. “ kirain siapa? “ ucapnya
kikuk.
Laki-laki
itu berdehem. “ kirain siapa? “ laki-laki itu sengaja mengulang perkataan
sivia. “ bukan? Kirain satpol pp yang lagi ngerazia anak berseragam berkeliaran
di mall di jam sekolah?”
Akhirnya..
tawa sivia pecah. “ maksud gue itu.. “ katanya di sela tawa.
“
nih deh... “ laki-laki itu menyodorkan jaket levis yang di kenakan, menyisakan dirinya
hanya dengan kaos oblong putih.
“
ide bagus tuh. thanks banget nih, bakal gue bales deh semua kebaikan lo hari
ini!”
“
sekarang aja gimana?”
Sivia
nampak berfikir sebentar. Dan setelah di pikir-pikir dia tidak tujuan di mall
ini.. “ boleh juga. apa nih yang perlu gue lakuin?”
*
Sivia
masih diam dengan mulut terbuka. Menatap antara kagum, heran, dan tak percaya
berpiring-piring makan di sajikan di mejanya.
“
vin, yakin ini pesenan lo semua?
Alvin
melebarkan senyum. “ tenang aja. Gue gak nyuruh lo bayarin kok,lo cukup balas
budi dengan nemenin gue makan.”
Sivia
nyengir. Tau saja alvin apa yang dia pikirkan. “ tapi ini beneran? pesenan
orang gak pada nyasar ke sini kan?”
Alvin
terbahak. “ enggak lah vi, santai aja, kebetulan gue ganteng dan kaya raya. “
Sivia
memutar bola matanya, ampun deh vin.. “ gak nyangka deh gue, porsi lo kuli abis
vin.”
“
kuli mana yang makan sushi vi, lagian semisal gue beneran kuli, berarti gue
kuli terkeren in the world.”
Sivia
mengangkat kedua bahunya, lalu memilih untuk mulai menyantap satu porsi
sushinya.
“
lo kenapa vi, jam segini kelayapan di mall? Sekolah lo nolak lo?”
Sivia
terbahak lagi. “ biasa. Masalah anak sekolahan. Telat. Di pulangin. “ jawab
sivia tidak sepenuhnya jujur. Karena faktanya dia telat, dan memilih langsung
kabur ke tempat ini. “ nah lo? ngapain? Semua universitas yang ada di dunia gak
ada yang mau nerima kuli terkeren in the world?”
Lagi-lagi,
keduanya terbahak.
***
Setelah
di rasa cukup waktu untuknya menenangkan diri. Akhirnya, gabriel pulang kerumah.
Memasuki rumah besar peninggalannya ayahnya dengan langkah gontai. Matanya
kosong seperti menunjukkan sedang ada beban berat yang sedang ia tanggung.
“
gab..? “ sontak gabriel merubah ekspresi datarnya, mengenali suara yang
memanggil namanya. membalik badan dengan sebuah senyuman tulus seperti biasa.
“
ya ma...”
rina
tampak menghela nafas, berjalan menuju sofa ruang keluarga. Mendudukinya, dan
melambai ke gabriel untuk ikut duduk bersamanya.
Dengan
patuh, gabriel memenuhi panggilan itu. duduk tepat di samping ibunya.
Tanpa
di sangka Rina menyandarkan kepalanya di bahu gabriel. “kamu memang sudah
benar-benar dewasa gab, bahu kamu sangat nyaman dan kuat untuk bersandar. “
Gabriel
mengembangkan senyum, meski tak ada yang melihatnya. “ ya. mama suka?”
Dengan
bertingkah sedikit manja, Rina mengangguk. “ ya, mama suka. Dan mama akan
melakukan hal ini sesering mungkin sebelum ada gadis lain yang memilikinya.”
Kata Rina, lalu tertawa kecil.
“
ma.. apa mama akan bahagia jika dengan segera gabriel menikah?
Rina
dengan cepat mengangkat kepalanya yang tadi di sandarkan, menatap gabriel penuh
tanya.
“
gabriel sudah memilih ma.”
Rina
mengambangkan senyum, meraih tangan gabriel lalu menggenggamnya. “ apa mama
mengenalnya?”
Gabriel
tau, senyum itu menyiratkan kebahagiaan, jika ini membahagia kan wanita
terpenting dalam hidupnya, dia tak perlu mencari alasan untuk mundur. “ iya,
mama sangat mengenalinya.”
Rina
mengerutkan dahi, berpikir keras. Satu-satu teman wanita gabriel yang sangat ia
kenali adalah... “ apa...?”
“
ya. Jika mama mengizinkan, dalam waktu dekat gabriel akan menikahi prissy ma,
agatha pricilla. Gadis yang sangat mama kenal.”
Dengan
bangga, rina mengusap rambut putra pertamanya. “ izin ini akan selalu mama
berikan untuk kebahagiaan kamu nak.”
Dada
gabriel tiba-tiba sesak. Kebahagiaanya kah ini? lalu kenapa sepertinya hati ini
tak rela. Dan tanpa di minta, wajah shilla dengan senyum polosnya berputar
memenuhi pikirannya lalu tiba-tiba di gantikan wajah pricilla yang menangis
prustasi. Astaga. Gab.. yakinlah.
***
Musim
ujian hampir tiba, kurang lebih 5 hari lagi. Dan shilla mulai mempersiapkannya.
Ia belajar lebih tekun dari biasanya.
Dan
hal itu yang membuatnya memiliki kebiasaan rutin sudah satu minggu ini. saat
pulang sekolah, ia akan menghabiskan berjam-jam membaca buku dan mengerjakan
contoh-contoh soal ujian di cafe tepat di sebrang sekolahnya. tentu ini ide
dari pemuda yang juga sudah terhitung 1 minggu ini menemaninya melakukan
rutinitas barunya.
Shilla
mengeluarkan salah satu buku dari tasnya, hari ini dia berencana untuk berkutat
dengan sejarah.
“
chocolate late?”
Shilla
mendongak, mengembangkan senyum. Lalu mengangguk. Lihat kan? 1 minggu ini
ternyata membuat pemuda ini begitu mengertinya.
Rio
membalas senyum itu, mengusap puncak kepala shilla sebentar sebelum menuju bar
pemesanan.
Ketika
pemuda itu mulai melangkah meninggalkan mejanya, shilla tanpa berkedip
mengikuti setiap gerak-gerik rio. masih berkali-kali perlu di yakinkan, pemuda
yang selalu saja menarik perhatian kaum hawa itu adalah miliknya.
Senyum
shilla terkembang, benar kata Rio, sangat beruntung bisa di miliki dan memiliki
seoarang mario.
“
gak lagi kesamber kan? “ rio sudah kembali, dengan nampan berisi pesanan mereka
berdua.
“eh?”
“ada
apa?”
“ha?”
“itu..
senyum-senyum sendiri kenapa?”
“
oh...”
Rio
menyeringai. “ ha, eh, ah, oh.. kenapa sih lo? sejarah bikin otak lo
bermasalah.”
Shilla
mengembangkan senyum menggoda. “ bukan sejarahnya sih, tapi lo.”
Rio
tau, pipinya memanas. Demi tuhan, jika dia bukan laki-laki dia akan
tersipu-sipu malu saat ini. “ belajar dulu yang bener, baru boleh gombalin gue.
“
Shilla
merengut. Dasar gak ada sisi-sisi romantisnya.
“
selamat siang.. “
Shilla
yang baru akan memulai acara belajarnya siang itu, harus kembali mengurungkannya.
Tertarik melihat seseorang yang tiba-tiba menghampiri mejanya. Menyapanya..
atau lebih tepat menyapa pemuda di depannya.
“
tuan mario kami di perintahkan untuk membawa tuan mario pulang.”
Rio
tidak merespon. Hanya merubah ekspresinya menjadi lebih keras. “ ada apa?”
tanyanya datar.
“
ada hal penting di rumah besar, anda di minta untuk pulang.”
“tapi,
apa harus dengan seperti ini? perlu saya kasih tau? Kalo saya bukan lagi anak
kecil yang pulang aja harus dijemput?”
“
Maafkan kami tuan, kami hanya menjalankan perintah.”
Rio
tak lagi menjawab, lalu ketika 2 orang berjas hitam mulai memegangi kedua
tangannya, dia bangkit berdiri. Mengikuti langkah para pengawal itu membawanya.
Masih
berdiam. Shilla menyaksikannya dengan begitu khitmat. Entah karena tidak
melihat, atau memang dianggap tak terlihat. Tapi dia benar-benar seperti
sesuatu yang tak nyata saat kejadian tadi berlangsung.
Satu
ujung bibir shilla terangkat. Kejadian tadi, menyadarkan dirinya akan sesuatu.
Seperti dengan sengaja ada untuk menamparnya, agar dia sadar. Dia dan si tuan
muda. Apa memang benar-benar bisa menyatu.?
***
Kejadian
ini terlalu cepat. Rio sampai tidak bisa memikirkan apa yang sebenarnya
terjadi. Sampai membuat para pengawal itu menjemputnya dengan sangat memalukan.
Astaga, mengingat kejadian tadi, rio teringat shilla. Akan ia kabari gadisnya
itu nanti begitu urusan-penting-yang-entah-apa ini selesai.
“sudah
cukup membuang-buang waktunya mario?”
Deg.
Dengan begitu dramatis rio mengangkat kepala. Sedikit tidak percaya dengan apa
yang baru ia dengar. Lalu .. juga sedikit tidak percaya dengan apa yang ia
lihat. Ia berdiri. Menunduk dalam, memberi hormat.
“
jadi ini yang kamu lakukan selama kami tidak mengawasimu di Indonesia?
Membuang-buang waktu untuk bermain-main dengan hal yang tidak pentng!”
Rio
menegang, membuka sedikit mulutnya. bukan hal yang seperti ini yang ia harapkan
setelah bertahun-tahun tidak bertemu dengan pemilik suara barithon yang
terdnegar keras itu. ini sangat jauh dari yang ia damba-dambakan selama ini.
Tak
ada bantahan dari putranya, zeth haling semakin murka, artinya semua itu
kebenaran. “Apa benar-benar seburuk ini calon pewaris haling! HA! Hanya bisa
melakukan hal yang tidak berguna dengan wanita yang sama tidak bergunanya! IYA
MARIO? TIDAK ADA HAL YANG BERGUNA YANG BISA KAMU LAKUKAN”
Tidak
bisa lebih lama lagi hanya sekedar menyaksikan suaminya tengah murka pada
anaknya, manda menghampiri zeth. “ zeth. Sudahlah. Mario baru pulang, biarkan dia
mengganti pakaiannya, dan bicarakan ini setelah makan siang nanti.” Manda
mengelus dada suaminya yang masih naik turun.
Setelah
tau, suaminya sudah lebih tenang. manda mengalihkan pandangannnya ke putra
semata wayangnya. “ gantilah pakaianmu mario, dan turunlah untuk makan.”
“Tidak
usah! Dia tidak perlu repot-repot untuk turun. Karena mulai hari ini dia tidak
diizinkan melangkahkan kaki dari kamurnya sebelum dia sadar.” Perintah zeth
tegas.
“zeth...”
manda menatap suaminya penuh harap. Berharap suaminya itu memikirkan ulang
ucapannya.
“
.. dan sita semua tekhnologi yang menghubungkan dia dengan dunia luar.”
Manda
menghela nafas. ternyata usahanya tidak berhasil/
Entah
mengapa, Rio mengembangkan senyum,” kalo begitu, saya harus segera ke kamar. Ada
perintah yang harus saya laksanakan.. dengan baik. ” rio melangkah.
Belum
sampai satu langkah di kembali membuka suara.” jika kalian ingin tau. Kabar
saya baik.”
Zeth
menegang, meski sebentar. Karena selanjutnya dia berpura-pura acuh dengan ikut
meninggalkan ruangan besar itu.
Sedang
manda, ia sedang hancur berkeping-keping.
To be continued....
kak tbcnya gangung-,- jgn lama-lama ya lanjutinnyaaa
BalasHapus