Sore itu, Awan hitam menggumpal di langit kelabu. Di tafsir hujan akan turun tak akan lama lagi. angin berhembus dengan kencang, menimbulkan suara dedaunan yang saling bergesekan, dan suasana seperti itu terlalu mengerikan untuk di lalui sendiri.
Shilla semakin cepat mengayuh sepeda merahnya, ia baru saja selesai mengantarkan kue-kue ibunya ke warung-warung yang sudah berlangganan. dan saat perjalanan pulang ia di sertai cuaca ekstrem seperti ini.
Perasaan shilla perlahan gelisah, ia merasa mobil terios hitam yang tengah berjalan pelan di belakangnya mulai mencurigakan. Memang awalnya, shilla berfikir mobil itu hanya berjalan searah dengan nya. Tapi kenapa pelan sekali seperti itu. Dan mau tak mau pikiran-pikiran buruk bejubel keluar dari pikirannya.”jangan-jangan mereka penculik kaya di tipi-tipi.” Itu salah satunya.
Tinggal melawati lapangan bola yang letaknya terasingkan dari pemukiman, shilla akan sampai komplek rumahnya. Dan masih dengan was-was tingkat tinggi, ia sesekali mengawasi mobil yang masih berjalan dengan kecepatan setara dengan kecepatan kayuhan sepedanya.
Shilla kontan menghentikan sepedanya, mobil terios hitam yang sedari tadi ia curigai berhenti tepat di depannya. Membuatnya mematung,”tuhan lindungi hambamu..!!” rapalan do’a terus shilla panjatkan, ia tak bisa melakukan apapun selain mematung di tempat.
Dua pria berbadan besar dan kacamata hitam, nampak mendekati shilla. dan dengan tanggap keduanya memegangi tangan shilla yang hendak melarikan diri.
“om jangan culik saya om..” baru kesadaran shilla bahwa dirinya tengah terancam terkumpul, shilla membrontak hebat. Tapi sudah percuma untuk orang berbadan mungil sepertinya melawan 2 pria dewasa berbadan besar. “saya orang miskin!!!, om gabisa dapet apa-apa dari saya. Jangan culik sa...” terakhir yang ia ingat sapu tangan berbau alkohol yang begitu menyengat di sumpalkan ke hidungnya, setelahnya shilla tak ingat apa-apa lagi.
*
Shilla mengerjap beberapa kali. Lalu segera bangkit dari tidurnya dan benar-benar sadar dia sedang berada di ruangan asing yang .... indah. Bukan perasaan takut dan gelisah seperti halnya orang yang sedang diculik, shilla malah tersenyum kagum dengan mata berbinar.
ruangan pink berukuran besar melebihi seluruh ruangan rumahnya dengan design lucu dan menawan, mampu membuat shilla tergiur. Sungguh, ia tak bermaksud memikirkan lainnya. Sepanjang mata jauh memandang, menurutnya ruang ini begitu kental dengan princess. Terbukti dari barang-barangnya yang kebanyakan berwarna pink, dan memiliki ukiran indah seperti halnya benda-benda di kamar-kamar putri kerajaan. “hei, shilla merasa mimpi nya tengah terwujud.”
Shilla terbuai, bahkan ia lupa dirinya kini sedang di culik. malah ia kini, Ingin lebih menikmati keindahan kamar ini secara lebih dekat dan puas. Shilla segera bangkit dari tempat tidur empuk dan pelukan selimut lembut yang tadi menyelimutinya, untuk memenuhi keinginannya. Dan dirinya semakin di buat tidak percaya saat gaun princess cantik menjuntai indah membalut tubuhnya ketika ia berdiri.
Tanpa pikir panjang shilla segera berlari ke depan cermin besar pada lemari pink kamar asing tersebut, Untuk memastikan bagaimana penampilannya sekarang. Setelah sampai, ia terdiam. Pikirannya mulai ngawur,”kapan ia melakukan operasi plastik..” shilla terdiam cukup lama, asyik menghayati pantulan dirinya yang sangat nampak berbeda dengan rambut panjang terurai yang di hiasi mahkota kecil di bagian puncak kepalaya dan tubuhnya di balut gaun indah berwarna merah muda lembut. Sederhana tapi tetap terlihat mewah.
“ding... dong..” suara jam besar di ruangan itu, membuat shilla terperanjat dari lamunannya. Lalu tersentak ketika mendapati jam sudah menunjuk tepat jam 8 malam.
“astaga, gue di mana...” shilla menepuk dahinya sendiri, mulai merasakan kegelisahan memikirkan kejadian yang menimpa dirinya. “jangan-jangan gue di dandanin gini, mau di jual..”
Air mata shilla perlahan meluruh , dia takut, takut mengahadapi hal yang secara gambalng menampakan kesialannya.. takut akan terjadi hal yang buruk pada dirinya. takut tak bisa bertemu dengan bundanya dan teman-temannya. Dia takut. Dia kalut.
Tak ingin terus-terusan terlarut dalam ketakutan, shilla tak ingin tinggal diam.”om penculik, lepasin saya om.. saya mohon...”
“toloooong!!! Toloong saya!!!”
Shilla sudah berkali-kali berteriak, bahkan beberapa kali ia menggedor pintu jati dengan warna senada dengan ruangan. Tapi tak ada balasan atau respon lain yang berarti. Ia lemas dan semakin kalut.
“ckreek..” pintu terbuka lebar, shilla yang tadinya tertunduk meratapi kisah tragis hidupnya segera mendongakkan kepala dan segera terkejut mendapati pria tinggi yang tampak gagah dan lebih tampan dengan jas putih yang ia kenakan.
*
Rio menekan dada dengan tangan kanannya. mencoba menormalkan degupan jantungnya yang sudah bekerja tidak normal. Lalu menghela nafas kembali. Semuanya sudah ia persiapkan. Dan ia akan berusaha tidak akan ada cela dari acaranya nanti. Semoga gadis pujaannya bisa di ajak kompromi untuk malam ini saja. Untuk tak menggagalkan rencana rio dengan segala polah tingkah anehnya.
Pintu kamar rio di ketuk pelan. Tak ingin si pengetuk pintu memasuki kamarnya yang sangat berantakan akibat dari kelewat gugupnya, rio berucap mengerti tujuan orang tersebut mengetuk pintunya.
“pergilah, saya akan bersiap sebentar.” Ucapnya keras.
Rio berdiri dari duduknya, menghela nafas sekali lagi. Lalu melangkah pasti keluar dari kamarnya menuju kamar yang juga di lantai lima yang beberapa hari lalu di design sedemikian rupa agar menyerupai suasana kerajaan. Dasar masa kecil kurang bahagia. BIRTHDAY WISH. 1. Aku ingin menjadi princess seperti di kartun-kartun.
*
Shilla masih mematung dengan mulut ternganga mengenali pria tampan yang tengah berdiri angkuh di ambang pintu. “jadi lo yang nyulik gue..?”
Tak berniat menjawab pertanyaan dengan nada sinis yang keluar dari mulut shilla. rio memasuki ruangan shilla lalu keluar ke blakon kamar tersebut. Shilla yang kesal tak mendapat jawaban dari rio segera mengikuti langkah rio. “jadi bener lo kan yang....”
shilla bungkam, terlalu takjub dengan yang di lihatnya saat keluar dari ruangan nuansa di princessnya. Di blakon itu, Banyak lampu berkelip lucu. sudut-sudut ruangan berbagai macam bunga di rangkai begitu manis dan nampak segar dan terlalu menggiurkan untuk di hirup aroma wangi yang di hasilkan masing-masingnya. Halaman luas yang nampak rindang dengan lampu-lampu lolipop di beberapa sisi bisa dengan gamblang terlihat dari blakon semakin menambah manis suasana, yang memang sudah manis. Dan lihatlah, bintang-bintang di langit yang malam ini yang sepertinya muncul lebih banyak dari biasanya seperti mendukung suasana yang.. mungkin lebih indah. Jikaaa.... shilla memicingkan mata cepat kearah rio yang juga ada di blakon itu. jika, tidak di lalui dengan pria sengak dengan jas putih itu.
“gausah bengong gitu, duduk sini...” rio berucap sengaja di ketus-ketuskan meminta shilla untuk duduk di kursi yang sudah ia tarik mundur sedikit menjauhi meja agar shilla dapat duduk di sana.
Dengan masih antara sadar dan tak sadar, shilla menurut. Duduk manis di salah satu kursi dari 2 kursi yang di sediakan. Tak lama, para pelayan rio secara bergantian memasuki blakon mengantar makanan-makanan yang nampak menggiurkan.
Rio mulai menyantap masakan lezat chef yang bekerja di rumahnya, berbeda dengan shilla yang tak bergeming di tempatnya, meski ia cukup tergiur dengan makanan yang ada, di tambah ia juga lapar karena belum makan sedari siang, tapi saat itu ia lebih ingin menerka-nerka apa sebenarnya yang sedang terjadi pada dirinya.”heh, makan!!!”
Shilla menatap tajam mata bening pria di hadapannya. Shilla sadar apa yang ia inginkan kini ”gue mau pulang!!!”
“MAKAN”
“tapi gue mau....”
“MAKAN!!! Atau gak pulang!!” keputusan terakhir.
***
Angin malam berhembus kencang menyesap memasuki ruangan kecil tempat ina berada. Dia tengah asyik menikmati salah satu program siaran di televisi. Angin itu, membuatnya dingin pula. Dengan cepat ia peluk tubuhnya sendiri.
Tok tok tok. Ina tersentak, lalu segera menuju pintu utama rumah sederhananya, tak mau membuat si pengetuk pintu menunggu lebih lama.
“malam tante, shilla nya ada?..”
Ina tersenyum sebentar sebelum menjawab tanya pemuda yang merupakan sahabat putri semata wayangnya.”malam jug nak cakka. Aduh, shilla nya lagi keluar tuh, memang ada apa ya nak cakka?
“keluar tante?..”cakka mengerutkan dahi tak mengerti sama sekali.
“iya, udah dari tadi kok..”
“Memang kemana ya tan, shilla nya?..”
Ina kembali tersenyum.”dia sama rio..” cakka segera mengucap permisi tanpa mengidahkan berjuta tanya yang menggelayuti pikirannya.
Setelah kepergian cakka, ina kembali tersenyum. Memori beberapa hari lalu kembali berputar dan memenuhi pikirannya.
-
Seperti pagi biasanya, ina mengolah dengan telaten kue-kuenya untuk nanti di edarkan anak semata wayangnya. Shilla. Di sela ia bekerja keras mengolah berbagai macam kue, ketukan keras pintu utama rumahnya sedikit mengusik. Tanpa pikir panjang, ina segera berjalan cepat menghampiri tamunya.
Setelah pintu menganga lebar, tampak pemuda tinggi dengan setelan baju bermerk tengah tersenyum ramah ke arahnya.”selamat pagi tante,..”
Masih dengan alis saling bertaut, ina mempersilahkan tamu asingnya masuk untuk duduk di sofa sederhana ruang tamu rumahnya. “ini dengan nak siapa ya?”
“oya, kenalin tante. Saya mario, mario haling. Calon menantu tante.” Dengan wajah berseri dan pengucapan dengan nada pasti rio memperkenalkan dirinya pada ina yang semakin di buat bertanya-tanya.
“tante lagi bikin kue ya? Saya bantu ya tan..”ujar rio kembali, tak mengidahkan ina yang semakin mengerutkan keningnya. Tanda tak mengerti. Masih tak mendapat jawaban dari ina, rio segera berdiri dari duduknya.”ayoo tan!! Keburu siang.”
Dan pagi itu ina menyelesaikan pekerjaannya dengan pemuda baik hati yang mengaku bernama rio tersebut. Entahlah, meski ina sempat bingung sebelumnya tapi ina merasa senang bisa menghabiskan waktu bersama pemuda yang mengaku bolos sekolah hari itu demi datang ke rumahnya dan membantu membuat kue yang akan di jual sebagai mata pencahariannya. Dan sebelum pamit pulang, pemuda tampan itu meminta ijin padanya untuk mengajak shilla makan malam.
-
Ina percaya. Entahlah, hanya pada rio perasaan ini dapat terasa saat ada pria yang mendekati putrinya. Biasanya, ia cenderung melarang atau ada rasa tidak suka tanpa alasan. Mungkin ini yang di namakan feeling seorang ibu.
“nak rio , ibu percayakan shilla sama kamu...”
***
Sendok dan garpu di piring rio sudah dalam keadaan menelungkup, tandanya rio sudah menyelesaikan makan malamnya. Dan yang kini ia lakukan hanya menatapi gadis di hadapannya yang malam ini tampak cantik setelah di make over oleh pekerjanya. Gadis yang tengah menyantap makanan-yang beberapa kali di tanyakan namanya- dengan nikmat.
“eh, ini tadi apa namanya?” rio mendengus, baru saja di pikirkan. shilla sudah mengacungkan potongan daging hati yang sudah tertusuk garpu dan di pegangi tangan kanannya.
Rio menghela nafas kembali, nama makanan prancis yang di acungkan shilla itu sudah di tanyakan lebih dari 3 kalinya.”foie gras.."
“ini favorit gue deh..” setelahnya, shilla melanjutkan makannya dengan hikmat, seolah melupakan ia tadi mau makan juga karena di paksa alias sok jual mahal. Dan yang sekarang terjadi harusnya tak seperti ini.
rio tidak menanggapi.
"di buatnya dari apa sih? shilla kembali bertanya, tanpa memalingkan wajah dari makanan yanag sedang di santapnya.
"hati angsa.."
"apa?/" shilla bertingkah berlebihan, sepotong hati yang sudah siap untuk di lahap, urung untuk dilakukan.
"kasian banget angsanya. gue jadi gak tega.."
rio memutar bola mata sebal. "ck-, apaan sih lo!!, udah mau abis juga baru ngomong gak tega."
beberapa saat kemudian, Shilla juga sudah menelungkupkan garpu dan sendok di piring putih besar yang ia gunakan tadi. Lalu meneguk air putih sedikit dan segera mengelap bagian mulutnya yang kotor dengan sapu tangan yang sudah di siapkan.
“udah selesai kamu.?” Rio memulai pembicaraan dengan sedikit kaku menggunakan tata biasa yang tidak biasa. Shilla yang sebelumnya menyerengit heran merasa ada yang beda dari susunan kata pemuda kaya di hadapannya, akhirnya mengangguk juga.
“dan selesainya makan malam kita, itu berarti mulai sekarang. Kamu... pacar aku!!!” rio berucap yakin dengan nada penuh perintah yang-tak-berharap-adanya-penolakan. BIRTHDAY WISH. 10. Aku ingin menerima cinta setelah makan malam romantis bersama.
“ha?” Masih antara dengar dan tidak dengar, shilla menganga lebar dengan pandangan tidak percaya pada pria yang tengah menatapnya sinis.
Setelah menghela nafas panjang untuk bersabar dengan keleletan otak si gadis mencerna tiap katanya, rio tersenyum sengaja di manis-maniskan, mau tak mau ia harus mengakui gadis lola di hadapannya ini yang kini adalah raja di hatinya.”shilla sayang, mulai sekarang kamu pacar aku. ngerti kan?”
Shilla masih bertahan di ekpresi semula, ternganga dengan mata melebar. masih sulit mencerna kenyataan yang terlalu tidak mungkin terjadi pada hidupnya.
“ck, gak pake melongo deh...” Nada ketus khas rio akhirnya nampak juga, yang secara tidak langsung membuyarkan keterlambatan otak shilla untuk berfikir jernih.”sadar shilla, sadar!!... sadar siapa orang yang tengah memasang topeng sok manis hingga membuai mu? Ini pasti hanya sementara,... jangan tergoda”
Shilla memicingkan mata seperti yang biasa pemuda di hadapannya lakukan,”Gue gamau jadi pacar lo. Takut sakit hati..” ucapnya datar.
“maksud lo?..” kali ini rio yang mau tidak mau di buat ternganga, tak habis fikir dugaan jika si gadis akan mengacaukan rencana nya benar-benar terjadi.
“iya. Gue gamau... pasti gue bakal sakit hati tiap hari kalo pacaran sama lo. Omongan lo pedes gitu, gue gak suka yang pedes-pedes...”
Rio memicingkan mata sebal, lalu berujar datar “dasar cewek aneh..”
“tuh kan,,, baru juga di omongin udah terjadi. Semakin yakinin gue aja buat gak nerima lo..” shilla tertawa miring meremehkan, juga seperti yang biasa rio lakukan. “Kali ini gue yang menang mario.”
Rio memutar bola mata sebal. Merasa di rendahkan dengan senyuman menyebalkan shilla. lalu berucap tak mau kalah.”tapi lo gak bisa nolak gue, ashilla..”
“kenapa? Di sini Gue yang punya keputusan!!!”
Rio mengacak rambutnya prustasi, tidak tahan melihat senyum shilla yang kelewat mirip dengan senyum meremehkan alanya.”pokoknya!!! terima gue.. atau...”
“atau apa!!!???” shilla memotong keras, ada kilat menantang terpancar dari bola mata hitamnya dan dari senyum yang ia tampakkan.
Rio diam, tengah memikirkan ancaman untuk membodohi gadis bodoh di hadapannya.”atau.. lo bakal mati di tangan gue...”
Shilla menganga. Dalam hati mulai membatin kalut.”sebesar itukah cintamu padaku mario, hingga kau akan membunuhku jika aku menolak... dasar aku cantik!!!” shilla tersenyum bangga tak kentara. Tidak menanganggap serius ucapan rio.
Rio tersenyum penuh misteri, lalu berucap bermaksud ingin melanjutkan aksinya. “gue selalu serius dengan ucapan yang keluar dari mulut gue.” Rio mengetuk-ngetukan pisau makan yang tadi ia gunakan di meja kayu yang memberi jarak untuk keduanya. Menimbulkan bunyi “tuk..tuk..tukk!!” dramatis, yang membuat shilla seketika lemas dan tak berani bermain-main.
“ Brakkk!!” shilla berdiri cepat dengan menggebrak keras meja kayu yang tak lagi menimbulkan suara mengetuk mengerikan. “cowok gila!! gue gak mau!! Gue bakal lapor polisi..”
“memang kalo udah mati bisa lapor polisi ya?” senyum rio kembali terkembang misterius, dalam hati mulai ada harapan jika gadis di hadapannya takkan bisa lagi beragument untuk menolak cintanya. ”dasar monyet bodoh!!”
Shilla menatap tajam rio dengan matanya yang sudah berkaca-kaca. Dan rio membalas tatapan shilla tak kalah tajam dengan senyum misterius yang terus berkembang.
” Gue mau pulang!!” dan akhirnya shilla yang mengakhiri acara saling tatap antara dirinya dan rio dengan mengalihkan pandangan ke samping kirinya. Airmatanya menetes.
Rio tersenyum menang,”gue menang nyet, dan sekarang lo pacar gue..” ucap rio berbisik tepat di telinga shilla yang sudah memanyunkan bibirnya, sebal. “kalo terharu gak perlu nangis gitu donk” rio berucap di manis-maniskan dengan tangan sudah mengusap lembut pipi shilla. yang di ajak bicara hanya menunduk. ”ayo pulang, gue anter..”
Shilla menuruti saja langkah pemuda yang sudah menggandeng tangannya. “kalo aja gue tau jalan pulang, gue bakal terus memuntahkan amunisi untuk menolak pria galak nan jahat kayak lo, rio!!!”
*
Rio dan shilla keluar dari pintu lift lantai dasar dengan bergandengan tangan. Membuat para pelayan yang tengah gundah gulana menunggu hasil usaha kerja keras tuannya pada sang gadis pujaan seketika mengembangkan senyum kelegaan yang lebar. Pikir mereka,”tentu senyum lebar tak biasa tuan muda nya itu adalah pertanda baik..”
Pak kiki berjalan beberapa langkah meninggalkan barisan pelayan yang tengah tertunduk dalam memberi hormat, guna mendekati 2 sejoli yang masih berdiam di depan pintu lift. Kiki menatap dan tersenyum ramah ke arah rio, lalu beujar “selamat tuan mario...” lalu mengalihkan pandangan pada gadis manis di samping tuan muda nya, dan kembali berujar,” selamat nona shilla, semoga kalian bisa langgeng bahkan hingga pelaminan.”
Rio tersenyum lebar mendengar penuturan kepala pelayan istana besarnya yang secara tidak langsung merupakan do’a untuk hubungan yang baru ia jalin dengan gadis yang masih saja ternganga. Tak tau juga berekspresi seperti itu karena apa, lalu membalas ramah dengan senyum riang.”terima kasih pak, do’akan saja....” ucapnya pada pak kiki, lalu mengalihkan pandangan pada para pelayannya yang masih tertunduk dengan senyum bahagia dan selanjutnya ia berujar keras penuh perintah namun terasa renyah. “ saya akan antar shilla. Kalian sudah bisa istirahat sekarang. Terima kasih kerja samanya ya.”
Berakhirnya ucapan yang tak pernah sekalipun sebelumnya terucap dari tuan muda tampan mereka, secara spontan menimbulkan riuh tepuk tangan dan sesekali terdengar siulan. Seperti tengah menerima kabar yang amat membahagiakan. Entahlah, para pelayan itu juga tak mengerti, mengapa mereka bisa begitu turut dalam kebahagiaan tuan mudanya. Yang sangat amat mereka harapkan tak hanya hari ini saja. “semoga nona cantik gadis pilihan tuan muda bisa mewujudkan keinginan sederhana itu..”
***
Gabriel menyesap kembali kopi hitamnya yang mulai mendingin, lalu merapatkan sweater cream yang khusus di buat oleh ibunya untuknya. Angin malam di malam penuh bintang itu berhembus kencang seperti biasa di blakon kamarnya.
“tok, tok, tok.. gabriel sudah tidur belum nak? ” gabriel mengerjap sebentar, tersadar dari angan-angan yang melayang jauh terbawa suasana yang terlalu mendukung untuk melamun. Lalu menjawab sesopan mungkin untuk menjawab tanya dari balik pintu kamarnya.
Suara derap langkah teratur yang tercipta akibat langkah sang ibu, mulai tak terdengar saat sosok mirna-ibu gabriel sudah muncul dan berhenti di ambang pintu. Gabriel tersenyum manis menyambut ibunya yang juga sama mengenakan sweater warna cream hanya berbeda bentuk saja. “duduk sini ma..”
Mirna melangkah pelan menuju kursi yang di batasi oleh meja kecil dari kursi yang di duduki gabriel. Lalu segera membuka suara sesaat setelah membanting pelan tubuhnya di kursi besi berwarna putih tulang.” Mama gak bisa tidur iel, jadi mama kesini aja karena pasti kamu juga belum tidur.”
Gabriel terkikik kecil mendengar penuturan sang ibu yang terlalu memahami dirinya.” Tau aja ma?” tanyanya iseng.
Mirna menatap dalam-dalam si anak sulung, lalu baru menjawab tanya gabriel ketika pandangan keduanya bertemu di titik yang sama.”24 tahun kamu di bawah pengawasan mama iel, keterlaluan kalo sampe mama gatau..”
Lalu tawa keduanya pecah, saat-saat hangat seperti ini yang sebenarnya diam-diam gabriel yang merupakan dokter muda yang baru saja meniti karier, rindukan. Tertawa lepas yang begitu lepas, bersama ibunya, bersama wanita yang telah melahirkannya, bersama pelitanya.
“iel..” mirna memanggil pelan, membuat gabriel yang hanya berjarak kurang 1 meter darinya seketika menghentikan tawa mendengar panggilan pelan dari mulutnya. Dan ketika suasana sudah benar-benar hening, mirna baru melanjutkan ucapnya.“udah lama ya, gak ketawa bareng gini?
Gabriel tersenyum ketir, merasa bersalah karena telah membuat ibunya harus merindukan hal-hal yang sebenarnya tidak terlalu sulit untuk di wujudkan.”iya ma, gabrielnya sok sibuk banget..”
Mirna tertawa pelan.”sadar kamu..” ucapnya mencoba bercanda. Membuat gabriel tersipu sendiri lalu menggaruk-garuk konyol belakang kepalanya.
“iel, mama tau mengejar karier itu penting. Tapi kamu juga harus tau, mengejar calon istri itu juga tak kalah penting.”mirna terdiam sebnetar, menerawang dengan sebuah senyum. “Apalagi mama ingin sekali menimang cucu, padahal kondisi mama begini.” Mirna berucap tenang dengan senyum tersirat di akhir kalimatnya. Membuat gabriel semakin merasa bersalah selalu tak mengerti keinginan ibunya.
“ma...” tangan gabriel dengan cepat meraih tangan kiri mirna yang tergeletak lemas di meja yang memisahkan keduanya. Lalu di genggam nya kuat-kuat tangan ibunya, dan berujar yakin. “mama pasti bakal gendong anak gabriel ma, mama bakal ikut besarin anak gabriel, bakal main bersama, nasehatin yang baik2. Mama bakal bercanda sama anak gabriel ma, cucu mama... itu janji gabriel ma. Pegang janji anak laki-laki mama ini.”
Mirna tersenyum tenang lalu menatap gabriel dengan binar kerinduan, putra sulungnya terlalu mirip dengan almarhum suaminya.”mama percaya kamu iel, dan mama pikir prissila tidak buruk untuk di jadikan calon. “
Lalu keduanya tersenyum.