Jumat, 11 Mei 2012

Cerbung : Kamu Untuk Aku ( Part 9 )





“Tring.. tring... tring.. bangun pemalas!! Bangun!!! Bangun!!” alarm dengan suara cempreng menyebalkan hadiah dari ina untuk shilla di ulang tahun shilla yang ke 11 berbunyi nyaring. tandanya jarum pendek penunjuk jam sudah menyamai arah tunjuk jarum kuning penentu alarm berbunyi. Reflek tangan Shilla segera meraih alarm warna pink tersebut dan segera mematikannya sebelum suara cempreng alarm tersebut benar-benar merusak gendang telinganya, tanpa membuka mata. 



Baru shilla berniat membuka matanya yang masih di bebani rasa kantuk, ia segera mengurungkan niatannya. Dia terlalu trauma dengan kejadian kemarin malam, membuka mata dan mendapati dirinya sedang tak berada di ruangannya melainkan di ruang asing yang walau indah tapi memberi kesialan untuknya. Heuh... shilla membuang nafas keras. Lalu meyakinkan diri untuk tak terus terlarut pada kejadian menyebalkan malam itu. 



“SHILLA!!!” shilla baru membuka mata, dan belum siap. Akhirnya... 



“BRUUKKK... adoooh.. ibu...” shilla mengelus bahu kirinya yang terasa berdenyut setelah terjatuh dari tempat tidur kecilnya, lalu segera berusaha lepas dari selimut yang melilit tubuhnya. 



“SHILLA!!! CEPAT SINI...!!!” shilla tak menjawab, malah mendengus kesal mendapati ibu nya terus memburunya untuk cepat padahal dirinya tengah kesusahan akibat ulah ibunya. 








Ina tak berniat mengubah ekspresinya, dia masih bertahan dengan mulut ternganga dan berkali-kali secara bergantian menatap berbagai macam makanan yang terlihat lezat yang sudah tertata rapi dan penuh mengisi meja makan rumahnya, dengan 2 pria tinggi berjas hitam dan berkacamata. Dia tak mengerti. 



“ada apa sih bu...?” ina menatap kedatangan anak tunggalnya yang juga berekspresi sama dengan dirinya saat melihat kejadian tak biasa di rumahnya. 



“selamat pagi nona shilla.” salah satu dari 2 pria berjas hitam itu menyapa shilla yang baru muncul di hadapan mereka dengan masih muka bantal dan berpakaian baju tidur apa adanya. 



“om..om.. ini siapa?” tak ingin bersusah payah menebak-nebak siapa 2 pria berbadan atletis di hadapannya, shilla bertanya dengan alis saling bertaut. 



“tuan mario yang meminta kami kesini.,” shilla yang tadi nya memasang ekspresi bingung, kini secara cepat berubah sinis mendengar nama paling menyebalkan di dunia disebutkan oleh pria yang sama dengan pria yang menyapanya tadi. “beliau berpesan nona shilla dan ibu ina agar menghabiskan sarapan yang khusus di siapkan oleh beliau, yang dibuat secara higienis dengan kadar gizi tinggi.” BIRTHDAY WISH. 3. Pengen sarapan enak tiap hari, biar aku gak males sarapan. haha 



Shilla mendengus sebal, “tapi maaf, kami gak bisa nerima ini..” shilla berucap dengan sedikit galak, dan membuat kedua pria berkacamata di hadapannya secara reflek saling berhadapan. Seperti tengah saling mentransfer yang di pikirkan masing-masing.”bisa mati mereka, kalo perintah tuannya tidak terlaksana.” 



“dan bilang ke tuan om itu, kalo saya dan ibu saya gak pernah mengharapkan kayak beginian. Jadi, jangan ngelakuin hal-hal kayak gini lagi.” 



“tapi, nona...” 



“iya mas. Benar apa kata anak saya. meski maksud nak rio itu baik, tapi kami tidak bisa menerima begitu sajaa. Lagian ini terlalu banyak untuk kami. Berikan saja pada yang lebih membutuhkan.” 



Kedua pria berkacamata suruhan rio mulai merasa gelisah. Mereka tau akibatnya jika keinginan tuannya tak terpenuhi, mau tak mau membuat mereka berpikir keras untuk membujuk kedua manusia berkelamin perempuan di hadapan mereka untuk mau menerima hadiah ini. Dan aha... si pria dengan kulit lebih putih dari satunya kembali membuka suara.”oya, ibu ina, tuan mario juga menitipkan ini...” si pria putih menyodorkan buka dengan tebal 3 cm pada ina, setelah buku tersebut berada di tangan ina si pria putih melanjutkan ucapnya.”itu adalah buku resep macam-macam kue yang oleh tuan mario di ciptakan khusus untuk bu ina. Buku itu berisi resep dari para chef ternama di indonesia dan beberapa dari luar negeri?” 



Ina menatap buka tebal di hadapannya dengan mata berbinar, tentu buku ini akan menunjang kariernya. Dan ina tergiur. “baik sekali nak rio, saya terima buku ini..mohon sampaikan terima kasih saya ya mas.” 



“tentu bu, akan saya sampaikan, tapi saya juga mohon... tolong terima makanan-makanan ini juga. Apa ibu tega mengembalikan begitu saja pemberian taun mario yang sudah susah payah menyiapkannya..” 



Ina berfikir keras. Dan setelah di pikir, ia membenarkan ucapan pria tinggi suruhan rio yang sudah baik memberi buku resep langka untuknya.”baiklah kalo gitu mas. Kami menerima hadiah-hadiah dari nak rio dengan senang hati. dan tolong benar-benar sampaikan banyak sekali terimakasih ya mas, dan maaf kami belum bisa membalas.” Ucapan ina membuat Kedua pria berkacamata tersebut tersenyum puas penuh kelegaan. Namun, membuat shilla melotot tidak kentara ke arahnya. Ibunya ini mudah sekali di sogok. Ah.. ibu.. 







** 





Agni berjalan santai dari halte yang berjarak kurang lebih 100 meter dari gerbang sekolahnya. 

Ayahnya yang biasa mengantar ke sekolah, sedang berada di luar kota, dan ibunya yang over protektif melarangnya bersepeda seperti Shilla dan cakka. Akhirnya, jalan terakhir adalah naik bus. 



“eittss.. “agni berhenti mendadak, jika ia tak dapat dengan gesit mengerem langkahnya bisa saja ia terkena cipratan air yang di sebabkan mobil mewah yang baru saja melintas dengan kecepatan cukup tinggi. Bikin dongkol orang aja, masih pagi juga.”ati-ati masbro bawa mobilnya, mentang-mentang mewah mobil lo, jadi sok-sokan deh lo. Turun sini lo kalo berani.” Agni teriak-teriak emosi, lengan bajunya saja sudah di naik-naikan seperti halnya orang yang menantang kelahi pada umumnya, dan tangannya juga sudah bertolak pinggang. 



Mobil berhenti.”eh, kok berhenti bener tuh mobil, mampus gue!!” agni menepuk jidat sendiri, lalu tengok kanan kiri akan pada siapa ia meminta pertolongan nanti jika yang punya tuh mobil mantan preman yang sukses. Baru agni akan bersembunyi di balik pohon besar depan sekolahnya yang dekat dari tepatnya berdiri, ia segera mengurungkan niatnya ketika melihat seorang perempuan yang begitu familiar keluar dari pintu penumpang mobil mewah warna hitam itu.”shillaa..” gumam agni pelan, masih belum percaya. Tu anak ngimpi apa semalem ke sekolah bisa naik mobil mewah gitu, gue juga mau deh mimpi kayak yang dia impiin semalem. Pikir agni ngawur, menanti kedatangan shilla yang berjalan cepat menghampirinya. 










Dari balik jendela gelap mobil salah satu milik rio, shilla bisa melihat kota jakarta yang biasa ia lewati saat berangkat sekolah dengan lebih nyaman tanpa harus mati-matian bersaing dengan kendaraan yang lebih besar dan berkuasa. Dan tanpa harus berbaur dengan asap dan debu. Dan ini cukup nyaman. Tapi meski begitu shilla tidak boleh senang, senyaman apapun dia sekarang di mobil berAC hitam itu, tetap saja ini karena perintah dari si pria sialan dan ini berarti tidak boleh untuk di syukuri. 



Perjalanan akan segera berakhir. Gedung sekolah shilla yang tidak ada apa-apanya di banding sekolah milik rio sudah terlihat dengan jangkauan mata shilla. “agni.. “ gumam shilla pelan saat dirinya melihat gadis tomboy tengah berjalan santai di koridor jalan depan sekolah. 



”saya berhenti sini aja om!!!” shilla berteriak keras. Dan membuat mobil yang ia naiki secara perlahan mulai berhenti. 



“kenapa berhenti di sini nona?” 



“saya mau bareng temen saya.. terima kasih udah nganter ya om. Saya duluan.” Shilla meloncat lincah turun dari mobil, lalu ia mengucapkan kata terimakasih sekali lagi dan membuat mobil mewah tersebut segera berlalu. 



Shilla mengedarkan pandang, dan menemukan agni yang berdiri tidak jauh darinya. Lalu dengan langkah cepat dan senyum ala kadarnya ia menghampiri agni. 



“kok malah berhenti di sini ag??” shilla langsung mengajukan tanya begitu dirinya sudah berada satu langkah lagi dari posisi agni. 



“lo numpang sama siapa deh, mobilnya bisa keren gitu?” bukan nya menjawab, agni malah balik bertanya dengan alis yang saling bertaut. Dan secara spontan mulai melangkah pelan yang di ikuti oleh shilla. 



Shilla mendengus, sebelum menjawab “ceritanya panjang deh ag.” 



“dan gue siap dengerin shill,..” agni menggebu-gebu. kelewat semangat menanggapinya, membuat shilla tak enak jika harus menolak bercerita. 














“Jadi gitu deh, singkat ceritanya...” shilla menghela nafas lega sudah dapat melewati cobaan tidak terbawa emosi menceritakan tentang si pria sialan pada agni. 



Agni duduk di bangkunya, tak terasa cerita shilla yang sudah di rangkum lalu di ceritakan padanya memakan perjalan dari depan sekolah hingga sampai kelas. “lo bilang tadi nama orang yang maksa lo jadi pacarnya, mario stevano aditya haling...?” 



Shilla menangguk malas, tak ada semangat sedikit pun didirinya untuk mengulas kembali kisah buruknya bersama pria jahat itu.”di kartu pelajarnya itu sih nama nya, kenapa ag? Kenal lo?” 



Agni tidak menjawab, dia tengah berpikir keras. Dia tak mengenal orang dengan nama itu, tapi sepertinya nama itu sudah pernah ia ketahui. Sudah tidak asing, tapi di mana?. Dan aha... dengan cepat agni segera mengeluarkan majalah bisnis dari tasnya, yang ia beli 2 hari lalu. 



Agni segera membolak-balik lembar pada majalah yang ia beli karena ada berita yang merangkum tentang pengusaha idolanya yang secara tidak langsung memberi motivasi untuknya untuk terus mengejar cita-citanya sebagai pengusaha sukses. Tiba di halaman hampir belakang terpampang photo pengusaha idolanya tersebut, lalu saat ia membalik lembar yang terdapat photo pengusaha minyak itu. agni menemukan jawab dari tanyanya. 



“shill, cerita lo itu nyata kan? Lo gak lagi berimajinasi atau mimpi gitu?” 



“stress lo ag. Ya gak lah. Kalo pun gue berimajinasi gue pasti ngimajinasiin yang bagus-bagus. Gak kisah buruk ma tu orang... lo kenapa deh? Nanyanya aneh banget.” 



Mata agni berbinar, mungkin ini kesempatan untuknya agar bisa bertemu dan belajar bisnis dengan pengusaha idolanya.”lo tau orang ini shill,...” agni menunjuk-nunjuk dengan semangat photo pengusaha idolanya yang terkenal tegas, ramah, dan bijaksana. Meski tak mengerti maksud agni menanyakan hal itu padanya, tapi shilla menangguk saja karena memang dia tau photo yang di tunjuk agni itu siapa?. 



“beliau zeth haling, dan lo tau siapa beliau?” 



“idola lo kan..” 



“dan orang terkaya seASIA TENGGARA..” masih tak mengerti agni kini malah membicarakan idola nya. Shilla hanya mengangguk-ngangguk menyetujui. 



Agni membalik lembar itu, lalu berucap sok dramatis dengan mata berbinar.” Dan lo kenal orang ini?..” 



Shilla yang tadinya menanggapi biasa saja setiap tanya agni, kali ini tak bisa biasa. Ia tengah menatap dengan mulut ternganga photo pemuda yang nampak gagah dengan setelan jas berwarna merah marun, pemuda yang beberapa hari ini di anggap sebagai suatu kesialan baginya,”ih, ni cowok ngapa deh mampang di sini? Bikin cacat ni majalah aja.” 



Tak ambil pusing dengan penuturan shilla yang terkesan kejam banget, agni berucap telak. “Dia mario stevano aditya haling, putra tunggal dari pasangan zeth haling dan amanda haling.” 



Shilla ternganga lebih lebar, kenapa hidupnya semakin aneh. Aneh atau indah? Beruntung atau... lalu detik berikutnya shilla di ingatkan dengan kelakuan jahat pemuda yang dalam photo majalah itu tersenyum masih dengan senyuman hanya satu ujung bibir saja yang terangkat. “pantes tuh orang songong...” 



“issshh, shillaa, lupain dulu deh jelek-jeleknya tuh cowok, lo tuh cewek beruntung tau... dan gue orang beruntung kedua deh, hahaha.. soalnya gue temenan sama pacarnya cowok paling di incer seASIA TENGGARA” agni semakin heboh dengan khayalan-khayalan yang mulai kemana-kemana dan ngelantur. Shilla hanya menghela nafas, dia tak pernah mengharapkan ini. Kalo saja agni bisa menggantikan posisi nya saja ia bersedia. Hatinya sudah terlanjur untuk yang lain. Kenapa serumit ini. 












Cakka menatap prihatin pantulan dirinya di cermin besar kamarnya, dia tak habis pikir dampak dari makan sebatang coklat bisa separah ini. Membuatnya harus izin dari sekolah, karena hampir sekujur tubuhnya memerah dengan bentol-bentol kecil di beberapa bagian. 



Cakka melihat jam dinding, 14.00. harusnya jam segini ia tidak sedang berada di kamarnya seperti sekarang ini, harusnya saat ini ia tengah berjuang mati-matian melawan sengatan matahari yang tanpa ampun menyengat tubuhnya. Tanpa sadar cakka tersenyum kecil, usahanya dan juga shilla, mengayuh sepeda di sepanjang siang ternyata merupakan hal yang berat juga kalo di pikir. 



Shilla. sedang apa bocah bawel itu?. meski semalam gadis itu adalah penyebab utama cakka melakukan pantangannya. Karena telah membuat cakka merasa kecewa semalam akan shilla yang sebenarnya tidak salah apa-apa jika di lihat secara nyata. tapi kini, ia sudah rindu. Tak ada rasa kecewa sehebat tadi malam. Padahal barang sehari saja belum ia tak melihat shilla. 



Memori yang baru tadi malam terjadi, menyembul di permukaan, untuk diulas... 






Cakka membanting tubuhnya keras di kasur empuk bercover team sepakbola idolanya. Lalu, segera bangkit setelah berhasil menstabilkan nafasnya yang tersengal akbiat mengayuh sepeda kelewat semangat. Emm, seperti ada yang perlu di ralat, bukan semangat, dia tengah di landa .. ehem.. emosi. Dan lebih tepatnya bukan semangat memang, tapi.. kesetanan. 



Coklat batangan yang beberapa hari lalu di belikan agni saat setelah dirinya menemani agni belanja, ia main-mainkan dengan tangan kanannya tanpa di lihat. lalu, saat mata nya tepat menatap coklat itu penuh penghayatan. Ucapan tante ina berdengung hebat di telinganya..”dia sama rio..” sejak kapan tante ina, mengijinkan putrinya pergi bersama seorang pria. Dan kalo tidak salah ingat, ini pertama kalinya cakka mendengar nama rio, sebagai seseorang yang dekat dengan shilla. cakka saja baru tahu. Berarti orang baru kan? Si rio rio itu? 



Ada kilatan penuh emosi di mata telaga milik cakka, lalu dengan murka dan tanpa memikirkan apa-apa ia memakan coklat batangan yang tadinya akan ia berikan pada shilla yang ternyata sedang tak ada di rumah, dengan cepat. Tak butuh waktu lama coklat berbungkus biru keungu-unguan itu hanya tinggal kulitnya saja. Dan ternyata, tak butuh waktu lama pula coklat itu bereaksi hebat di tubuh cakka. 






Hingga sekarang..... 



Cakka terkejut. Ketukan di pintu kamarnya terlalu tiba-tiba. “mas cakka, ada shilla itu di depan...” cakka tersenyum kecil penuh arti, lalu menyahuti ucapan ibunya dengan semangat. 



“suruh tunggu bentar bu..” cakka kembali mengamati pantulan dirinya. Lalu mengangkat kedua ujung sudut bibirnya, memastikan apakah dalam keadaan begini senyumnya masih terlihat mempesona seperti biasa. Dan meski tak setampan biasanya dengan kondisi fisiknya, ia keluar juga dari kamarnya yang serba hitam untuk menemui shilla si ruang tamu rumahnya. 









Shilla menyambut cakka yang baru saja keluar dari kamarnya dengan senyuman manis penuh keikhlasan. Dan yang oleh cakka di balas senyum yang tak kalah manis.


“kok sendirian aja shill, agni gak ikut?” tanya cakka sekedar berbasa-basi. 


“ciee, yang nyariin agni. Kangen ya, Rumah sampingan jugaa..” cakka memutar bola mata sebal. Gadis ini, masih ingin mengerjai dirinya kah, walau dirinya tengah di landa sakit seperti ini.






“gak jadi nanya itu deh..” cakka berucap kental dengan nada kesal, membuat shilla terkikik kecil.


“udah baikan belum kamu cakk?” shilla bertanya penuh perhatian setelah dirinya berhasil mengontrol tawa kecilnya, “ingat shilla harusnya kamu gak ngetawain orang sakit.” Tekatnya dalam hati. 


“ya gini deh...” cakka berujar pasrah dengan keadaan dirinya yang sedikit sekali menunjukkan perkembangan. Malah mungkin jika di lihat dari keadaan nya yang sekarang, kemungkinan terburuknya besok ia kan bolos sekolah lagi. 


“makanya gausah bandel deh lo..” shilla berujar dengan galak kali ini, hanya berharap cakka mengerti dan akhirnya tidak nekat lagi memakan pantangannya. Yang oleh cakka, di tanggapi dengan senyuman ketir, ternyata gadis di hadapannya ini benar-benar tidak tau apa-apa. 


“nih aku bawain bedak gatel..” shilla menyodorkan sebotol besar bedak gatel pada cakka yang tak kunjung membuka suara. 


cakka masih diam dengan ekspresi tidak enak harus merepotkan sahabat nya.”gausah repot-repot shill, gue masih ada kok.” Tolaknya halus. 


tangan kiri shilla menarik paksa tangan kanan cakka yang terjuntai lemas di sofa, lalu menjatuhkan botol bedak-yang ia beli khusus untuk cakka saat perjalanan ke rumah cakka- di tangan tersebut. “tapi gue yakin, nih bedak bakal segera ke pake, karena gue kenal lo cakka.” Shilla berucap yakin, ia kenal cakka yang sudah biasa nekat melanggar pantangannya itu. 




Cakka masih mematung dengan pandangan tak percaya ke gadis manis yang kini sudah sibuk membereskan tasnya yang tadi harus di buka dan di obrak-abrik sebentar guna mengambil bedak untuk di berikan untuknya. Lalu, saat gadis itu kini sudah kembali menatapnya. Ia bergelagat sedikit kikuk. Tanpa sadar pikirannya berasumsi bahwa gadis manis di hadapannya ternyata perhatian padanya. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar