Shilla
kaget bukan main, saat tau-tau mobil mewah rio sudah terparkir rapi di area
parkir sekolahnya. Entahlah, ada rasa tidak siap di hati shilla menghadapi
pemuda itu, mungkin ini efek dari salah satu kejadian di taman itu. ah itu
menyebalkan untuk menjadi pengalaman pertama yang selalu teringat.
Ia
melirik takut-takut ke arah cakka, rencananya siang itu shilla akan menumpang
cakka untuk sampai ke rumahnya. “emm cakk...”
“iya
gak apa-apa...” ujar cakka berusaha sebiasa mungkin.
“bukan..
bukan.. gue gak mau bareng dia kok, gue mau ngusir dia..”
Cakka
menghela nafas, sekuat hati menahan egoisme akan gadis manis di hadapannya. Dia
hanya merasa tidak pantas. ”gausah.. gausah.. lo bareng dia aja. Emm lagian gue
baru inget, siang ini gue ada rapat OSIS buat bahas acara camping.”
Shilla
mengangkat satu alisnya, merasa ganjil.”tapi lo tadi bilang bisa gue barengin.”
Cakka
tergagap, pusing sekali mencari alasan yang lebih tepat untuk mengelabuhi
shilla.”ya... namanya juga orang lupa shill... udah deh sono.. gue harus
buru-buru nih soalnya, pasti anak-anak udah pada nungguin. Bye shilla..” tanpa
menunggu shilla menjawab, cakka sudah berlari kembali ke area gedung sekolah.
Shilla
mendengus kasar. Kenapa gue harus selalu
di posisikan seperti ini ya tuhan. Dengan langkah ragu shilla menghampiri
mobil mewah rio. Itu artinya.. Mempersempit jaraknya dengan rio yang sedang
melihat dari balik kaca dengan senyuman.. emm manis, hatinya semakin berdebar,
ingatan akan kejadian yang harusnya di lupakan itu pun... semakin kuat. Ayolah
shill, kamu jauh lebih kuat dari ini.
Rio
membuka kaca jendela mobilnya, menyambut kedatangan shilla.”ngomongin apa dulu
tadi sama cakka.”
Shilla
melengos, sepertinya dia sudah berlebihan dalam mengambil sikap, buat apa dia
merasa tidak enak segala gara-gara kejadian kecolongan itu, sedangkan pemuda
lancang yang melakukannya saja bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
“kalian
ngomongin gue?” tanya rio lagi karena tak kunjung mendapat jawaban dari shilla.
Shilla
yang masih berdiri di samping mobil rio. melipat dada.”lo ngapain kesini?”
ucapnya ketus.
“Yang
pasti bukan buat liat lo ngobrol lama-lama sama cakka. Soal nya...... itu bikin
gue cemburu..”
Shilla
melengos-lagi-.”memang nya lo udah sembuh? Harusnya lo di rumah aja, gak perlu
susah-susah kesini, lagian gue juga seneng kok kalo lo gak kesini.”
Rio
mendengus kesal. Harapannya tentang hubungannya dengan shilla menjadi baik
setelah kejadian di taman itu, ternyata memang hanya bisa jadi harapan. ”masuk
lo..”
Shilla
tak bergeming. Masih berdiri tegap dengan kedua tangan masih di lipat di depan
dada. Kilat matanya menantang abis-abisan tatapan tajam rio. Hanya sedang
Berusaha melawan, agar tidak selalu tunduk. Tidak selalu patuh.
“Shilla..”
rio memberi jeda sebentar, menajamkan tatapannya yang sudah tajam. “MASUK..”
gertak rio lebih keras, lebih galak, lebih penuh perintah.
Shilla
menghentak-hentakkan kakinya, tak bisa lagi membantah. Lalu melangkahkan kakinya
memasuki mobil mewah silver itu dengan berat hati. Selalu begini, dia tidak
pernah bisa atau mungkin tidak-akan-pernah bisa membantah keinginan rio yang
harusnya bisa saja ia bantah.
***
Cakka
menyandarkan tubuhnya lemas di balik dinding. Menghela nafas, lalu tubuhnya
merosot hingga terduduk. Mengacak-ngacak rambutnya kasar, prustasi.
“...Lo bego cakka, lo
pecundang....”
“kka...”
cakka mendongak cepat. Mengenali satu-satunya orang yang memanggilnya seperti
itu, kka. Ia menoleh ke kiri. Dan benar, seseorang itu sekarang sudah berdiri 2
meter darinya, mengapit bola basket dengan tangan kanannya.
Cakka
berdiri, menampilkan senyum sebisanya. “hai.... ag.” Seseorang itu.. agni
Agni
diam. Mencoba memahami apa yang sedang terjadi, tanpa ada yang harus
menjelaskan. Karena mungkin memang hanya
satu alasan yang bisa membuat pemuda jangkung di hadapannya bisa bertingkah seperti
ini, prustasi. Agni membalas senyum cakka sekilas. Tidak . dia tidak akan
berbasa-basi untuk menanyakan apakah pemuda itu baik-baik saja. dia yang akan
berusaha membuat pemuda itu baik-baik saja. ”mau main basket...?” ujarnya, bola
orange itu di lempar pelan ke arah cakka.
Cakka
menerima dengan sigap, meski dia berprofesi sebagai atlet futsal di sekolahnya,
kemampuan nya dalam basket tidak terlalu payah, mungkin ini efek berteman
dengan agni yang merupakan bintang basket putri di sekolahnya. Cakka mengangguk
pelan. Di ikuti senyuman yang lebih bersemangat dari sebelumnya
Lalu
keduanya, berjalan beriringan, dalam diam. menuju lapangan basket outdor milik sekolah mereka.
***
“Kenapa
gak bawa sepeda sendiri? Sepeda BARUnya rusak?” tanya rio, sengaja menyebut
kata baru dengan nada lebih menyebalkan.
Mampus
lo shill. Mau jawab apa lo? Jujur, mati. Atau... tidak jujur, mati. Oke,
bersama rio memang selalu tidak ada pilihan. Karena sama-sama berujung ...
mati. Mati dengan jujur setidaknya tidak plus menambah dosa.”gue dianterin kak
gabriel...” Jawab shilla di buat seketus mungkin.
Sedikit
menerawang, rio masih belum menanggapi jawaban shilla. Merasa tidak asing
dengan nama gabriel yang di sebut-sebut shilla. dan ya...”oh.. Om-om yang pergi
ke pasar malem sama kamu itu.” ujar rio, santai, satu ujung bibirnya sudah
terangkat angkuh.
Shilla
melotot, sangat tidak terima dengan pernyataan rio mengatakan gabriel : OM-OM
dengan ekpresi yang super duper memuakan.”enak aja. Dia bukan om-om!! Dia itu
Dokter muda yang baik hati dan bijaksana. Kayak raja. Tapi dia memang raja sih,
Raja nya hati.. gue.” Shilla tersenyum tak kalah angkuh, merasa sudah mengambil
langkah tepat sudah berkata seperti itu, dan akan lebih baik lagi jika itu
membuat rio sadar kalo dia tidak cinta –bahkan- suka pada rio yang dengan
seenaknya mengklaim dirinya sebagai pacar. Lalu dengan begitu ia akan di
lepaskan, seperti burung yang di lepas
dari sangkarnya, BEBAS.
Rio
menghela nafas pelan sekali, dengan harapan shilla tidak menyadarinya. IYA.
Memang benar perkiraan shilla, itu membuat rio semakin sadar shilla belum –atau
mungkin- tidak mencintainya. Tapi langkah melepas burung dari sangkar itu sama
sekali tidak terlintas di pikiran rio. Melainkan, tekadnya semakin bulat, yaitu
tekad menjadikan dirinya satu-satunya orang yang memiliki shilla. dan di
jadikan satu-satunya orang yang harus shilla miliki.
“tiba-tiba
gue butuh hiburan nih.. enaknya kemana yaa?”
Shilla
mendengus kasar, rencananya.... GAGAL.
“kalo
lo lagi pengen kemana?”
Shilla
melirik rio sekilas, lalu memilih menggeleng dalam diam.
“ke
mall aja deh. Soalnya kalo anak alay kayak lo gini pasti seneng di ajak ke
mall.”
Shilla
melotot garang ke arah rio. “alay bilang alay.” Gerutunya pelan, lalu
melengos.”lagian kita masih pake seragam kali, ntar di tangkap ah males...”
tambahnya.
Rio
tak menanggapi, hanya menatap tajam ke shilla cukup lama. Lalu baru melepaskan
tatapan tajam itu setelah shilla mendengus keras. Sudah menyimpulkan ekpresi
pasrah gadis di sampingnya sebagai bentuk pernyataan saya-tidak-bisa-membantah.
***
Sarah
menggeret kopernya dengan terburu, air mukanya keras dengan mata memerah. Ia
Marah. Ia muak. Hingga rasanya ingin membunuh laki-laki yang sekarang tengah
mengekor di belakangnya.
“sarah..
coba kamu pikirin lagi keputusan kamu... jangan pake emosi rah.. pikirin
perasaan ify..”
Sarah
menghentikan langkah tiba-tiba, membalikkan badan tanpa mengurangi ekpresi
kemarahannya. Menatap murka lelaki yang 19 tahun ini sudah membina rumah tangga
dengannya.”saya akan segera mengirimkan surat perceraian kita.” Ucapnya telak.
Tak
ada bantahan, erwin- lelaki itu- hanya bisa menunduk, membiarkan begitu saja
sarah yang dengan gerak cepat memasuki mobil lalu meninggalkan halaman besar
rumahnya.
Tak
jauh dari tempat terjadinya percapakan panas itu, seseorang yang tadi namanya
ikut di sebut-sebut masih diam mematung, mencoba mencerna apa yang baru saja ia
dengar, apa yang sedang terjadi, ada harapan.. ini semua hanya mimpi.
***
“huaaahhh..”
shilla menjatuhkan dirinya di kasur empuk kesayangannya..”capek..” eluhnya,
entah pada siapa.
“monyet jelek sayang, buruan buka sms! ..”
Shilla
langsung duduk dari tidur-tidurannya,
meraba-raba saku celana jeans yang di belikan rio untuknya. Lalu mengambil
benda elektronik yang baru saja mengeluarkan suara aneh di sertai getaran
halus.
From
: Mario sayang
Jadi.. untuk mengurangi resiko
terjadi perselingkuhan di hubungan kita.
Selama gue gak anter jemput lo,
karena lagi sibuk buat ujian
Lo di anter sama anak buah gue
lagi.
Dan ini.. ya kamu tau lah shilla,
GAK BISA di bantah
Shilla
mendengus keras, meski setelahnya ia senyum-senyum sendiri. Ia pandangi
lekat-lekat HP baru yang baru ia miliki beberapa jam ini. ini.. dari rio. HP
nya dan segala keanehan yang ada di dalamnya. Benar-benar dari rio.
*Flashback
on
Shilla
akhirnya memilih celana jeans panjang berwarna dongker dengan kaos oblong pendek sebagai atasannya. Rio
mengajaknya ke salah satu toko yang menjual pakaian wanita sebelum memulai aksi
yang tidak-bisa-dibantah di mall siang itu.
“berantakan..
tapi cantik.” Komentar rio begitu shilla keluar dari kamar ganti.
Shilla
mendengus, tak peduli. Lalu hendak mengikat rambut terurainya yang berantakan,
tapi harus tertunda saat tau-tau tangan rio mencekal tangan kanan nya yang
sudah siap untuk mengikat ramabut panjangnya.
“gue
bilang lo cantik.. jadi gak ada yang perlu di ubah.”
“tapi
ini berantakan... “ gerutu shilla. namun meskipun begitu ia tetap menuruti si
manusia tidak-bisa-dibantah itu. Sekarang, ia hanya mengikuti langkah rio yang
tak berarah.
“harusnya
tadi pagi, lo ngabarin gue kalo mau pergi sekolah sama orang lain.. jadinya kan
gue gak perlu repot-repot ke rumah lo...”
Shilla
melirik tajam pemuda jangkung di samping kirinya. Siapa yang suruh coba? “iya.
Besok-besok gue kabarin pake pos. Ya kurang lebih seminggu lah nyampe nya. Kalo
yang kilat.. 2-3 hari lah nyampe.. atau boleh juga pake tiki, katanya bisa lebih cepet.” Celoteh shilla asal.
Rio
terkikik sebentar. Baru ingat gadis manis di sampingnya tak memiliki telepon
seluler pribadi. Tiba-tiba rio teringat sesuatu, janjinya membantu mewujudkan
16 keinginan gadisnya. Ada. Salah satunya. BIRTHDAY WISH “(6) biar aku bisa ngehubungin papa di surga, aku mau handphone
tercanggih sedunia.” Rio menarik tangan shilla paksa, punya tujuan akan
membawa shilla kemana.
“Mau
yang mana?...” shilla menganga, selalu tidak mengerti dengan jalan pikiran tuan
muda di hadapannya. Saat ini dirinya sudah berada di salah satu stand yang menjual berbagai model
telepon seluler.
Rio
menoleh, melihat shilla yang dengan tanpa ekspresi juga sedang
melihatnya.”handphone nya mau yang mana shilla?” ucap rio lebih detail, lebih
keras, lebih jelas.
“ha?
Gue gak bilang mau beli handphone kok.”
“iya
memang bukan lo yang mau beli, tapi gue..”
Shilla
mendengus lagi untuk ke sekian kalinya.”terus ngapa nanyanya ke gue? Gue kan
jadi bingung tiba-tiba di tanyain begitu.”
“ya
soalnya, gue mau belinya buat lo. Dan tolong gak usah banyak complain, segera pilih dalam waktu lima
detik. Kalo dalam lima detik lo gak milih, gue yang bakal milih. Pilih....”
Shilla
diam, mulutnya sudah pasti dalam posisi menganga. Baru ia akan membuka
suara....
“oke.
Waktu lima detik habis.” Rio memalingkan wajah nya ke salah satu penjaga toko.
“Mas saya beli HP paling canggih sedunia yang ada di sini..”
Shilla
tersentak, merasa kebetulan-kebutalan yang di lakukan pemuda yang sekarang
sedang fokus bertransaksi jual-beli di hadapannya ini tak hanya kebetulan yang
mengalir begitu saja, seperti terencana. Tapi...
“yuuukkk.
Cari tempat buat belajar HP barunya..”
“ha?”
shilla masih sulit mencerna, ini terlalu cepat, terlalu absurd. Akhirnya.. dia
lagi-lagi hanya bisa menuruti langkah pemuda yang menggandeng kuat-kuat tangannya.
“ke
cafe itu aja kali ya..” shilla masih belum bisa membuka suara, membiarkan saja pemuda
itu terus menggiring dirinya, dirinya yang ia tak yakini dirinya sedang di
dunia nyata.
“ayok
sadar dulu..” ucap rio, tangannya menepuk-nepuk pelan pipi shilla. dan itu baru
membuat shilla benar-benar sadar saat ini ia sedang berada di salah satu bangku
cafe beraksitetur menawan.
“lho
kok kita bisa ada di sini?” tanya shilla, raut mukanya benar-benar menunjukkan
kebingungan.
“shill
sumpah lo hebat banget, ngelamun nyampe gak sadar sejauh ini..” rio
menggelengkan kepala dramatis.”tau gitu, gue perkosa lo tadi.”
Shilla
langsung melotot. Melengos sebal saat pemuda di depannya, terkikik-kikik
sendiri.
Dan
siang itu mereka berdua menghabiskan waktu untuk mempelajari HP baru yang di
belikan rio untuk shilla.
*flashback
off
Shilla
tersenyum lagi. Sambil memandangi wallpaper HP barunya, tidak ada yang spesial,
hanya fotonya yang sedang menjulurkan lidah dan rio yang tersenyum lebar di
samping kanannya. tentu rio yang mengaturnya. wallpaper, nada sms khusus, nada telephon
khusus, nama kontak rio. Benar-benar murni rio yang mengaturnya. Dan ia pikir,
itu ... lucu.
Lucu?
Apa? Wait wait, Apa baru saja shilla menyebut itu lucu. Ekhem. Rio lucu gitu
maksudnya. Sadar shill sadar. Rio? orang sejahat itu lo bilang lucu. Rio itu
bencana shill, membahayakan. Shilla menepuk-nepuk dahinya, lalu kemudian
menggeleng-gelengkan kepala. Semacam ritual yang ia harapkan bisa membenarkan otaknya
yang mungkin terjadi kesalahan.
Shilla
menghampiri meja belajarnya setelah membanting pelan HP barunya di tempat
tidur, di meja belajar itu ada benda
yang terlihat nampak lebih terang di banding benda lainnya, kota bekal merah
muda.. pemberian gabriel pagi tadi.
Shilla
lagi-lagi tersenyum, dengan alasan berbeda. Kali Ini karena sikap manis pangeran
hatinya, yang dengan manis memberi bekal pagi tadi yang katanya di buat
sendiri. Lihat. kurang perfect apa lagi
si pujaan hatinya, sudah baik, dermawan, ganteng, dan..... pinter masak. Shilla
harus mengakui nasi goreng buat gabriel tidak bisa di bilang biasa. Itu luar
biasa enak.
Shilla
mengelus kotak bekal itu penuh sayang, membayangkan bahwa kotak bekal itu
adalah gabriel. Lalu setelah puas mengelus-ngelus si kotak bekal merah muda
itu, ia peluk kuat-kuat kotak bekal itu, masih membayangkan itu adalah gabriel.
Dalam hati mengukuhkan, ini yang terbaik, ini yang paling benar. Takkan
berubah, dan tak akan ia izinkan untuk di ubah. Kotak bekal merah muda itu..
yang berharga. Seperti pemberinya yang berharga.
***
Ify masih meringkuk di sudut kamarnya
yang luas. Ia melipat kakinya di depan dada dan memeluknya erat dengan kedua
tangan pucatnya. Airmata nya pun tak henti-hentinya berproduksi sejak 1 jam
yang lalu.
Harapan hati kecilnya yang
menginginkan ini tidak nyata, membuatnya semakin terpuruk. Pukulan-pukulan
keras yang ia tujukan untuk dirinya sendiri, nyatanya terasa sakit, memilukan.
Ini nyata fy. Dan kamu bisa berbuat apa? Hanya menangis seperti ini, bahkan ini
juga tidak bisa mengubah apapun. Keluargamu yang sudah hancur, akan semakin hancur.
Dada ify semakin sesak, mengingat
mimpi buruknya akan segera menjadi kenyataan. Jika biasanya ia selalu bilang
pada orang tuanya untuk segera bercerai jika tidak bisa lagi sejalan.
Percayalah, hati ify bertolak belakang dari itu semua. Hati ify menentang habis
hal itu, perceraian.
Lalu, kenapa tidak ada yang peka
dengan hatinya. Kenapa semuanya tak berjalan sesuai kemauan hatinya yang
terpendam. Kenapa orang tua bangsat itu harus mewujudkan ketakutannya.
Benarkah? Tidak adakah yang mengerti hatinya? Tidak adakah yang peduli dengan
hatinya, dengan dirinya.
“..lyssa..”
ify masih membenamkan wajahnya, terlalu berat hanya untuk sekedar mengangkat
kepalanya untuk melihat siapa yang baru saja memanggil namanya.
Lalu
beberapa detik setelah itu. ify merasa ada yang memeluk kuat tubuhnya, dan ify
merasa jauh lebih tenang, bisa kembali tersenyum di balik lukanya. pelukan
kokoh itu, harum parfum ini, ify tau. Ia peluk balik tubuh kokoh pemuda itu.
Dan dari hatinya terdalam, memang ini yang ia inginkan. Pemuda ini, masih
mempedulikannya.
*
Rio
memparkir mobilnya dengan sembarang. Tidak peduli dengan beberapa pot bunga
yang hancur karena tertubruk mobilnya, ia segera berlari memasuki rumah yang
tak kalah mewah dari istananya, menaiki undakan tangga untuk mencapai lantai
dua, lalu membuka pintu dengan bertuliskan alyssa’s room dengan kunci cadangan
yang ia dapat dari salah satu pembantu disana.
“lyssa...”
rio semakin kalut, ia hampiri dengan langkah panjang seseorang yang meringkuk
di pojok kamar besar itu.
Rio
segera memeluk tubuh mungil yang tengah bergetar hebat itu, menyalurkan
energi-energi positif yang kiranya membuat gadis berdagu tirus itu lebih kuat,
lebih tegar.”lyssa, it’s gonna be OK, i’m
here.. for you.... calm down”
Rio
terus mengelus punggung gadis itu lembut, bermaksud untuk memberi ketenangan.
“..aku..
gak.. mau.. me..re..ka ce..rai...” dan tubuh ify lemas. Ify tak lagi sadarkan
diri.
To be continued....
Part 16 : http://egaditya.blogspot.com/2013/08/kamu-untuk-aku-part-16.html