Sabtu, 20 Juli 2013

Kamu Untuk Aku ( Part 15B )


Shilla kaget bukan main, saat tau-tau mobil mewah rio sudah terparkir rapi di area parkir sekolahnya. Entahlah, ada rasa tidak siap di hati shilla menghadapi pemuda itu, mungkin ini efek dari salah satu kejadian di taman itu. ah itu menyebalkan untuk menjadi pengalaman pertama yang selalu teringat.

Ia melirik takut-takut ke arah cakka, rencananya siang itu shilla akan menumpang cakka untuk sampai ke rumahnya. “emm cakk...”

“iya gak apa-apa...” ujar cakka berusaha sebiasa mungkin.

“bukan.. bukan.. gue gak mau bareng dia kok, gue mau ngusir dia..”

Cakka menghela nafas, sekuat hati menahan egoisme akan gadis manis di hadapannya. Dia hanya merasa tidak pantas. ”gausah.. gausah.. lo bareng dia aja. Emm lagian gue baru inget, siang ini gue ada rapat OSIS buat bahas acara camping.”

Shilla mengangkat satu alisnya, merasa ganjil.”tapi lo tadi bilang bisa gue barengin.”

Cakka tergagap, pusing sekali mencari alasan yang lebih tepat untuk mengelabuhi shilla.”ya... namanya juga orang lupa shill... udah deh sono.. gue harus buru-buru nih soalnya, pasti anak-anak udah pada nungguin. Bye shilla..” tanpa menunggu shilla menjawab, cakka sudah berlari kembali ke area gedung sekolah.

Shilla mendengus kasar. Kenapa gue harus selalu di posisikan seperti ini ya tuhan. Dengan langkah ragu shilla menghampiri mobil mewah rio. Itu artinya.. Mempersempit jaraknya dengan rio yang sedang melihat dari balik kaca dengan senyuman.. emm manis, hatinya semakin berdebar, ingatan akan kejadian yang harusnya di lupakan itu pun... semakin kuat. Ayolah shill, kamu jauh lebih kuat dari ini.

Rio membuka kaca jendela mobilnya, menyambut kedatangan shilla.”ngomongin apa dulu tadi sama cakka.”

Shilla melengos, sepertinya dia sudah berlebihan dalam mengambil sikap, buat apa dia merasa tidak enak segala gara-gara kejadian kecolongan itu, sedangkan pemuda lancang yang melakukannya saja bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

“kalian ngomongin gue?” tanya rio lagi karena tak kunjung mendapat jawaban dari shilla.

Shilla yang masih berdiri di samping mobil rio. melipat dada.”lo ngapain kesini?” ucapnya ketus.

“Yang pasti bukan buat liat lo ngobrol lama-lama sama cakka. Soal nya...... itu bikin gue cemburu..”

Shilla melengos-lagi-.”memang nya lo udah sembuh? Harusnya lo di rumah aja, gak perlu susah-susah kesini, lagian gue juga seneng kok kalo lo gak kesini.”

Rio mendengus kesal. Harapannya tentang hubungannya dengan shilla menjadi baik setelah kejadian di taman itu, ternyata memang hanya bisa jadi harapan. ”masuk lo..”

Shilla tak bergeming. Masih berdiri tegap dengan kedua tangan masih di lipat di depan dada. Kilat matanya menantang abis-abisan tatapan tajam rio. Hanya sedang Berusaha melawan, agar tidak selalu tunduk. Tidak selalu patuh.

“Shilla..” rio memberi jeda sebentar, menajamkan tatapannya yang sudah tajam. “MASUK..” gertak rio lebih keras, lebih galak, lebih penuh perintah.

Shilla menghentak-hentakkan kakinya, tak bisa lagi membantah. Lalu melangkahkan kakinya memasuki mobil mewah silver itu dengan berat hati. Selalu begini, dia tidak pernah bisa atau mungkin tidak-akan-pernah bisa membantah keinginan rio yang harusnya bisa saja ia bantah.


***


Cakka menyandarkan tubuhnya lemas di balik dinding. Menghela nafas, lalu tubuhnya merosot hingga terduduk. Mengacak-ngacak rambutnya kasar, prustasi.
“...Lo bego cakka, lo pecundang....”

“kka...” cakka mendongak cepat. Mengenali satu-satunya orang yang memanggilnya seperti itu, kka. Ia menoleh ke kiri. Dan benar, seseorang itu sekarang sudah berdiri 2 meter darinya, mengapit bola basket dengan tangan kanannya.

Cakka berdiri, menampilkan senyum sebisanya. “hai.... ag.” Seseorang itu.. agni

Agni diam. Mencoba memahami apa yang sedang terjadi, tanpa ada yang harus menjelaskan. Karena  mungkin memang hanya satu alasan yang bisa membuat pemuda jangkung di hadapannya bisa bertingkah seperti ini, prustasi. Agni membalas senyum cakka sekilas. Tidak . dia tidak akan berbasa-basi untuk menanyakan apakah pemuda itu baik-baik saja. dia yang akan berusaha membuat pemuda itu baik-baik saja. ”mau main basket...?” ujarnya, bola orange itu di lempar pelan ke arah cakka.

Cakka menerima dengan sigap, meski dia berprofesi sebagai atlet futsal di sekolahnya, kemampuan nya dalam basket tidak terlalu payah, mungkin ini efek berteman dengan agni yang merupakan bintang basket putri di sekolahnya. Cakka mengangguk pelan. Di ikuti senyuman yang lebih bersemangat dari sebelumnya

Lalu keduanya, berjalan beriringan, dalam diam. menuju lapangan basket outdor milik sekolah mereka.


***



“Kenapa gak bawa sepeda sendiri? Sepeda BARUnya rusak?” tanya rio, sengaja menyebut kata baru dengan nada lebih menyebalkan.

Mampus lo shill. Mau jawab apa lo? Jujur, mati. Atau... tidak jujur, mati. Oke, bersama rio memang selalu tidak ada pilihan. Karena sama-sama berujung ... mati. Mati dengan jujur setidaknya tidak plus menambah dosa.”gue dianterin kak gabriel...” Jawab shilla di buat seketus mungkin.

Sedikit menerawang, rio masih belum menanggapi jawaban shilla. Merasa tidak asing dengan nama gabriel yang di sebut-sebut shilla. dan ya...”oh.. Om-om yang pergi ke pasar malem sama kamu itu.” ujar rio, santai, satu ujung bibirnya sudah terangkat angkuh.

Shilla melotot, sangat tidak terima dengan pernyataan rio mengatakan gabriel : OM-OM dengan ekpresi yang super duper memuakan.”enak aja. Dia bukan om-om!! Dia itu Dokter muda yang baik hati dan bijaksana. Kayak raja. Tapi dia memang raja sih, Raja nya hati.. gue.” Shilla tersenyum tak kalah angkuh, merasa sudah mengambil langkah tepat sudah berkata seperti itu, dan akan lebih baik lagi jika itu membuat rio sadar kalo dia tidak cinta –bahkan- suka pada rio yang dengan seenaknya mengklaim dirinya sebagai pacar. Lalu dengan begitu ia akan di lepaskan, seperti  burung yang di lepas dari sangkarnya, BEBAS.

Rio menghela nafas pelan sekali, dengan harapan shilla tidak menyadarinya. IYA. Memang benar perkiraan shilla, itu membuat rio semakin sadar shilla belum –atau mungkin- tidak mencintainya. Tapi langkah melepas burung dari sangkar itu sama sekali tidak terlintas di pikiran rio. Melainkan, tekadnya semakin bulat, yaitu tekad menjadikan dirinya satu-satunya orang yang memiliki shilla. dan di jadikan satu-satunya orang yang harus shilla miliki.

“tiba-tiba gue butuh hiburan nih.. enaknya kemana yaa?”

Shilla mendengus kasar, rencananya.... GAGAL.

“kalo lo lagi pengen kemana?”

Shilla melirik rio sekilas, lalu memilih menggeleng dalam diam.

“ke mall aja deh. Soalnya kalo anak alay kayak lo gini pasti seneng di ajak ke mall.”

Shilla melotot garang ke arah rio. “alay bilang alay.” Gerutunya pelan, lalu melengos.”lagian kita masih pake seragam kali, ntar di tangkap ah males...” tambahnya.

Rio tak menanggapi, hanya menatap tajam ke shilla cukup lama. Lalu baru melepaskan tatapan tajam itu setelah shilla mendengus keras. Sudah menyimpulkan ekpresi pasrah gadis di sampingnya sebagai bentuk pernyataan saya-tidak-bisa-membantah.


***


Sarah menggeret kopernya dengan terburu, air mukanya keras dengan mata memerah. Ia Marah. Ia muak. Hingga rasanya ingin membunuh laki-laki yang sekarang tengah mengekor di belakangnya.

“sarah.. coba kamu pikirin lagi keputusan kamu... jangan pake emosi rah.. pikirin perasaan ify..”

Sarah menghentikan langkah tiba-tiba, membalikkan badan tanpa mengurangi ekpresi kemarahannya. Menatap murka lelaki yang 19 tahun ini sudah membina rumah tangga dengannya.”saya akan segera mengirimkan surat perceraian kita.” Ucapnya telak.

Tak ada bantahan, erwin- lelaki itu- hanya bisa menunduk, membiarkan begitu saja sarah yang dengan gerak cepat memasuki mobil lalu meninggalkan halaman besar rumahnya.

Tak jauh dari tempat terjadinya percapakan panas itu, seseorang yang tadi namanya ikut di sebut-sebut masih diam mematung, mencoba mencerna apa yang baru saja ia dengar, apa yang sedang terjadi, ada harapan.. ini semua hanya mimpi.

***



“huaaahhh..” shilla menjatuhkan dirinya di kasur empuk kesayangannya..”capek..” eluhnya, entah pada siapa.

monyet jelek sayang, buruan buka sms! ..”

Shilla langsung duduk  dari tidur-tidurannya, meraba-raba saku celana jeans yang di belikan rio untuknya. Lalu mengambil benda elektronik yang baru saja mengeluarkan suara aneh di sertai getaran halus.

From : Mario sayang
Jadi.. untuk mengurangi resiko terjadi perselingkuhan di hubungan kita.
Selama gue gak anter jemput lo, karena lagi sibuk buat ujian
Lo di anter sama anak buah gue lagi.
Dan ini.. ya kamu tau lah shilla, GAK BISA di bantah

Shilla mendengus keras, meski setelahnya ia senyum-senyum sendiri. Ia pandangi lekat-lekat HP baru yang baru ia miliki beberapa jam ini. ini.. dari rio. HP nya dan segala keanehan yang ada di dalamnya. Benar-benar dari rio.

*Flashback on

Shilla akhirnya memilih celana jeans panjang berwarna dongker dengan kaos oblong pendek sebagai atasannya. Rio mengajaknya ke salah satu toko yang menjual pakaian wanita sebelum memulai aksi yang tidak-bisa-dibantah di mall siang itu.

“berantakan.. tapi cantik.” Komentar rio begitu shilla keluar dari kamar ganti.

Shilla mendengus, tak peduli. Lalu hendak mengikat rambut terurainya yang berantakan, tapi harus tertunda saat tau-tau tangan rio mencekal tangan kanan nya yang sudah siap untuk mengikat ramabut panjangnya.

“gue bilang lo cantik.. jadi gak ada yang perlu di ubah.”

“tapi ini berantakan... “ gerutu shilla. namun meskipun begitu ia tetap menuruti si manusia tidak-bisa-dibantah itu. Sekarang, ia hanya mengikuti langkah rio yang tak berarah.

“harusnya tadi pagi, lo ngabarin gue kalo mau pergi sekolah sama orang lain.. jadinya kan gue gak perlu repot-repot ke rumah lo...”

Shilla melirik tajam pemuda jangkung di samping kirinya. Siapa yang suruh coba? “iya. Besok-besok gue kabarin pake pos. Ya kurang lebih seminggu lah nyampe nya. Kalo yang kilat.. 2-3 hari lah nyampe.. atau boleh juga pake tiki, katanya bisa lebih cepet.” Celoteh shilla asal.

Rio terkikik sebentar. Baru ingat gadis manis di sampingnya tak memiliki telepon seluler pribadi. Tiba-tiba rio teringat sesuatu, janjinya membantu mewujudkan 16 keinginan gadisnya. Ada. Salah satunya. BIRTHDAY WISH “(6) biar aku bisa ngehubungin papa di surga, aku mau handphone tercanggih sedunia.” Rio menarik tangan shilla paksa, punya tujuan akan membawa shilla kemana.

“Mau yang mana?...” shilla menganga, selalu tidak mengerti dengan jalan pikiran tuan muda di hadapannya. Saat ini dirinya sudah berada di salah satu stand yang menjual berbagai model telepon seluler.

Rio menoleh, melihat shilla yang dengan tanpa ekspresi juga sedang melihatnya.”handphone nya mau yang mana shilla?” ucap rio lebih detail, lebih keras, lebih jelas.

“ha? Gue gak bilang mau beli handphone kok.”

“iya memang bukan lo yang mau beli, tapi gue..”

Shilla mendengus lagi untuk ke sekian kalinya.”terus ngapa nanyanya ke gue? Gue kan jadi bingung tiba-tiba di tanyain begitu.”

“ya soalnya, gue mau belinya buat lo. Dan tolong gak usah banyak complain, segera pilih dalam waktu lima detik. Kalo dalam lima detik lo gak milih, gue yang bakal milih. Pilih....”

Shilla diam, mulutnya sudah pasti dalam posisi menganga. Baru ia akan membuka suara....

“oke. Waktu lima detik habis.” Rio memalingkan wajah nya ke salah satu penjaga toko. “Mas saya beli HP paling canggih sedunia yang ada di sini..”

Shilla tersentak, merasa kebetulan-kebutalan yang di lakukan pemuda yang sekarang sedang fokus bertransaksi jual-beli di hadapannya ini tak hanya kebetulan yang mengalir begitu saja, seperti terencana. Tapi...

“yuuukkk. Cari tempat buat belajar HP barunya..”

“ha?” shilla masih sulit mencerna, ini terlalu cepat, terlalu absurd. Akhirnya.. dia lagi-lagi hanya bisa menuruti langkah pemuda yang menggandeng kuat-kuat tangannya.

“ke cafe itu aja kali ya..” shilla masih belum bisa membuka suara, membiarkan saja pemuda itu terus menggiring dirinya, dirinya yang ia tak yakini dirinya sedang di dunia nyata.

“ayok sadar dulu..” ucap rio, tangannya menepuk-nepuk pelan pipi shilla. dan itu baru membuat shilla benar-benar sadar saat ini ia sedang berada di salah satu bangku cafe beraksitetur menawan.

“lho kok kita bisa ada di sini?” tanya shilla, raut mukanya benar-benar menunjukkan kebingungan.

“shill sumpah lo hebat banget, ngelamun nyampe gak sadar sejauh ini..” rio menggelengkan kepala dramatis.”tau gitu, gue perkosa lo tadi.”

Shilla langsung melotot. Melengos sebal saat pemuda di depannya, terkikik-kikik sendiri.

Dan siang itu mereka berdua menghabiskan waktu untuk mempelajari HP baru yang di belikan rio untuk shilla.


*flashback off

Shilla tersenyum lagi. Sambil memandangi wallpaper HP barunya, tidak ada yang spesial, hanya fotonya yang sedang menjulurkan lidah dan rio yang tersenyum lebar di samping kanannya. tentu rio yang mengaturnya. wallpaper, nada sms khusus, nada telephon khusus, nama kontak rio. Benar-benar murni rio yang mengaturnya. Dan ia pikir, itu ... lucu.

Lucu? Apa? Wait wait, Apa baru saja shilla menyebut itu lucu. Ekhem. Rio lucu gitu maksudnya. Sadar shill sadar. Rio? orang sejahat itu lo bilang lucu. Rio itu bencana shill, membahayakan. Shilla menepuk-nepuk dahinya, lalu kemudian menggeleng-gelengkan kepala. Semacam ritual yang ia harapkan bisa membenarkan otaknya yang mungkin terjadi kesalahan.

Shilla menghampiri meja belajarnya setelah membanting pelan HP barunya di tempat tidur,  di meja belajar itu ada benda yang terlihat nampak lebih terang di banding benda lainnya, kota bekal merah muda.. pemberian gabriel pagi tadi.

Shilla lagi-lagi tersenyum, dengan alasan berbeda. Kali Ini karena sikap manis pangeran hatinya, yang dengan manis memberi bekal pagi tadi yang katanya di buat sendiri.  Lihat. kurang perfect apa lagi si pujaan hatinya, sudah baik, dermawan, ganteng, dan..... pinter masak. Shilla harus mengakui nasi goreng buat gabriel tidak bisa di bilang biasa. Itu luar biasa enak.

Shilla mengelus kotak bekal itu penuh sayang, membayangkan bahwa kotak bekal itu adalah gabriel. Lalu setelah puas mengelus-ngelus si kotak bekal merah muda itu, ia peluk kuat-kuat kotak bekal itu, masih membayangkan itu adalah gabriel. Dalam hati mengukuhkan, ini yang terbaik, ini yang paling benar. Takkan berubah, dan tak akan ia izinkan untuk di ubah. Kotak bekal merah muda itu.. yang berharga. Seperti pemberinya yang berharga.


***



            Ify masih meringkuk di sudut kamarnya yang luas. Ia melipat kakinya di depan dada dan memeluknya erat dengan kedua tangan pucatnya. Airmata nya pun tak henti-hentinya berproduksi sejak 1 jam yang lalu.

            Harapan hati kecilnya yang menginginkan ini tidak nyata, membuatnya semakin terpuruk. Pukulan-pukulan keras yang ia tujukan untuk dirinya sendiri, nyatanya terasa sakit, memilukan. Ini nyata fy. Dan kamu bisa berbuat apa? Hanya menangis seperti ini, bahkan ini juga tidak bisa mengubah apapun. Keluargamu yang sudah hancur, akan semakin hancur.

            Dada ify semakin sesak, mengingat mimpi buruknya akan segera menjadi kenyataan. Jika biasanya ia selalu bilang pada orang tuanya untuk segera bercerai jika tidak bisa lagi sejalan. Percayalah, hati ify bertolak belakang dari itu semua. Hati ify menentang habis hal itu, perceraian.

            Lalu, kenapa tidak ada yang peka dengan hatinya. Kenapa semuanya tak berjalan sesuai kemauan hatinya yang terpendam. Kenapa orang tua bangsat itu harus mewujudkan ketakutannya. Benarkah? Tidak adakah yang mengerti hatinya? Tidak adakah yang peduli dengan hatinya, dengan dirinya.

“..lyssa..” ify masih membenamkan wajahnya, terlalu berat hanya untuk sekedar mengangkat kepalanya untuk melihat siapa yang baru saja memanggil namanya.

Lalu beberapa detik setelah itu. ify merasa ada yang memeluk kuat tubuhnya, dan ify merasa jauh lebih tenang, bisa kembali tersenyum di balik lukanya. pelukan kokoh itu, harum parfum ini, ify tau. Ia peluk balik tubuh kokoh pemuda itu. Dan dari hatinya terdalam, memang ini yang ia inginkan. Pemuda ini, masih mempedulikannya.

*


Rio memparkir mobilnya dengan sembarang. Tidak peduli dengan beberapa pot bunga yang hancur karena tertubruk mobilnya, ia segera berlari memasuki rumah yang tak kalah mewah dari istananya, menaiki undakan tangga untuk mencapai lantai dua, lalu membuka pintu dengan bertuliskan alyssa’s room dengan kunci cadangan yang ia dapat dari salah satu pembantu disana.

“lyssa...” rio semakin kalut, ia hampiri dengan langkah panjang seseorang yang meringkuk di pojok kamar besar itu.

Rio segera memeluk tubuh mungil yang tengah bergetar hebat itu, menyalurkan energi-energi positif yang kiranya membuat gadis berdagu tirus itu lebih kuat, lebih tegar.”lyssa, it’s gonna be OK, i’m here.. for you.... calm down

Rio terus mengelus punggung gadis itu lembut, bermaksud untuk memberi ketenangan.

“..aku.. gak.. mau.. me..re..ka ce..rai...” dan tubuh ify lemas. Ify tak lagi sadarkan diri.



To be continued....


Part 16 : http://egaditya.blogspot.com/2013/08/kamu-untuk-aku-part-16.html

8 komentar:

  1. makin keren kak :)
    lanjut lanjut. post'nya jangan ngaret dong kak. kepo nih. Shillaaaaa ngeselin banget nyuekin Rio :(
    lanjut kak lanjut :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. thank you (y)
      iya, memang shilla ngeselin, untung cantik *lho

      Hapus
    2. Ini couplenya siapa aja kak?

      Hapus
    3. maunya siapa aja hehehe
      sejauh ini belum di tentuin pasti sih~

      Hapus
  2. Kapan dilanjutin ka part nya._. Penasaran mampus nih T_T

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya maaf ini memang ngaretnya luar biasa banget. di usahain sesegera mungkn deh :D tunggu selalu yaaaa

      Hapus
  3. yoshill boleh? ._. jarang loh kak ._.v

    BalasHapus