Kisah cinta diam-diam akan selalu
ada.
Cinta yang bisa saja membawa suka
dan duka datang dalam waktu yang sama.
Cinta yang selalu tidak jelas
ujungnya, tidak jelas arahnya.
Cinta yang oleh sebagian orang
ingin di akhiri, namun adapula yang ingin terus merasakannya.
Shilla
menarik nafas panjang, lalu di hembuskan perlahan, menarik nafas panjang lagi,
lalu kembali di hembuskan perlahan. Begitu seterusnya sudah dari 15 menit yang
lalu.
Shilla
melirik jam sekilas.”aaa... 5 menit lagi.. mampus mampus... gue deg-degan..”
TINN.
“eh
copot. Tukan belum 5 menit .. copot.. aduh gimana..”
Ina
menyembul di pintu kamar shilla.”shilla .. itu... emm gabriel udah dateng.”
“iya
bun, shilla udah siap kok..” sahut shilla sambil mengambil tas ransel merah
mudanya.
“kak
rio bener-bener gak jemput hari ini shill?
Shilla
tergagap, menunduk sebentar sebelum akhirnya ia menjawab dengan terbata.” Emm,
iya kok bun, emmm. .. lagian kelas 3 kan lagi sibuk-sibuknya nyiapin ujian bun?”
“yaudah
kamu hati-hati ya berangkat sekolahnya. “
“emm..
iya bun, shilla berangkat dulu yaaa..”
***
Rio
mengetuk pintu kayu bercat putih itu sekali lagi. Namun tetap saja tidak ada
yang menyahut. Ia melirik jam nya, jam 07:05. Dia tidak terlambat terlalu lama.”
Apa shilla bener-bener udah berangkat
sekolah?”. Karena ujian try Out untuk hari pertama ini di jadwalkan pukul
09.00, Rio menyempatkan waktu untuk menjemput shilla, dengan maksud dia akan
mendapat semangat tersendiri jika bisa melihat gadis itu sebelum ujian di
mulai.
“ada
yang bisa di bantu dek..? “
Rio
menoleh, melihat sumber suara yang ternyata berasal dari rumah sebelah. yang
mungkin saja terkusik dengan aksi penggedoran pintu yang ia lakukan. “emm ini
bu.. ini yang punya rumah pada kemana ya ?..”
“oh.
bu ina sama shilla maksudnya..” rio hanya mengangguk, lalu ibu paruh baya itu
kembali melanjutkan ucapannya. “Ya kalo neng shilla jelas berangkat sekolah
atuh, kalo ibu ina, tadi gak lama dari shilla berangkat pergi keluar juga ,
mungkin teh ke pasar yak..”
Rio
mengangguk-ngagguk, mengerti “shilla.. berangkat sendiri?”
“tidak
nak, Tadi teh neng shilla berangkatnya dijemput sama pak dokter kasep..”
Rio
diam, pikirannya mempertanyakan siapa pemuda yang di maksud ibu paruh baya
tetangga shilla. “Dokter? Siapa namanya
kasep? Asep? Apa.. keset?“
“lah
si adek mah ada perlu apa sama shilla. atau kalo gak sampaiin ke ibuk saja,
nanti ibuk sampaikan.”
Rio
mendesah pelan.”gak ada apa-apa kok bu, kalo gitu makasih bu, saya permisi
dulu.”
***
Gabriel
menginjak rem perlahan, “sudah sampai..” ucap gabriel begitu mobilnya sudah
benar-benar berhenti , tepat di depan gerbang bertuliskan SMA harapan jaya.
“hehe
iyanih, sekali lagi aku makasih banget ya kak udah di anterin, dan maaf nih
ngerepotin ...” kata shilla, terlihat tulus dengan senyum manis di akhir
kalimatnya.
Gabriel
tersenyum, lalu dengan lembut mengacak rambut shilla yang pagi ini sengaja di
sisir serapi mungkin.
“ayolah
shill, kakak udah menawarkan diri buat nganterin kamu, mana mungkin kakak
ngerasa di repotin..”
Shilla
hanya bisa tersenyum. Membenarkan letak tasnya, dan bersiap untuk menanggalkan jok empuk terios putih itu. “emm, shilla
sekolah dulu ya kak..”
“yuup,
belajar yang bener ya, jangan mikirin kakak terus..”
Shilla
yakin, wajahnya pasti saat ini tengah memerah. Karena dia bisa merasakan betapa
rasa panas menjalari wajahnya. Ia hanya bisa menunduk. Malu tidak bisa
menyembunyikan apapun dari gabriel.
Gabriel
mengacak lembut –lagi- puncak kepala shilla.”jadi sekolah gak kamu, apa kakak
culik aja?” kata gabriel, dengan nada jahil.
Shilla
mengangkat kepala,dengan penuh harapan semu merah di pipinya tidak lagi
terlihat jelas, memandang gabriel yang masih terkikik jahil.”huu.. dasar kakak
jahil. Yaudah bye kak.”
Tanpa
membutuhkan waktu lama, shilla sudah keluar dari mobil gabriel. Melangkah
beberapa langkah untuk menjauhi mobil terios putih itu, dan berniat tidak akan
masuk ke sekolahnya sebelum mobil gabriel pergi dari tempat itu.
“lho..
kok malah ikut keluar kak..?” shilla menyerengitkan dahi, melihat gabriel yang
sekarang sudah berada 2 langkah dari tempat nya berdiri.
”ada
yang hampir kelupaan..” Gabriel menyodorkan kotak bekal berwarna merah muda
berukuran sedang pada shilla. ”ini, buat sarapan. Spesial Kakak yang buat
lho..”
“ha?
Ini kakak serius? Buat aku beneran?”
“iya
shilla, jangan lupa di makan ya..”
“Pasti
di makan kok kak..”
Gabriel
mengacungkan kedua jempolnya. “yaudah. Kalo begitu, tuan putri sudah di izinkan
untuk memasuki sekolahnya..”
Shilla
membalas lambaian tangan gabriel sebelum pemuda itu melajukan mobilnya. Lalu saat
mobil gabriel sudah tidak terlihat lagi, ia melangkahkan kakinya memasuki
gerbang sekolah dengan senyuman yang lebih cerah dari hari-hari biasanya.
“oh
jadi itu yang namanya kak gabriel..”
Shilla
terjingkat ke belakang sangking kagetnya, sampai-sampai menubruk segerombolan
siswi-siswi yang berada di belakangnya.”aduh sorry ya... sorry..” ucapnya
cepat, sebelum segerombolan yang tidak ia kenal itu mengomelinya atau bahkan
bisa saja memarahinya.
Setelah
segerombolan yang di tabraknya, merasa hal itu tidak masalah dan melanjutkan
perjalanan mereka dengan tanpa mengomeli shilla. shilla menatap garang orang
yang membuatnya terkejut. Orang itu.... agni. “nanyanya gak ada cara lain ya?
Yang gak perlu ngagetin gue gitu?”
Agni
masih diam, pura-pura memikirkan cara lain yang di maksud shilla.”gak ada tuh
kayaknya..”
“nyebelin
deh lo ag, ngerusak mood orang yang lagi bagus-bagusnya taugak?”
“bagus?
gara-gara kak gabriel..? “ dengan sinis agni melipat kedua tangannya di depan
dadanya, menatap tajam ke arah Shilla. dia Pro
rio. Titik.
“
iya dong... iri yaa.. sinis gitu?” shilla tidak mau kalah, ia ikut-ikut melipat
tangan di depan dada sambil menjulurkan lidah di akhir kalimatnya.
“enggak
tuh.. iya sih orangnya cakep..”
“perhatian
lagi..” potong shilla cepat, kotak bekal merah muda pemberian gabriel ia
goyang-goyangkan tepat di depan wajah agni.
Agni
memutar bola matanya kesal.”oke.. oke... tapi tetep tuh gue yakin kalo cinta
nya kak rio ke lo lebih besar dan lebih ngeyakinin..”
“yah,
nama orang itu lagi di sebut-sebut..” shilla mendengus keras.” Jadi rusak bener
deh mood gue..” tambahnya.
“tapi
gue serius shill...”
“cakka kok belum berangkat ya?” sudah jelas, shilla mengalihkan pembicaraan.
Sekarang ia sedang pura-pura sibuk mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru
kelas.
“ih
shilla nyebelin.”
***
Rio
masih memusatkan perhatiannya pada jalanan ibukota yang selalu ramai, saat tau-tau
handphone nya bergetar dua kali sebagai tanda ada pesan baru yang masuk.
Tanpa
mengurangi konsentrasi nya pada jalanan rio mengambil handphone miliknya dari
saku celana. Dan segera membuka pesan
masuk tersebut dengan gerakan lincah.
Rio
mengucek matanya sekali lagi. Tidak percaya dengan apa yang di lihatnya. Tapi
setelah berkali-kali mengucek-ngucek mata, hasil nya tetap sama. Tidak ada yang
salah dari penglihatnya.
From
: Mama
Mario, I can only pray for your
examination today.
Do the best mario.
I love you, and.. i miss you so
much.
Rio
mengangkat kedua ujung bibirnya, tersenyum lebar. Semangat nya membara, meski
tak bertemu shilla yang di anggap bisa membakar semangatnya, tapi pesan singkat
yang sepertinya mustahil di kirim mamanya ini jauh lebih dari cukup. Ia
bersemangat untuk hari ini.
To
: my mama
YES mom. I will do the best.... for you.
Thank you....
I love you too. And i miss you more
than you missed me..
One again, thank you so much. For
your support.
***
“shill,
gue ada kabar gembira buat elo..”
Shilla
tersentak, mengelus dada. Lalu meletakkan novel pinjaman yang baru di baca 1/3
halaman.”elah. ni orang-orang seneng banget sih ni hari nganggetin gue..”
Cakka.
Tanpa merasa bersalah malah mentertawakan shilla yang sekarang sedang menatap
tajam ke arahnya dengan masih mengelus-ngelus dada dramatis.
“malah
ketawa lagi. Minta maaf gitu kek.”
Cakka
menarik nafas panjang, mencoba mengontrol tawanya.”iya iya maaf ya, tapi gue
bawa kabar gembira beneran kok..”
Shilla
melengos, kurang meyakini kabar gembira yang akan cakka sampaikan. “apaan?”
ucapnya tak acuh.
“gue
tadi rapat OSIS. Gue ngajuin kegiatan camping pas anak kelas 3 ujian. Usulan
gue di terima dan itu artinya... you-know-what-I-mean
lah...”
Shilla
melempar novel pinjamannya sembarang sebagai bentuk keterkejutananya. Shilla
pencinta alam, shilla senang berpetualang, tentu ini merupakan kabar gembira
untuknya. “eh sumpah lo. Kita bakal camping, 1 bulan lagi.”
“yuhuuuu...
seneng kan lo, makasih dulu dong sama gue.”
Tangan
kanan shilla reflek merangkul cakka yang
duduk di samping kanannya, dan tangan kirinya menepuk-nepuk dada cakka
semangat.”makasih banget ya cakka. Lo ketua OSIS terkeren yang pernah ada.”
Cakka
tersenyum bangga, sambil menikmati moment-moment indah seperti ini yang mungkin
akan semakin jarang terjadi, mengingat... banyak pria lain yang memperebutkan
gadis pujaannya. Itu artinya... kesempatannya semakin sedikit.
**
Ify
keluar dengan anggun dari mobil biru kesayangannya. Pagi itu rambut ikal
panjangnya di biarkan terurai dengan di hiasi jepit pita biru muda. Dengan tas
dan sepatu branded yang senada dengan
warna jepit pitanya, Membuat penampilannya nampak lebih cantik dan modis di
banding siswi SMA UYEers lainnya meski dalam balutan seragam yang sama.
Ify
memicingkan mata, merasa mengenali pemuda jangkung dengan perban di bagian dahi
yang tengah berjalan terpincang-pincang
ke arahnya.
Ify
membulatkan mata. Dia memang mengenali pemuda yang ternyata pemilik aston martin one-77 yang terparkir tidak
jauh dari dia memarkir kan jazz
birunya.”astaga rio, lo kenapa bisa kayak gini?” tanya ify cepat begitu ia
berhasil menghampiri pemuda yang masih susah payah berjalan dengan kakinya.
“eh
ssa eh fy maksud gue.. apa kabar?”
“rio
lo belum jawab pertanyaan gue? Lo kecelakaan?”
Rio
tersenyum tipis, “cuman jatoh aja fy.. gak masuk kategori kecelakaan..”
“jatoh
gimana? Kok bisa?”
“ya
jatoh... pas lagi naik sepeda.”
Ify
menyerengitkan dahi.”lo kan gakbisa naik sepeda io?”
Rio
terkikik.”makanya itu.. gue jatuh pas lagi belajar sepeda, sama... shilla.”
jawabnya
Ify
diam, mengetahui kenyataan pahit yang kalo belum terlanjur lebih baik tidak di
ketahui saja.”oh.. tapi lo beneran udah gak papa? Emm maksud gue lo gak ujian
di rumah aja gitu kayak alvin ujian di rumah sakit.”
“gak
deh, kalo di rumah gak ada orang lain yang buat di contekin...” sahut rio asal,
dengan tawa di akhir kalimatnya.
Setelah
menangguk-ngangguk mengerti maksud rio, ify tak lagi mengajukan pertanyaan, ia
hanya takut pertanyaannya di jawab oleh rio dengan jawaban yang membuatnya
semakin merana. Akhirnya, dia memutuskan membantu memapah rio menuju ruang
ujian dengan diam.
Cukup
romantis, setidaknya cukup membuat banyak para siswi-siswi di sekolahnya
manampilkan ekspresi-ekspresi kesal dengan celotehan-celotahan penuh kekecewaan
menyaksikan adegan itu.
***
Tadi,
beberapa menit yang lalu......
Agni,
mundur perlahan. Berharap tidak ada yang menyadari dirinya yang sudah masuk 3
langkah ke dalam kelas. Lalu saat dirinya sudah di luar kelas, ia berlari
sekencang-kencangnya..... tanpa arah.
Ia
berhenti, saat tau-tau yang ada di depannya kini pagar tembok belakang
sekolahnya. Ternyata dia sudah berlari cukup jauh.
Dia
tarik nafas panjang dan di hembuskan perlahan secara teratur. Mengatur nafas
nya yang tadi tercekat hingga dadanya sesak, di tambah dia berlari terlalu
kencang untuk sampai disini.
Tidak
tidak. Dia tidak cemburu. Atau yang mungkin lebih tepatnya –tidak ingin- cemburu.
Mereka bertiga adalah sahabat. Lalu apa yang di permasalahkan dengan adegan
merangkul lalu kemudian menepuk dada. Lagi pula tindakan itu seperti nya hanya
reflek si gadis, sebagai bentuk rasa terima kasihnya pada si pemuda. Dan mereka
berdua itu sahabat, hal yang seperti itu wajar jika harus terjadi.
Lagipula,
semua ini salah. Bukan. Dia bukan menyalahkan diri. Tapi rasa ini yang salah,
rasa menggelitik aneh yang muncul dari hatinya. Rasa yang mungkin saja membuat
orang lain bahagia. Tapi mungkin saja tidak untuk persahabatan ini. Agni,
Shilla dan.... Cakka.
Part 15b : http://egaditya.blogspot.com/2013/07/kamu-untuk-aku-part-15b_20.html
Part 15b : http://egaditya.blogspot.com/2013/07/kamu-untuk-aku-part-15b_20.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar