Sabtu, 20 Juli 2013

Kamu Untuk Aku ( Part 15A)

Kisah cinta diam-diam akan selalu ada.
Cinta yang bisa saja membawa suka dan duka datang dalam waktu yang sama.
Cinta yang selalu tidak jelas ujungnya, tidak jelas arahnya.
Cinta yang oleh sebagian orang ingin di akhiri, namun adapula yang ingin terus merasakannya.

Shilla menarik nafas panjang, lalu di hembuskan perlahan, menarik nafas panjang lagi, lalu kembali di hembuskan perlahan. Begitu seterusnya sudah dari 15 menit yang lalu.

Shilla melirik jam sekilas.”aaa... 5 menit lagi.. mampus mampus... gue deg-degan..”

TINN.

“eh copot. Tukan belum 5 menit .. copot.. aduh gimana..”

Ina menyembul di pintu kamar shilla.”shilla .. itu... emm gabriel udah dateng.”

“iya bun, shilla udah siap kok..” sahut shilla sambil mengambil tas ransel merah mudanya.

“kak rio bener-bener gak jemput hari ini shill?

Shilla tergagap, menunduk sebentar sebelum akhirnya ia menjawab dengan terbata.” Emm, iya kok bun, emmm. .. lagian kelas 3 kan lagi sibuk-sibuknya nyiapin ujian bun?”

“yaudah kamu hati-hati ya berangkat sekolahnya. “

“emm.. iya bun, shilla berangkat dulu yaaa..”


***


Rio mengetuk pintu kayu bercat putih itu sekali lagi. Namun tetap saja tidak ada yang menyahut. Ia melirik jam nya, jam 07:05. Dia tidak terlambat terlalu lama.” Apa shilla bener-bener udah berangkat sekolah?”. Karena ujian try Out untuk hari pertama ini di jadwalkan pukul 09.00, Rio menyempatkan waktu untuk menjemput shilla, dengan maksud dia akan mendapat semangat tersendiri jika bisa melihat gadis itu sebelum ujian di mulai.

“ada yang bisa di bantu dek..? “

Rio menoleh, melihat sumber suara yang ternyata berasal dari rumah sebelah. yang mungkin saja terkusik dengan aksi penggedoran pintu yang ia lakukan. “emm ini bu.. ini yang punya rumah pada kemana ya ?..”

“oh. bu ina sama shilla maksudnya..” rio hanya mengangguk, lalu ibu paruh baya itu kembali melanjutkan ucapannya. “Ya kalo neng shilla jelas berangkat sekolah atuh, kalo ibu ina, tadi gak lama dari shilla berangkat pergi keluar juga , mungkin teh ke pasar yak..”

Rio mengangguk-ngagguk, mengerti “shilla.. berangkat sendiri?”

“tidak nak, Tadi teh neng shilla berangkatnya dijemput sama pak dokter kasep..”

Rio diam, pikirannya mempertanyakan siapa pemuda yang di maksud ibu paruh baya tetangga shilla. “Dokter? Siapa namanya kasep? Asep? Apa.. keset?

“lah si adek mah ada perlu apa sama shilla. atau kalo gak sampaiin ke ibuk saja, nanti ibuk sampaikan.”

Rio mendesah pelan.”gak ada apa-apa kok bu, kalo gitu makasih bu, saya permisi dulu.”



***



Gabriel menginjak rem perlahan, “sudah sampai..” ucap gabriel begitu mobilnya sudah benar-benar berhenti , tepat di depan gerbang bertuliskan SMA  harapan jaya.

“hehe iyanih, sekali lagi aku makasih banget ya kak udah di anterin, dan maaf nih ngerepotin ...” kata shilla, terlihat tulus dengan senyum manis di akhir kalimatnya.

Gabriel tersenyum, lalu dengan lembut mengacak rambut shilla yang pagi ini sengaja di sisir serapi mungkin.

“ayolah shill, kakak udah menawarkan diri buat nganterin kamu, mana mungkin kakak ngerasa di repotin..”

Shilla hanya bisa tersenyum. Membenarkan letak tasnya, dan bersiap untuk menanggalkan jok empuk terios putih itu. “emm, shilla sekolah dulu ya kak..”

“yuup, belajar yang bener ya, jangan mikirin kakak terus..”

Shilla yakin, wajahnya pasti saat ini tengah memerah. Karena dia bisa merasakan betapa rasa panas menjalari wajahnya. Ia hanya bisa menunduk. Malu tidak bisa menyembunyikan apapun dari gabriel.

Gabriel mengacak lembut –lagi- puncak kepala shilla.”jadi sekolah gak kamu, apa kakak culik aja?” kata gabriel, dengan nada jahil.

Shilla mengangkat kepala,dengan penuh harapan semu merah di pipinya tidak lagi terlihat jelas, memandang gabriel yang masih terkikik jahil.”huu.. dasar kakak jahil. Yaudah bye kak.”

Tanpa membutuhkan waktu lama, shilla sudah keluar dari mobil gabriel. Melangkah beberapa langkah untuk menjauhi mobil terios putih itu, dan berniat tidak akan masuk ke sekolahnya sebelum mobil gabriel pergi dari tempat itu.

“lho.. kok malah ikut keluar kak..?” shilla menyerengitkan dahi, melihat gabriel yang sekarang sudah berada 2 langkah dari tempat nya berdiri.

”ada yang hampir kelupaan..” Gabriel menyodorkan kotak bekal berwarna merah muda berukuran sedang pada shilla. ”ini, buat sarapan. Spesial Kakak yang buat lho..”

“ha? Ini kakak serius? Buat aku beneran?”

“iya shilla, jangan lupa di makan ya..”

“Pasti di makan kok kak..”

Gabriel mengacungkan kedua jempolnya. “yaudah. Kalo begitu, tuan putri sudah di izinkan untuk memasuki sekolahnya..”

Shilla membalas lambaian tangan gabriel sebelum pemuda itu melajukan mobilnya. Lalu saat mobil gabriel sudah tidak terlihat lagi, ia melangkahkan kakinya memasuki gerbang sekolah dengan senyuman yang lebih cerah dari hari-hari biasanya.

“oh jadi itu yang namanya kak gabriel..”

Shilla terjingkat ke belakang sangking kagetnya, sampai-sampai menubruk segerombolan siswi-siswi yang berada di belakangnya.”aduh sorry ya... sorry..” ucapnya cepat, sebelum segerombolan yang tidak ia kenal itu mengomelinya atau bahkan bisa saja memarahinya.

Setelah segerombolan yang di tabraknya, merasa hal itu tidak masalah dan melanjutkan perjalanan mereka dengan tanpa mengomeli shilla. shilla menatap garang orang yang membuatnya terkejut. Orang itu.... agni. “nanyanya gak ada cara lain ya? Yang gak perlu ngagetin gue gitu?”

Agni masih diam, pura-pura memikirkan cara lain yang di maksud shilla.”gak ada tuh kayaknya..”

“nyebelin deh lo ag, ngerusak mood orang yang lagi bagus-bagusnya taugak?”

“bagus? gara-gara kak gabriel..? “ dengan sinis agni melipat kedua tangannya di depan dadanya, menatap tajam ke arah Shilla. dia Pro rio. Titik.

“ iya dong... iri yaa.. sinis gitu?” shilla tidak mau kalah, ia ikut-ikut melipat tangan di depan dada sambil menjulurkan lidah di akhir kalimatnya.

“enggak tuh.. iya sih orangnya cakep..”

“perhatian lagi..” potong shilla cepat, kotak bekal merah muda pemberian gabriel ia goyang-goyangkan tepat di depan wajah agni.

Agni memutar bola matanya kesal.”oke.. oke... tapi tetep tuh gue yakin kalo cinta nya kak rio ke lo lebih besar dan lebih ngeyakinin..”

“yah, nama orang itu lagi di sebut-sebut..” shilla mendengus keras.” Jadi rusak bener deh mood gue..” tambahnya.

“tapi gue serius shill...”


“cakka kok belum berangkat ya?” sudah jelas, shilla mengalihkan pembicaraan. Sekarang ia sedang pura-pura sibuk mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru kelas.


“ih shilla nyebelin.”




***




Rio masih memusatkan perhatiannya pada jalanan ibukota yang selalu ramai, saat tau-tau handphone nya bergetar dua kali sebagai tanda ada pesan baru yang masuk.

Tanpa mengurangi konsentrasi nya pada jalanan rio mengambil handphone miliknya dari saku celana. Dan  segera membuka pesan masuk tersebut dengan gerakan lincah.

Rio mengucek matanya sekali lagi. Tidak percaya dengan apa yang di lihatnya. Tapi setelah berkali-kali mengucek-ngucek mata, hasil nya tetap sama. Tidak ada yang salah dari penglihatnya.

From : Mama
Mario, I can only pray for your examination today.
Do the best mario.
I love you, and.. i miss you so much.

Rio mengangkat kedua ujung bibirnya, tersenyum lebar. Semangat nya membara, meski tak bertemu shilla yang di anggap bisa membakar semangatnya, tapi pesan singkat yang sepertinya mustahil di kirim mamanya ini jauh lebih dari cukup. Ia bersemangat untuk hari ini.


To : my mama
YES mom.  I will do the best.... for you.
Thank you....
I love you too. And i miss you more than you missed me..
One again, thank you so much. For your support.




***



“shill, gue ada kabar gembira buat elo..”

Shilla tersentak, mengelus dada. Lalu meletakkan novel pinjaman yang baru di baca 1/3 halaman.”elah. ni orang-orang seneng banget sih ni hari nganggetin gue..”

Cakka. Tanpa merasa bersalah malah mentertawakan shilla yang sekarang sedang menatap tajam ke arahnya dengan masih mengelus-ngelus dada dramatis.

“malah ketawa lagi. Minta maaf gitu kek.”

Cakka menarik nafas panjang, mencoba mengontrol tawanya.”iya iya maaf ya, tapi gue bawa kabar gembira beneran kok..”

Shilla melengos, kurang meyakini kabar gembira yang akan cakka sampaikan. “apaan?” ucapnya tak acuh.

“gue tadi rapat OSIS. Gue ngajuin kegiatan camping pas anak kelas 3 ujian. Usulan gue di terima dan itu artinya... you-know-what-I-mean lah...”

Shilla melempar novel pinjamannya sembarang sebagai bentuk keterkejutananya. Shilla pencinta alam, shilla senang berpetualang, tentu ini merupakan kabar gembira untuknya. “eh sumpah lo. Kita bakal camping, 1 bulan lagi.”

“yuhuuuu... seneng kan lo, makasih dulu dong sama gue.”

Tangan kanan shilla reflek merangkul cakka  yang duduk di samping kanannya, dan tangan kirinya menepuk-nepuk dada cakka semangat.”makasih banget ya cakka. Lo ketua OSIS terkeren yang pernah ada.”

Cakka tersenyum bangga, sambil menikmati moment-moment indah seperti ini yang mungkin akan semakin jarang terjadi, mengingat... banyak pria lain yang memperebutkan gadis pujaannya. Itu artinya... kesempatannya semakin sedikit.



**

Ify keluar dengan anggun dari mobil biru kesayangannya. Pagi itu rambut ikal panjangnya di biarkan terurai dengan di hiasi jepit pita biru muda. Dengan tas dan sepatu branded yang senada dengan warna jepit pitanya, Membuat penampilannya nampak lebih cantik dan modis di banding siswi SMA UYEers lainnya meski dalam balutan seragam yang sama.

Ify memicingkan mata, merasa mengenali pemuda jangkung dengan perban di bagian dahi  yang tengah berjalan terpincang-pincang ke arahnya.

Ify membulatkan mata. Dia memang mengenali pemuda yang ternyata pemilik aston martin one-77 yang terparkir tidak jauh dari dia memarkir kan jazz birunya.”astaga rio, lo kenapa bisa kayak gini?” tanya ify cepat begitu ia berhasil menghampiri pemuda yang masih susah payah berjalan dengan kakinya.

“eh ssa eh fy maksud gue.. apa kabar?”

“rio lo belum jawab pertanyaan gue? Lo kecelakaan?”

Rio tersenyum tipis, “cuman jatoh aja fy.. gak masuk kategori kecelakaan..”

“jatoh gimana? Kok bisa?”

“ya jatoh... pas lagi naik sepeda.”

Ify menyerengitkan dahi.”lo kan gakbisa naik sepeda io?”

Rio terkikik.”makanya itu.. gue jatuh pas lagi belajar sepeda, sama... shilla.” jawabnya

Ify diam, mengetahui kenyataan pahit yang kalo belum terlanjur lebih baik tidak di ketahui saja.”oh.. tapi lo beneran udah gak papa? Emm maksud gue lo gak ujian di rumah aja gitu kayak alvin ujian di rumah sakit.”

“gak deh, kalo di rumah gak ada orang lain yang buat di contekin...” sahut rio asal, dengan tawa di akhir kalimatnya.

Setelah menangguk-ngangguk mengerti maksud rio, ify tak lagi mengajukan pertanyaan, ia hanya takut pertanyaannya di jawab oleh rio dengan jawaban yang membuatnya semakin merana. Akhirnya, dia memutuskan membantu memapah rio menuju ruang ujian dengan diam.

Cukup romantis, setidaknya cukup membuat banyak para siswi-siswi di sekolahnya manampilkan ekspresi-ekspresi kesal dengan celotehan-celotahan penuh kekecewaan menyaksikan adegan itu.


***


Tadi, beberapa menit yang lalu......

Agni, mundur perlahan. Berharap tidak ada yang menyadari dirinya yang sudah masuk 3 langkah ke dalam kelas. Lalu saat dirinya sudah di luar kelas, ia berlari sekencang-kencangnya..... tanpa arah. 

Ia berhenti, saat tau-tau yang ada di depannya kini pagar tembok belakang sekolahnya. Ternyata dia sudah berlari cukup jauh.

Dia tarik nafas panjang dan di hembuskan perlahan secara teratur. Mengatur nafas nya yang tadi tercekat hingga dadanya sesak, di tambah dia berlari terlalu kencang untuk sampai disini.

Tidak tidak. Dia tidak cemburu. Atau yang mungkin lebih tepatnya –tidak ingin- cemburu. Mereka bertiga adalah sahabat. Lalu apa yang di permasalahkan dengan adegan merangkul lalu kemudian menepuk dada. Lagi pula tindakan itu seperti nya hanya reflek si gadis, sebagai bentuk rasa terima kasihnya pada si pemuda. Dan mereka berdua itu sahabat, hal yang seperti itu wajar jika harus terjadi.


Lagipula, semua ini salah. Bukan. Dia bukan menyalahkan diri. Tapi rasa ini yang salah, rasa menggelitik aneh yang muncul dari hatinya. Rasa yang mungkin saja membuat orang lain bahagia. Tapi mungkin saja tidak untuk persahabatan ini. Agni, Shilla dan.... Cakka.



Part 15b : http://egaditya.blogspot.com/2013/07/kamu-untuk-aku-part-15b_20.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar