Upacara rutin tiap hari senin, selesai di laksanakan. Shilla segera berlari cepat menuju kelasnya, memanfaatkan waktu dan kesempatan sedikit apapun untuk menyalin PR fisika yang akan berlangsung pada jam pertama, yang akan di mulai 15 menit lagi. yang memang belum sempat ia kerjakan semalam karena sudah terlalu malam sampai di rumah dan dia terlalu letih untuk mengerjakan soal fisika yang walau hanya 5 butir itu.
“aduh, 5 menit lagi... mana baru nulis 2 nomor lagi ...”
“ishh, nih soal satu! jawabannya kayak kereta deh..”
“ini gimana juga cara nya? masa’ gue gak ngerti, tapi nulis-nulis aja...”
“semoga pak teguh dapet panggilan alam di saat dalam perjalanan kesini, ya Allah...”
Kurang lebih begitu gerutuan2 shilla di acara manyalinnya. Dalam hati shilla bersyukur punya teman sebaik agni yang sudah berbaik hati bersedia membagi jawaban padanya dan terus memotivasi dirinya untuk tetap semangat menyalin PR meski sempat tertawa sesekali mendengar ocehan tidak jelas dari mulutnya.
“pak teguh, istri lo noh mau ngelahirin...” shilla kembali melontarkan kalimat yang kali ini membuat beberapa temannya yangmendengar terkikik geli.
“GAK BISA sambil diem ya nyalinnya!” suara itu terdengar tak seperti biasanya. Kali ini ketus dan sangat tidak bersahabat. Mau tidak mau membuat shilla dan agni dengan cepat menoleh ke belakang, menghadap asal suara.
“apaan deh cakk, nyante aja.. kayak gatau shilla kalo lagi panic aja lo.. ” agni yang menanggapi, karena shilla masih ternganga yang –mungkin- karena masih kurang percaya dengan yang sedang terjadi.
“kamu.. kalo gak mau panic gini. Kerjain tuh PR di rumah kemaren!, gak malah pergi sama dokter ke pasar malam!!” dan percayalah, ini ucapan –paling- tidak ramah yang pernah shilla dengar dari mulut cakka. Dan sekalinya dia dengar, ucapan pedas itu untuknya. Dan sangking pedasnya, sekali mendengar, shilla sudah langsung berada di tingkat emosi tertingginya.
“dan... kamu cakka.. kalo kamu gak suka liat aku NYONTEK. omongin terang-terangan! Gak usah bawa- bawa kak gabriel.” Shilla berucap kental dengan emosi, berucap dengan datar dengan tatapan tajam menatap tepat bola hitam mata cakka.
Tatap saling tatap itu tak bertahan lama, karena detik selanjutnya shilla segera mengalihkan pandangan kembali ke depan karena beberapa saat lalu pak teguh sudah memasuki ruangan dengan wajah bringas khas guru killer.
“nih, buku lo ag. Gue gak usah ngumpul. Tapi, makasih kamu udah baik hati minjemin Pr lo. “ shilla berucap tanpa memandang agni yang tengah menatap prihatin ke arahnya. untuk memikirkan shilla di bentak-bentak pak teguh saja agni sudah tak tega apalagi sebentar lagi dia akan menyaksikannya. Belum lagi hukuman yang akan di berikan oleh pak teguh untuk anak-anak yang menurutnya meremehkannya jika tak mengerjakan PR.
“tapi shill...”
“gak apa ag, tenang aja...” kali ini shilla menghadap ke samping kirinya, menatap agni. mencoba meyakinkan kalo dirinya baik-baik saja -meski sebenarnya dirinya pun tak yakin- dengan memberi senyum sebisanya.
“SIAPA YANG TIDAK MENGERJAKAN PR?” suara horror pak teguh menggelegar hebat mengisi ruangan XI IPA 2 yang membuat para siswa seketika ketar-ketir mengeluarkan buku fisika mereka yang sengaja di sampul serapi mungkin untuk memenuhi keinginan pak teguh dari dalam tas masing-masing. beda yang di lakukan dengan shilla, dia berdiri dengan menunduk.
Dan berdirinya shilla, mau tak mau Membuat pemuda jangkung yang duduk tepat di belakang shilla yang –mungkin- salah satu alasan membuat shilla nekad mengakui kesalahannya, merasa lebih bersalah lagi. Dia sudah merasa bersalah ketika dengan tiba-tiba membentak shilla tanpa alasan. Tambah bersalah lagi, ketika samar-samar mendengar shilla berucap pada agni bahwa dia tidak akan mengumpul PR pak teguh. Dan sakarang semakin sangat amat tambah bersalah, melihat gadis itu nekad berdiri dengan wajah yang sudah pucat pasi begitu,
“OW, JADI KAMU ASHILLA. SILAHKAN MAJU!!” shilla tanpa menunggu perintah kedua kalinya segera melangkahkan kaki nya mendekati guru yang hobby memelintir kumis tebal kebanggaannya itu.
Dan detik berikutnya, pak teguh sudah berkoar-koar pada shilla yang hanya bisa menunduk tak berani menatap guru killer di hadapannya. Dan itu membuat agni, semakin iba dengan kisah buruk teman sebangkunya yang menjadi korban guru yang tak pernah di fikirkan dulu akan dampak dari ucapannya itu. tak beda jauh yang difikirkan agni, cakka pun memikirkan hal yang sama. Di tambah lagi dengan beban merasa bersalahnya.
Shilla melangkah perlahan keluar kelas, masih dengan wajah pucat dan keringat yang terus mengaliri pelipisnya. Kali ini ia akan menjalankan siksaan pak teguh selanjutnya. Berdiri di depan kelas dengan kaki di angkat satu, dan kedua tangan memegangi telianga, hukuman zaman dulu.
Hilangnya shilla di balik pintu membuat agni tersadar akan sesuatu, ia segera menoleh kembali ke teman prianya, cakka. “jelasin ke gue cakk?”
Meski suara agni hanya sekedar suara bisikan, namun bisa terdengar cakka yang masih sibuk merutuki dirinya sendiri. “sorry ag, gue juga gak tau kenapa gue bisa kelepasan gitu. Gue.... lagi.... banyak pikiran..” cakka menghela nafas di akhir kalimatnya. Tak yakin dengan alasan yang ia lontarkan pada agni, dia banyak pikiran? Memang yang sedang ia pikirkan apa?.
“tapi ini tetep salah lo cakk....”
“iya gue pasti minta maaf, ag. pasti!!” cakka memotong cepat, dengan kesungguhan di tiap nada kalimat yang ia ucapkan. Membuat agni, segera mengangguk mempercayai kesungguhan cakka dan menyetujuinya.
“EKHEM... AGNI, CAKKA, SUDAH SELESAI BELUM PACARANNYA.. APA MAU NYUSUL TEMENNYA?”
“saya mau pak..”
“SILAHKAN KELUAR CAKKA...”
cakka segera melangkah cepat keluar kelas dengan ekspresi wajah yang tidak sesuai dengan siswa kena hukuman pada umumnya. Dan itu membuat agni dan juga seluruh teman kelasnya,... sempat heran sebelumnya “gila aja di tawarin hukuman langsung mau?”
*
“Maafin gue...” shilla segera menoleh ke asal suara yang saat ini tengah melakukan posisi yang sama dengan dirinya. Dan itu membuat shilla tertawa, sungguh berbeda jauh dengan apa yang di pikirkan si pemilik suara sebelumnya.
“ngapain ketua OSIS, pose jelek gitu...” shilla menanggapi dengan terkikik melihat tampang dan pose bodoh yang mestinya tak akan di lakukan oleh seorang ketua OSIS.
Ketua OSIS yang di maksud shilla, yang tak lain dan tak bukan adalah cakka ternganga mendapati teman kentalnya yang harusnya saat ini marah seperti sebelumnya sudah berucap padanya dengan nada bayolan seperti biasanya. Tapi cakka belum lega..”maafin gue...”
Shilla tersenyum sekilas sebelum akhirnya menjawab,”nyantai kali kka, kita udah temenan juga gak sebentar, gue gak mau ngelakuin hal bodoh, bikin masalah Cuma gara-gara masalah sepele gitu..”
Senyum cakka seketika berkembang, “thanks ndut, tumben dewasa..”
Lalu keduanya tertawa, sudah kembali dengan suasana persahabatan hangat yang mengikat mereka 10 tahun ini.
“CAKKA SEBENARNYA KAMU MAUNYA AGNI APA SHILLA?..” pak teguh berujar keras dari dalam kelas merasakan keributan kecil yang di hasilkan 2 anak didiknya yang sedang melaksanakan hukuman darinya.
“DUA-DUANYA PAK.. “ cakka menyahut tak kalah kencang, yang membuat shilla dan dirinya tertawa. Tanpa kecuali teman-teman yang tengah berkerja keras memutar otak 2 jam bersama teguh.
***
Jam 3 sore. Di taman biasa. Rio masih ingat betul janji yang dia buat dengan gadis kucel yang mengaku namanya shilla itu. shilla? kebagusan tuh nama buat dia, gak sesuai sama orangnya. Bagusan juga monyet. Lebih menjiwai karakter. Haha. Rio berfikir sendiri lalu tertawa sendiri. Sembari menunggu gadis yang baru saja dia fikirkan. Hei, tunggu dulu. Sejak kapan seorang mario menunggu, yang ada biasanya juga dia yang di tunggu. Gak bisa di biarin.
Rio setelah berfikir keras apa yang akan di lakukan untuk tak jadi penunggu di janji ketemuan mereka itu, akhirnya mengambil tindakan yang menurutnya tepat. Rio segera beranjak dari duduknya dan meninggalkan bangku taman yang beberapa hari lalu dia duduki dengan shilla. dia terus berjalan, dan setelah menemukan pohon yang kiranya tepat untuk rencananya. Rio segera berdiri di balik pohon itu agar tak terlihat dari bangku yang sempat ia duduki tadi. Dan dia akan muncul jika gadis yang ia tunggui sudah muncul di tempat yang sudah di janjikan. Meski ini namanya tetap dia yang menunggu, tapi setidaknya dia tak menunggu secara gamblang. Dia tak mau menunggu, titik.
*
Shilla menghampiri bangku taman di salah satu taman yang akhir-akhir ini lebih kerap ia kunjungi, lalu segera duduk dengan pandangan beredar mengelilingi taman yang sore itu cukup banyak pengunjung. ia Sedang Mencari, siapa lagi kalo bukan pemuda sengak yang membuat janji padanya. “atau jangan-jangan, rio ngerjain gue, tuh anak kan iblis banget otaknya.. aduh shilla! bego banget, bisa gak kepikiran.”
Tapi detik berikutnya pikiran shilla berubah, tak lagi memikirkan kalo dirinya sedang di kerjai. Karena orang yang membuat janji padanya sudah muncul, dengan tiba-tiba menjatuhkan tubuhnya tepat di samping kiri shilla.
“mau apa lo dari gue..?” kalimat ketus nan menyebalkan segera shilla lontarkan, kalo untuk pria sombong begini mah gak perlu basa-basi. Pikir shilla sebal.
Yang langsung oleh rio di sambut dengan tatapan tajam . “nih cewek nyebelin banget, sumpah...!! gak nyesel gue udah nyiapin kerjaan yang super sadis buat die..!”
Shilla mulai merasakan hawa tidak enak, saat rio mengeluarkan tatapan menyebalkannya. Semakin merasakan hal tidak enak, ketika pria di sampingnya dengan kasar mengobrak-abrik tas bermerknya tanpa sebelumnya menjawab tanya yang ia lontarkan. Dan meski ia tidak mengerti dengan 2 buku yang di lempar oleh rio padanya, dia sudah merasa lebih tidak enak.
“guru gue ngasih tugas buat ngumpul catatan sejarah....”
“ya tinggal kumpul aja kan...” shilla memotong cepat dengan nada ketus dan raut muka yang sudah menunjukkan kekesalan.
Dan rio tersenyum sinis mendapati shilla memotong kalimatnya dengan ucapan mudah seperti tak mengetahui jalan pikiran liciknya.”mau gue juga gitu, tapi sayangnya.... gue gak pernah nyatet materi sejarah.... dan gue pikir lo udah ngerti tujuan omongan gue..”
Shilla sudah melongo dengan wajah pasrah kali ini. Lalu menatap dua buku yang ada di pangkuannya dengan nanar.
“tulis yang rapi ya..” suara bariton tanpa beban itu sangat berhasil membuat shilla mengepalkan tangan geram. Siap kapan saja untuk menghantam pipi mulus terawat pemuda di sampingnya “...atau kamu gak tau terima kasih.”
“STOP!!... berhenti ngomong atau gak gue tulisin...” shilla memotong kembali, kali ini dengan amarah yang tertahan. Dan rio, dengan santai nya mengangkat bahunya acuh tak acuh mendapati gadis di depan nya sudah marah besar.
***
Ify menekan beberapa kali tlakson jazz birunya, lalu baru pada tlaksonan ketiga salah satu pembantunya membukakan pintu gerbang tinggi rumahnya. Setelah melewati halaman kecil rumahnya, ify segera memasukkan mobil nya ke garasi besar yang bisa memuat sampai 5 mobil itu.
“ck, itu ngapa mobil orang2 ada di rumah?” ify berucap malas, mendapati mobil freed hitam dan avanza hitam sudah terlebih dahulu ada di garasi mobil keluarganya.
Dan benar saja, yang membuat malas hanya sekedar memikirkan nya ternyata sudah terjadi hebat di dalam rumahnya. Pertengkaran.
“KAN SUDAH SAYA BILANG DANU ITU REKAN BISNIS SAYA, GAK LEBIH DARI ITU....” suara mama ify yang pertama kali mengisi gendang telinga ify yang tengah melepas sepatu converse nya di ruang tamu.
“HALAH, MUNAFIK KAMU. KALO HANYA REKAN BISNIS BIASA, TIDAK MUNGKIN KALIAN SAMPAI BERMALAM DI HOTEL BERSAMA...” yang selanjutnya ify dengar suara berat penuh wibawa milik papanya.
“KAMU GAK USAH KURANG AJAR WIN, KAMU PIKIR SAYA WANITA APA?...”
“KAMU ITU.... GAK LEBIH DARI WANITA MURAHAN...”
“BERISIK WOI..” ify yang sudah tidak tahan dengan kegiatan rutin orang tuanya itu, dengan segera mendekati lokasi pertengkaran yang mau tidak mau membuat sarah-ibu ify- mengatupkan kembali mulutnya yang sudah bersiap untuk kembali membuka suara.”KALO KALIAN PULANG CUMA BUAT BERANTEM. GAK USAH PULANG SEKALIAN.... ORANG TUA SIALAN!!!”
“PLAAAAKKK!!!” tamparan keras mendarat cepat di pipi kiri ify, membuat pipi ify dengan cepat memerah.
Setelah di awali tertawa hambar sebelumnya, ify berujar datar.”haha, gue di tampar, lo gak mau bunuh gue sekalian?” lalu menatap tajam mamanya yang sudah mengepalkan kedua tangannya murka.
“KAMU, ANAK GAK TAU DI UNTUNG YA!!”
“MASIH NGAKUIN GUE ANAK LO!!!”
“DIAM KAMU!!!”
“DIAM?... SAYA DIAM KALO KALIAN DIAM!!! DAN KALIAN ITU GAK BISA DIAM!!!.... KALIAN ITU!! KALO GAK ADA KERJAAN LAIN SELAIN BERANTEM, CERAI AJA SANA!!! BUNUH-BUNUHAN SEKALIAN!!”
Baru tangan sarah melayang di udara untuk menampar anak tunggalnya kembali, tangan itu segera di cekal erwin yang sedari tadi hanya diam menyaksikan pertengkaran antara istrinya dan anaknya. Membuka suara, “ify, kamu masuk kamarmu sebentar nak, mama sama papa lagi ada yang ingin di selesaikan.”
“gue gak peduli... gue gak butuh penjelasan..” ify kali ini menatap papanya dengan tatapan sinis penuh kerapuhan. Lalu segera melangkah gontai menaiki tangga menuju kamarnya. “PANGGIL GUE KALO UDAH ADA YANG MATI..!!” ucap ify keras dengan airmata yang dengan cepat jatuh dari matanya.
“ANAK KURANG AJAR!!! LIAT ITU.... HASIL DIDIKAN KAMU... LIAT!!!.. DASAR LAKI-LAKI GAK BECUS..” suara keras mama ify adalah suara yang terakhir ify dengar sebelum memasuki kamarnya yang berada di ujung lantai dua.
***
“nyet, tulisan lo jelek banget sih, kasian buku gue...”
“nyet masa’ udah dari tadi, lo nulisnya baru nyampe segitu, mau selesai kapan coba!! Lemot..”
“rapiin dikit sih...”
“kok diem aja sih nyet, dari tadi di ajak cowok ganteng ngomong juga!!!”
Rio tak hentinya berucap ketus dengan susunan kalimat yang hampir sama, ‘ngejleb’ banget di hati shilla. dan shilla, saat rio berucap akan menatap sinis rio sebentar, dan rio membalas nya dengan tatapan yang tak kalah sinis. Lalu di lanjutkan dengan membatin, “sabar shilla, anggap pria ini tak ada dan suara menyebalkan itu suara jangkrik..” setelah membantin menyabarkan diri, shilla akan menghela nafas panjang dan tanpa membalas ucapan ketus rio dia akan kembali melanjutkan kegiatan menulis nya.
“ah, nyet, gue garing..” rio berucap prustasi, mendapati shilla yang tak bergeming sedikit pun dengan ucapan pedasnya, yang tak seperti biasanya akan melawan dengan tak kalah pedas.
“nyet!, apa!.. susahnya ngomong?...” rio masih tetap berusaha membentuk pertengkaran dengan shilla. Dia tak tahan untuk tak berbicara di dekat gadis ini. Berbeda sekali dengan ia biasanya, yang tak sudi mengeluarkan sedikit pun suaranya bahkan hal penting sekalipun jika itu di depan umum.
“aku gak punya pulsa..?” jawab shilla datar, tanpa mengalihkan pandangannya dari deretan tulisan catatan sejarah yang entah kenapa tak ada habisnya. Dia menjawab itu hanya sekedar mengikuti trand iklan yang tengah buming.
“haha, bego lo. Ngomong begini mah gak perlu pulsa. Sms sama nelfon noh butuh pulsa.. ketara banget kalo gak pernah mainan HP..” rio terbahak sendiri setelah menyelesaikan ucapannya. Entah dari segi mananya yang lucu, hingga membuatnya tertawa berbahak seperti begitu. Yang membuat shilla semakin tak tahan untuk tidak merealisasikan emosinya. “pas diem, di suruh ngomong. Pas udah ngomng di bilang goblok. Di hina lagi. Ngajak tawur banget ni orang..”
Lalu keadaan selanjutnya hening, rio yang memang sudah kehabisan bahan omongan memutuskan untuk berkencan dengan PSP terbarunya. Dan Shilla yang memang terlalu sibuk menulis, begitu menikmati masa masa hening tanpa ucapan bengis rio. Dan tak ada keinginan sedikit pun untuk membentuk percakapan. Atau lebih tepatnya pertengkaran. Kecuali, jika suara nya di perlukan.
“gue gak sanggup nih,,?” dan akhirnya si manusia berjenis kelamin perempuan-shilla- yang memecah keheningan, membuat rio segera menoleh dengan menyerengitkan dahi tak mengerti arah pembicaraan gadis yang sudah terlihat prustasi di sampingnya.”gue gak mungkin bisa nyelesaiin ini sekarang...”
Rio mengangguk-ngangguk mulai mengerti, lalu dengan tanpa beban hanya sekedar mengangkat bahu tak mau tau. Lalu kembali berkutik dengan PSP yang setia setiap saat ada di tasnya. Shilla menghela nafas menahan emosi dengan respon yang di tunjukkan rio. Tampak tak peduli.
“gue bawa pulang aja gimana?” shilla berucap sudah dengan muka memelas. dan rio mengangguk-ngangguk saja tanpa melihat shilla, masih tetap sibuk dengan PSPnya.”ngangguk-ngangguk maksudnya setuju lo?” rio kembali mengangguk-ngangguk.”RIO!!!... “kali ini rio tak mengangguk-ngangguk menanggapinya, tapi kali ini ia melotot kearah shilla, pasalnya PSP yang sedang ia mainkan di rebut paksa shilla.
“balikin...” setelah ada pertengkaran kecil merebutkan PSP, akhirnya PSP telah kembali pada rio, tapi yang di tampilkan layar PSPnya tak kembali seperti tadi, jika tadi 2 orang yang tengah saling berkelahi, kali ini yang tertera di layar psp rio adalah tulisan besar berwarna merah cerah “GAME OVER”, “kalah kan gue, lo sih...!!”
“ya terserah, makanya ada orang nanya tuh di jawab!!!”
“ck, memang nanya apa sih lo?”
“tuh kan, gue nanya aja gak sadar. Gue nanya... kalo tugas lo mau selesai, gue bawa pulang aja gimana?
“terserah..” jawab rio yang sebenarnya akan menambahkan beberapa kata lagi, tapi mengurungkan niatnya karena merasakan getaran halus di saku jeansnya.
“terus gue mulangin ke lo nya gimana?”
Bukannya menjawab rio malah senyum-senyum sendiri menatapi isi pesan dari kepala pelayan di rumaahnya-pak kiki- “gue mau pulang...”
“ha? Buku lo?...”
“ck, anter ke sekolah gue hari rabu. Pelajaran sejarah abis istirahat pertama...” rio mengeluarkan kartu pelajarnya dari dalam dompet kulit miliknya. “bawa nih kartu pelajar gue, biar lo bisa masuk.” Usai rio bicara dengan ketus dan terburu, Rio segera dengan lari kecil meninggalkan taman menuju bmw merahnya dengan tampang bahagia. Dia bahagia, Selain karena isi pesan dari pak kiki. Alasan lainnya, faktanya efek mengerjai gadis kucel yang saat ini tengah ternganga dengan tampang bodoh biasa itu juga masih membuat hatinya bahagia.
Shilla mengamati punggung tegap rio dengan tatapan letih dan amarah. “anak president lo??” pikirnya kesal. Dan kini menatap 2 buku yang 1 jam tadi bercengkrama dengannya, lalu beralih menatap kartu pelajar pemuda berotak iblis pembawa kesialan baginya. Mario stevano aditya haling.
***
Rumah mewah dominasi warna merah hitam milik keluarga haling, Nampak berbeda hari ini. Pelayan dengan seragam hitamputih yang jumlahnya mencapai puluhan itu terlihat lebih sibuk dan lebih rapi dari biasanya. Segalanya telah di persiapkan seapik mungkin, agar tak ada kesalahan sekecil apapun.
''ayo kerja yang cepat!!! Waktu semakin mepet!!!''
''gesit dan tetap teliti!!!''
''jangan sampai ada cela!!''
suara pak kiki sebagai kepala pelayan yang lebih dominan di rumah besar tingkat lima sore itu.
''pak kiki, tuan mario sudah datang..'' salah satu pelayan melapor dengan hormat pada kiki yang tengah sibuk mengatur segala keperluan, dan laporan itu membuat kiki segera berjalan mendekati pintu masuk utama rumah besar nan megah milik haling corcopation.
Kiki menunduk dalam, menciptakan suasana hormat sehormat hormatnya pada putra tunggal majikannnya, yang sore itu terlihat lebih tampan dengan senyum yang tak biasa. ''selamat sore tuan mario..''
rio tersenyum ramah, meski tipis. Tak bermaksud menjawab ia segera mengajukan tanya.''sudah di siapkan semuanya??..''
''sudah tuan!" kiki menjawab dengan jawaban pasti yang di sertai senyum ramah lalu kembali menunduk hormat.
''good, kalau begitu saya bersiap terlebih dahulu.''
''baik tuan... Panggil saya atau yang lain jika tuan memerlukan sesuatu.''
''iya.." jawab rio singkat lalu segera berjalan angkuh memasuki lift yang tersedia di istana besarnya, di ikuti kedua pelayan yang sudah membawakan tas dan jacket bermerk yang tadi ia kenakan.
Sebelum Rio benar-benar hilang di telan lift, dia menahan pintu lift yang tertutup otomatis. Dan itu membuat pintu lift kontan kembali terbuka, lalu rio berucap yang sekali pun tak pernah terlintas di benak para pelayan yang dengan giat bekerja di istana besar haling.''semangat semuanya!!'' ucap rio yang di akhiri dengan senyum garing yang membuat seluruh pelayan yang melihatnya ternganga lebar dengan ekspresi tak menyangka.
Senyum rio tak kunjung hilang dari bibir merahnya. Dia baru sadar, baru saja ia melakukan tindakan bodoh yang wajar saja membuat para pelayannya menganga tak percaya. Entahlah,dia hanya ingin saja berucap seperti itu atau mungkin pikirannya sudah terkontaminasi virus bodoh yang di tularkan oleh manusia langka yang ia temui beberapa jam lalu. Shilla. Ah, kenapa jadi kepikiran monyet bodoh itu.
*
Pukul 8 malam. Waktu yang sudah di janjikan pengirim pesan singkat kepada kiki. Yang harusnya sudah berada di ruang makan mewah bersama putra tunggal haling yang kini sudah duduk manis dengan setelan jas abu yang khusus di siapkan untuk makan malam yang jarang terjadi seperti ini.
Tapi kenyataannya, 2 orang yang sedang di tunggu itu tak kunjung menampakkan batang hidungnya di saat jam yang sudah di tentukan. Membuat kiki mulai gelisah dan menatap prihatin ke arah tuan mudanya yang sudah sejak jam 7 tadi siap di tempatnya. “siapa tau mama sama papa, sampai lebih cepat..” begitu alasan tuan muda nya saat sebelum akhirnya memutuskan untuk bersiap lebih cepat 1 jam dari waktu yang sudah di janjikan orang tuanya.
Kiki mengeluarkan ponsel canggih pemberian majikannya, lalu mengotak-atik sebentar. Bermaksud membaca ulang pesan dari tuan haling siang tadi dan yang membuatnya segera mengirim pesan ke tuan mudanya setelah membaca pesan dari tuan besarnya.
From : tuan haling
Kiki, saya sedang berada di indonesia sekarang.
Dan kami baru melakukan penerbangan ke eropa pukul 11 malam.
Nanti jika ada waktu,
Saya dan istri saya akan menyempatkan untuk makan malam bersama mario.
Kurang lebih pukul 8 malam.
To : tuan mario
Tuan mario, tuan besar dan nyonya besar,
akan pulang untuk makan malam pukul 8 malam.
Harap tuan mario bersiap.
Rio kembali menatap jam besar karya negara pemilik menara eifel, paris. lalu kembali mendesah. Sudah 45 menit dari waktu yang sudah di janjikan. Lalu Selanjutnya ia menatap pak kiki yang sudah menampilkan raut gelisah, membuat rio kembali menghela nafas. Dia bertekad tak akan memikirkan kemungkinan terburuk yang akan terjadi selanjutnya.
1,5 jam berselang dari waktu yang di janjikan.
“emm, tuan... lebih baik tuan makan terlebih dahulu saja...”
“tidak, saya akan menunggu mereka...”
Rio melipat tangan di depan dada, memeluk dirinya sendiri kuat kuat. Memang angin di sekitar rumahnya akan berhembus lebih kuat jika sudah lebih dari pukul 9 malam. Dan ini sudah pukul
9.30. wajar saja.
Kiki pun merasakan hal yang sama dengan tuannya dingin yang amat luar biasa. Dan dia sangat mengerti akan kondisi tuan mudanya, dengan langkah cepat ia segera memerintahkan salah satu pelayannya untuk mengambilkan selimut lembut nan hangat untuk tuannya yang sudah pucat di tempat yang sama dari 2,5 jam yang lalu.
2 jam berselang dari waktu yang sudah di janjikan, keadaan nya tetap sama. Rio dan pelayan-pelayannya tetap berada posisi dan suasana yang sama. Hening, dingin, dan penuh kepiluan.
Kiki semakin menatap tidak tega ke arah tuan mudanya yang semakin pucat dengan tubuh yang sudah beberapa kali menggigil. Sama hal nya yang di fikirkan beberapa pelayan yang bertugas dan menyaksikan keadaan tuannya malam itu. baru saja tadi sore mereka menyaksikan sebuah keajaiban dari tuannya kini mereka kembali menyaksikan kerapuhan tuan mudanya yang mereka yakini sebenarnya memiliki hati seputih salju itu.
“tuan, mungkin tuan dan nyonya besar tidak akan datang. Saya akan meminta para pelayan membereskannya...”
“jangan, tunggu mereka datang..”
“tapi tuan, mereka akan ada penerbangan ke eropa pukul 11...”
Rio menghela nafas berat, lalu semakin merasa sesak melihat jam besar di depannya sudah menunjukkan pukul 22.30. “ kalo begitu, tunggu sampai pukul 11..”
“tapi tuan...”
“ikuti perintah saya...” keputusan terakhir, meski perintah itu tak terdengar sinis dan ketus seperti biasanya. Tetapi itu tetap perintah tuan mudanya, yang harus di turuti dan di patuhi.
*
Rio merosot lemah di balik pintu kamarnya, terlalu sinetron memang, tapi dia tak peduli. dadanya terlalu sesak. Padahal dia sudah beberapa kali menyemprotkan inhalasi ke dalam mulutnya. Nyatanya, sesak di dadanya tak berkurang sedikitpun, sesak macam apa yang ia rasakan saat ini? hingga sesak itu kebal dengan obat dari dokte pribadi pilihan keluarga haling.
Dan perlahan sesak itu berkurang, bersamaan dengan air matanya yang sudah dia coba bendung kuat-kuat luruh lalu dengan cepat mengaliri pipinya hingga menetes setelah sampai rahang. Cowok macam apa dia? hanya karena begini saja menangis. Jangan menangis mario! kamu hanya batal bertemu dengan orang tua mu yang sudah 8 bulan tak kamu lihat dan tak pernah sekali pun kamu dengar suaranya. Itu hal biasa, sudahlah.
“hhh.. ma..hhh.. pa...hhh..mario ...hhh... di sini.. sendiri...”rio berucap lirih dengan nafas sesak dan tersengal, dan selanjutnya ia tak ingat apa-apa.
to be continued...
PART 6 : http://egaditya.blogspot.com/2012/04/kamu-untuk-aku-part-6.html
to be continued...
PART 6 : http://egaditya.blogspot.com/2012/04/kamu-untuk-aku-part-6.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar