Sabtu, 31 Maret 2012

Kamu Untuk Aku (part 4)

Pertemuan pertama, kedua, dan ketiga mungkin masih atas dasar ketidaksengajakan.
Tapi jika sudah pertemuan –yang di fikiran tidak sengaja- ke empat dan seterusnya.
Apakah di fikir karena ketidak sengajaan?
 atau mungkin tuhan sudah turut andil dalam semuanya?.


*


Ify dan alvin tak hentinya terbahak bahagia menikmati segala permainan murah meriah potocopian dufan-pasar malam-. Hampir semua sudah mereka berdua coba. Tapi tidak dengan pria hitam manis yang menjadi pria kedua di antara ketiganya. Sedari tadi dia belum pernah mencoba bahkan menyentuh saja tidak segala wahana permainan dengan di hiasi lampu kelap-kelap itu. “males banget maen permainan murahan..” selalu begitu alasan yang dia lontarkan. Padahal dalam hati terdalam. “gue belum siap mati man..

“rio. Bayarin lagi!! Mau naik itu...” suara cempreng khas wanita itu keras dan melengking, dan sialnya tepat berada di telinga kiri rio yang tengah fokus menatap keramaian di depannya.
Dan itu membuat refleks rio mengelus telinga kirinya dengan mulut yang sudah dimajukan.

“belum capek apa? Udah dari tadi juga maennya? Pulang yuuk ah..” rio berucap sebal, pasalnya kedua temannya itu sudah bermain sejak satu jam yang lalu dan kini tak berhenti meminta untuk di belikan tiket bermain. yang walaupun di awali dengan mendumel, akhirnya di keluarkan nya juga uang 10ribuan untuk membeli tiket yang harga satuannya 5ribuan dari dompet kulit kesayangannya.

“belum..”jawab ify di akhiri dengan menjulurkan lidah kearah rio, lalu segera menghadap alvin yang berada di samping kirinya, “belum capek kan ya vin?” ify meminta persetujuan teman yang sedari tadi sudah menemaninya menjajal permainan2 unik di pasar malam itu karena rio yang mengaku males naik permainan murahan begitu.”alah cemen aja sebenarnya rio tuh..” simpul ify geli dalam hati.

“ya io, tinggal bayarin aja. Uang lo juga gak akan habis kalo Cuma bayarin beginian doank.” Alvin yang dari tadi hanya diam dan sekali cengengesan melihat tampang rio yang bisa aneh begitu akhirnya mengunjukkan suaranya.

“iya...” ify menyahut setuju dengan mengangguk-anggukan kepala nya cepat, lalu dengan tiba-tiba mengubah ekpresi nya memicingkan mata  kearah rio dan berucap.”sebenernya ikhlas gak sih lo minta maaf ke gue nya??”

Alvin tertawa seketika, di sambung oleh ify di sampingnya. Dan rio memutar matanya sebal dengan polah tingkah kedua sahabatnya. Memang rio bisa berada di sini sekarang karena janjinya pada ify, yang meminta di temani ke pasar malam untuk syarat minta maaf rio, dan merasa akan tidak sanggup sendiri akhirnya rio memutuskan mengajak alvin. Dan berakhir di sini, dia sengsara di pasar malam pada malam senin yang mendung. “rese!!” rio terus merapal rutukan tak kentara.

Setelah kepergian ify dan alvin menuju ke permainan yang mereka inginkan, rio melakukan rutinitas yang sama seperti tadi ketika menunggui kedua sahabatnya menyelesaikan permainan. Stay cool, dengan kedua tangan di masukkan ke saku, pandangan tinggi yang pongah, dan hanya memandang bosan ke orang yang lalu lalang di hadapannya.

Tatapan bosan penuh kepongahan rio terus beredar. hingga kini ada Satu tujuan arah mata rio. Di satu titik yang lumayan jauh darinya, tapi tampak begitu nyata dan mencolok. Gadis dengan ikatan biasanya, kepang kuda yang acak-acakan. Dan hei, siapa sangka rio begitu mengingatnya. Kehadiran gadis itu menimbulkan rasa menggelitik, heran, dan senang.

Di samping gadis itu ada pemuda jangkung dengan kemeja biru muda dan celana bahan hitam, “gak matching banget tau...” rio mencibir tidak jelas. Lalu kembali mengamati kehadiran gadis itu yang setelah di lihat-lihat tampak lebih manis dengan wajahnya yang hanya di sinari dengan remang lampu salah satu toko aksesoris di dekatnya. Dan tanpa sadar rio bergerak hingga melangkah mengikuti arah gerak sang gadis beserta pria yang tak di kenalnya.



*


Shiila berlari jingkrak-jingkrak tidak seperti halnya gadis umur 16 tahun pada umumnya. Dengan tangan kanan memegang gulali dan kanan kirinya menggandeng tangan acha, Salah satu anak didik gabriel. Dan di belakangnya, beberapa anak didik gabriel lainnya berlari-lari dengan tak kalah lincah dari shilla. sedang gabriel, hanya sekedar melangkah panjang di belakang rombongan untuk mengimbangi shilla dan bocah-bocah kecil didikannya .

Sedari mereka sampai di sini, tawa kebahagian tak berniat beranjak sedikit pun dari bibir mereka. Sebagian besar dari mereka yang biasanya datang ke pasar malam tak untuk bermain, melainkan mencari nafkah dengan mengamen atau bahkan mengais gelas plastik bekas para pengunjung. tentu tak menyia2kan kesempatan bermain sepuasnya dengan gratis seperti ini.

“emm zy, kakak mau ke kamar kecil dulu.. kamu jagain temen-temen kamu dan kak shilla sebentar ya.” Gabriel berucap pada ozy, untuk izin ke belakang sebentar.

“Oke deh kak..” ozy yang setelah menjawab gabriel di sertai acungan jempol, Mulai berlari lari kecil untuk mensejajarkan langkah dengan teman-temannya. Karena langkahnya sempat terhenti saat terlibat percakapan dengan gabriel.

“lho? Kak gabriel mana zy?” bastian yang pertama kali menyadari keabsenan gabriel di antara mereka segera mengajukan tanya pada ozy yang baru saja muncul di samping kirinya.

“ke kamar kecil sebentar katanya..”

Bastian mengangguk-ngangguk mengerti, lalu seketika tertawa kecil dengan tatapan jahil mengarah  ke gadis paling dewasa di depannya. “ aku punya ide bagus zy..?

“ha?...”

Dan di detik berikutnya, ozy dan bastian sudah terlibat bisik bisik yang di selingi kikikan kecil yang tertutupi oleh riuh suara pangunjung pasar malam.

“oyaya.. kak shilla kan penakut banget orangnya..” ozy berkomentar dengan berbisik usai bastian selesai mengajukan idenya melalui bisikan.

Lalu, merasa rencana nya sudah mantap, kedua nya segera melaksanakan ide yang di anggap bagus oleh bastian, dengan membisikkan kembali pada teman lainnya yang berjumlah 7 orang itu. tanpa sepengetahuan sasaran pastinya.


*



“kak shilla, ayo masuk itu?” ozy datang tiba-tiba, dan dengan tiba-tiba pula menggeret paksa tangan shilla. dan menimbulkan keketiran sendiri bagi shilla, serius saja? wahana yang di pilih ozy itu rumah hantu. Dan untuk kondisi seperti ini shilla akan dengan senang hati mengakui bahwa dirinya itu. penakut.

Shilla menghentikan paksa langkah ozy yang terkesan buru-buru dan maksa. “eh, tapi tunggu dulu. Kak gabrielnya mana?” shilla yang mulai merasakan hal yang kurang enak, menjadi lebih peka akan ketidakmunculan pria yang membawanya ke tempat ini.

“huu, bengong aja sih! Kak gabriel udah masuk tau kak..”

“Ha? Masa sih?”..

“Ah lama deh kakak... buruan yuuuk, keburu ketinggal jauh sama kak gabriel nih..”

Sudah di godakan dengan di sebutkan nama gabriel, shilla tak lagi memikirkan akan apa yang terjadi di dalamnya. Yang jujur, dia tidak tahu sama sekali bagaimana isi didalam wahana tersebut.

“dasar cewek bego. Bisa banget di bohongi anak kecil..” dan segera di langkahkan kakinya menuju loket tiket dan segera berlari kecil memasuki wahana.

*

Aura mistik sudah mulai shilla rasakan, iming-iming nama gabriel sudah tak lagi berpengaruh untuk mengurangi kadar ketakutannya. Dia sudah sangat pucat dan lemas ketika kakinya mulai melangkah ke dalam ruangan gelap dengan cahaya sangat minim dan berkelip sesekali, asap-asap di beberapa sudut ruangan menambahkan unsur horror tersendiri di ruangan pengap berukuran 10x10 meter itu.

Shilla melangkah dengan sendiri nya dengan pikiran yang sudah kacau. tatapannya sudah benar-benar kosong menatap ke belokan yang sebentar lagi akan ia lalui bersama bocah-bocah yang tanpa shilla sadari tengah berbisik-bisik satu sama lain.

Belokan yang tak ada satu pun yang tau apa yang akan terjadi setelah berbelok, tak sampi 5 langkah lagi, cukup menghitung mundur, tiga..... dua..... sa...



“DOOR.. DUBRAK.. GLODAK GLODAK..... KYAAAAA...”

“tuhan... tolong... shilla..” shilla sudah memejamkan mata yang tanpa terasa di ikuti air matanya yang mengalir bebas di pipinya, tubuhnya terlalu lemas untuk ikut berlari dengan bocah-bocah yang tebirit melihat pocong-jadi-jadian- yang dengan tiba-tiba menggedor sel yang mengurungnya.


*


Rio yang sebenarnya tak suka berada di ruangan gelap dan pengap seperti rumah hantu di pasar malam itu. entah kenapa berinisiatif untuk masuk, karena mendapati dua bocah kunyuk yang bersikap aneh di saat kegiatan ‘menguntit’ nya tadi. Diawali dengan bisik-bisik serta cekikikan, lalu salah satu dari keduanya berujar “oyaya, kak shilla kan penakut banget orangnya,” langkah selanjutnya mereka kembali berbisik ke semua teman-temannya tanpa membisiki yang paling dewasa di sana. Dan langkah terakhir, mereka  mengajak dengan paksa gadis paling dewasa di rombongan itu yang tengah asyik makan gulali dengan tanpa dosa. Dan dengan hanya tipuan kecil, gadis yang harus nya lebih mengerti dan menyadari adanya ketidakberesan, menurut, dan masuk meski dengan tampang keragu-raguan seperti itu.

Rio melangkah perlahan memasuki ruangan, dan seketika mempercepat langkahnya ketika melihat gadis yang merupakan alasannya sudi memasuki ruang mistis itu. gadis yang saat ini sudah benar-benar terlihat kacau, dengan tangan saling meremas satu sama lain, mata yang di pejamkan dan  menangis.

Rio mendekap tubuh mungil yang sudah bergetar hebat itu. entahlah, dia sangat refleks melakukan ini. Dia hanya sedang mencoba untuk menjadi..... pelindung.

“jalan, dan terus tutup mata...” rio berucap lembut tidak ketus seperti biasa. Tidak tega juga mengetusi orang yang sedang takut. Setidaknya begitu pikirnya membela.

*


Shilla terus bersyukur dalam hati, ada seseorang yang dengan tiba-tiba memeluknya saat ini. Meski orang itu terkesan lancang. Tapi shilla tak akan memarahinya, melainkan dia akan mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya. Dalam hati timbul harapan berlebih akan siapa yang membantunya, pasti kak gabriel sengaja kembali karena di beritahu anak-anak, dirinya tengah ketakutan disini.

“jalan, dan terus tutup mata...” suara berat pemuda terdengar samar di gendang telinga shilla, meski sempat merasa suara itu tak sesuai dengan suara yang ingin di dengar shilla, shilla mengikuti juga intruksi dari penolongnya.

Shilla dan pemuda yang membantunya, berjalan perlahan menuju pintu yang jarak nya memang tak jauh lagi. Dan jangan di kira perjalanan mereka berjalan mulus. Terjadi beberapa insiden yang menghambat langkah mereka, mulai dari kaki shilla yang terpijak atau malah dia yang memijak kaki penolongnya. Teriakan tiba-tiba shilla karena –hanya- mendengar gedoran atau tawa cekikikan khas kunti. Hingga pintu keluar tercapai.

“bego..” shilla didorong pelan oleh pemuda yang menolongnya, membuat shilla yang memang kondisi nya sedang lemah terjingat ke belakang dan hampir jatuh.”kalo takut, gausah sok-sokan masuk.”

Shilla segera mengangkat kepalanya yang tertunduk, hapal betul dengan nada ketus sang pemilik suara. Dan ah, shilla ternganga sendiri melihat pemuda yang tengah melipat tangan di depan dada dengan mata yang di picingkan. Kenapa harus pemuda ini.

“ya kan gue tadi...”

“di bohongin anak kecil,... dan lo mau??” rio memotong cepat dengan ekspresi sinis yang amat kentara, yang membuat shilla semakin ternganga. “nih orang lagi PMS kali ya, marah2 gak jelas. Cowok kok PMS...” shilla menyimpul sebal sendiri.

“ya gue kan gak tau, kalo di..... bohongin...”shilla menjawab polos, lalu di susul aksi memajukan mulutnya, kesal. baru menyadari kelakuan jail setan-setan kecil yang sudah menjebaknya.

“bego sih lo.. “ rio berucap galak, tangan yang ia lipat di depan dada semakin ia rapatkan. Angin malam itu sudah terlalu kencang untuknya. Apalagi malam itu ia hanya mengenakan kaos pendek yang tipis

Dan benar saja, beberapa detik setelah hembusan angin menerpa tubuh tegap rio, hujan besar-besar dengan cepat turun deras. “sial..”. hujan membuat rio sesak sendiri dan tanpa memikirkan yang lainnya dia segera berlari dengan tangan sudah mencekal dan membawa shilla berlari bersamanya.”ikut gue..”

“eh, tapi.. ntar aku di cariin kak gabriel...” ronta shilla keras, tak mengerti jalan pikiran pemuda galak di depannya yang tiba-tiba membawa nya berlari kesetanan seperti ini. Dan rio, tak menggubris bahkan hampir tak mendengar ucapan shilla yang tengah susah payah menyamai langkahnya, atau mungkin ia dengar tapi tak peduli. Yang pasti, yang ia pikirkan saat ini hanya segera menuju tempat yang hangat.


*



Alvin dan ify panik sendiri di salah satu tenda yang sengaja di sediakan pasar malam itu untuk berteduh jika terjadi hujan dadakan seperti ini. saat, setelah mereka menyelesaikan permainan komedi putar, mereka tak mendapati rio yang biasanya akan menunggu mereka di samping loket pembelian tiket.

“alvin!, rio mana?” ify sudah menanyakan hal yang sama pada orang yang sama sejak 15 menit yang lalu. Dan yang di tanya, menjawab masih tidak ada perubahan dari jawaban sebelum-sebelumnya, “gue juga gak tau fy...”

“ini kan hujan vin..” ify sudah hampir menangis mengucapkan kalimat yang baru saja ia lontarkan.

“iya gue tau, lo percaya aja. Rio itu cowok... pasti dia gak apa-apa..”  alvin menepuk pundak gadis di sampingnya itu yang memang sudah kelewat khawatir. “Gue udah sms dia kok.. lo tenangan ya..”

*


Shilla bernafas lega, dirinya saat ini sedang baik-baik saja di dalam mobil mewah milik penolongnya, dan tidak mengalami hal buruk yang ia pikirkan saat di bawa lari pemuda galak yang sekarang ada di sampingnya, yang tidak tau kenapa hanya diam dan berkali-kali mengambil nafas panjang yang tak beraturan, wajah nya pun terlihat sedikit pucat. Tanpa sadar, shilla mengangkat bahu kecil. Tak akan memikirkan lebih jauh tentang pemuda itu misalnya berfikir pemuda itu sebenarnya baik lalu setelahnya, secara terang-terangan menggunjingnya atau mengejeknya. dan INGAT dia tak akan khawatir pada pria yang bisa kapan saja berubah sifatnya itu.”heuh, aneh...”

“ada selimut di kursi belakang, pake aja..” suara bariton yang bebarapa waktu lalu terdengar kasar dan ketus, kali ini terdengar serak dan lebih lembut. Shilla yang tengah memandang kosong keluar melalui jendela di samping kirinya, tersentak sebentar mendengar suara yang terlalu tiba-tiba itu lalu menuruti saja perintah pemuda galak di sampingnya. “tumben pengertian...

“lo kesini bawa sepeda..?” suara bariton yang perlahan mulai kembali seperti suara biasa itu, bertanya tanpa mengalihkan perhatiannya dari iphone apple di tangannya.

“gak...” jawab shilla singkat, dan melanjutkan ucapnya setelah tertawa kecil bahagia sebelumnya, “gue kesini sama kak gabriel..” ada kebanggaan tersendiri dalam diri shilla saat mengucapkannya.

Rio  memicingkan mata menatap gadis yang tengah tersenyum penuh arti di sampingnya, walau akhirnya memutuskan untuk tak  berfikir lebih dalam apa yang membuatnya menjadi seperti itu. “Mungkin karena si gap.. gap.. gap.. siapa ya? Gaplek mungkin...

“ya, terus, si gaplek2 itu mana?..”

“gaplek? Gabriel kali. jauh amat melencengnya... nama bagus2 juga,..”

“ck, iya iya. Terus di mana?”

Shilla terlihat sedang berpikir keras, dengan tangan kanan nya menggaruk-garuk belakang kepalanya sendiri.”kemana ya??..”

“ck, ya kemana?”

“emm,.. gatau..”

“tinggal jawab gitu aja lelet! Udah bego, lemot lagi lo... rumah lo mana?

Meski tak mengerti akan jalan pikiran rio menanyakan alamat rumahnya, shilla menjawab saja. Lalu tidak butuh waktu lama. rio segera melajukan mobilnya perlahan. Setelah sebelumnya membalas pesan singkat di iphonenya.


To : jonathanAlvin
Gue gak kenapa2 vin.
Lo pulang duluan aja sama ify,
Gue ada perlu mndadak.


*


“stop!! Sini aja..” shilla berucap keras, yang membuat rio tersentak dan dengan segera memijak rem mobil nya tiba2. Membuat shilla yang masih dalam posisi tidak siap tersantuk bagian depan mobil. “aduh!!!...”

“rasain!! Makanya, ngasih tau tuh jangan mendadak...!!” ucap rio puas tanpa merasa bersalah. Seneng malah udah bikin gadis di sampingnya susah. “mana rumah lo?”

Shilla menghela nafas panjang, lalu membatin memotivasi diri untuk bertahan dalam kesabaran, dengan berkali-kali merapal, “sabar shilla, orang sabar di sayang tuhan... Sabar sabar..” setelah usaha menyabarkan dirinya di nilai cukup berhasil, shilla baru menjawab tanya pemuda di sampingnya.”rumah gue, masih masuk gang itu...” shilla menunjuk gang sempit yang saat ini tepat berada di depannya. “kayaknya mobil lo gak akan bisa masuk, jadi gue turun sini aja..”

“ambil tuh payung di belakang..” ucap rio ketus mencoba agar tak terlihat sok baik.

“guenya gausah pake payung...”

“tau lagi ujan gak sih lo...”

“tau, tapi gak apa., asal ujan gak bikin gue mati. Gak apa kok ujan2an, gue seneng malah bisa hujan-hujanan.. hehe,..” aku shilla jujur, jika di tanya hal apa yang shilla sukai, shilla akan dengan mantap menjawab.”hujan-hujanan pak guru!!!”

Rio hanya mengangkat bahu untuk menanggapi, setidaknya dia sudah menawari kebaikan. Mau tidaknya orang yang di tawari sudah bukan urusannya.

“tapi...” shilla berucap lagi, dengan ragu kali ini. Setelah dengan pemikiran yang matang dia akhirnya berucap, ”elonya jangan pergi ya, pergi nya tunggu gue nyampe rumah dulu. Soalnya jalannya gelep kalo gak ada mobil lo,, please..” kedua telapak tangan shilla sudah saling di tempelkan tanda ia memohon.

“ck, iya iya. Jadi pergi gak si lo. Lama..”

Dan benar kan, baru saja shilla membatin pria ini baik sudah bersedia menuruti keinginannya, dan detik selanjutnya dengan cepat pria ini merubah argument shilla. jin sebelah kanan shilla berkata , “sabar shilla, meski cara bantu nya aneh, cowok ini baik kok, bener deh... “ jin kiri tidak mau kalah, lalu menyahut. “cowok begini mah, bunuh aja shill..

“iya, ini juga mau turun..” baru shilla bersiap akan turun, dia teringat akan sesuatu, “bunda : shilla, dengarkan nasihat bunda. selalu berterimakasih lah kamu pada seseorang yang menolongmu bagaimanpun bentuk pertolongannya”. dan shilla menuruti ucapan bundanya, ”ekhem, sebelumnya.. ee.. makasih ya.. ee......” shilla bingung sendiri, maksudnya ingin membubuhi nama pemuda yang sudah membantu nya di kalimatnya, tapi memangnya shilla tau nama pemuda yang hobi memicingkan mata itu.

“rio...” seperti bisa menjawab pikiran shilla, pemuda itu memberitahukan namanya. dengan cepat shilla melanjutkan “...rio.”

“apa-apaan? ulang!!!” protes rio keras, dengan memicingkan mata-.-

“ha?”

“bilang makasihnya, ulang!!”

“lho? ke.. ke.. napa?

“ya maksudnya apa coba, masa lo bilang nya. Makasih ya.. terus berhenti.. terus tiba-tiba nambahin nama gue. Jelek tau kalo gitu.”

“apa?!! Saraf lo yee!!”

Rio mendelik cepat kearah shilla, tanda untuk shilla, rio tak bisa di bantah.” U-L-A-N-G!!”
Ucap rio penuh penekanan kali ini.

“hissh,..iya, gue ulang... makasih ya rio,..”

“untuk?”

“ha?” shilla tak henti-hentinya di buat ternganga oleh polah tingkah pemuda tampan di depannya ini, ”karena udah baik, nolongin gue dari kesusahan.” Ucap sulit shilla akhirnya.

“dan....” rio tersenyum misterius dan kembali mengalihkan pandang kearah depan yang tadinya menghadap shilla. “ jangan kira semuanya gratis....”

“apa?” shilla terkejut bukan main, tak akan mau lagi berfikiran kalo pria di sampingnya itu pria yang baik.”sialan..” rutuknya yang hanya bisa tercurahkan di hati saja.

“emm, besok jam 3 sore. Gue tunggu lo di taman biasa. Kalo lo gak dateng, cukup jelasin ke gue. Kalo lo tuh, ternyata cewek yang gak tau terima kasih..” Rio berucap lancar yang di akhiri senyum bengisnya.

Shilla memutar bola mata sebal. tapi okelah, Dia terima. Memang balas budi yang mestinya ia lakukan. Karena meski menyebalkan, faktanya pria ini sudah banyak menolongnya.” Iya iya, besok gue dateng..”

“yaudah, pergi sono!!!”

Setelah kalimat bersifat usiran terlontar dari mulut rio, shilla segera membuka pintu mobil rio dan tanpa butuh waktu lama keluar dari mesin canggih itu, dan sebelum dia menutup kembali pintunya, dia merasa ada yang perlu ia sampaikan pada pemilik mobil vios hitam mengkilat itu, “dan rio, nama gue shilla, bukan monyet.”

“gak penting!. Tutup nyet, dingin bego..”

“SHILLA..”

“TUTUP...” shilla mendengus keras. Lalu menutu mobil itu keras-keras.

Setelah di tutupnya pintu samping tempat duduk penumpang. Shilla mulai berjalan ke arah depan mobil rio. dan sesuai janji, rio tak akan pergi sebelum shilla sampai ke rumahnya yang rio sendiri tidak tau di mana rumah shilla.

Dan yang terjadi ketika shilla mulai tersorot lampu mobilnya, shilla bukan nya segera berlari kerumahnya malah asyik terbahak bahak bermain hujan dan berciprat-cipratan di genangan air hujan. Hujan baginya, terlalu menggiurkan untuk tak di nikmati.  “GUE BERASA KAYAK DI PELM INDIA DEH!!!” shilla berteriak keras mencoba menembus kaca mobil yang ada rio di dalamnya. Dan rio mendengarnya, lalu menyerengitkan dahi “khayalan nih cewek norak banget..!!” . Lalu shilla terbahak lagi.

Dan di detik berikutnya shilla sudah menari-nari heboh dengan berbagai gaya, gaya india, gaya bebek, gaya dangdut ala indonesia, dan yang paling gak nyambung gaya terakhir yang di lakukan adalah gaya mesir yang dengan jeleknya di lakukan dan membuat gadis itu nampak lebih bodoh dari sebelumnya.

Berakhirnya tarian mesir shilla, berakhir juga tontonan yang membuat rio ketar-ketir menahan tawa dan tak henti-hentinya menautkan alis heran ada manusia macam shilla.

Dan tak di sangka, shilla sudah berjalan cukup jauh darinya, dan beberapa detik selanjutnya sudah tak terlihat setelah berbelok ke arah kanan. Hilangnya shilla dari pandangannya membuat rio tersadar, “untuk apa dia mengajak shilla bertemu besok sore?”



***




Gabriel berjalan gontai memasuki rumah besarnya, lalu duduk di salah satu sofa ruang tamu dengan warna abu tua imporan dari eropa tersebut. Lalu, perlahan melepas sepatu kulit hitam yang ia beli 1 bulan yang lalu di afrika. Orang kaya.


ah, shilla bagaimana anak itu sekarang?...” dan nyatanya gabriel masih saja merapalkan tanya itu untuk kesekian kali di dalam hatinya. Meski dia sudah melakukan apapun juga untuk mencoba tak peduli dengan gadis manis yang pergi ke pasar malam bersamanya, namun pulangnya sudah tak bersama. tapi tetap saja. Itu kan tanggung jawabnya, mengambil gadis orang dengan baik saja, dan mestinya dia memulangkannya juga harus dengan baik saja. Siapa yang tidak merasa bersalah jika keadaannya seperti itu?

Gabriel menarik nafas dalam, mencoba untuk tidak memikirkannya lagi. Dan terus merapal do’a keselamatan untuk sang gadis. Dan mencoba mempercayai cerita ozy, perihal kehilangan shilla. kurang lebih begini,
tadi tu kak, kak shilla keluar dari rumah hantunya sama cowok, terus kak shilla nya ngobrol-ngobrol gitu sama tuh cowok, mungkin temennya kak shilla sih kak. Nah, terus pas udah mau ozy samperin karena tiba-tiba ujan. Kak shilla sama temennya itu malah lari. Terus ozy ikutin kan, eh.. kak shilla nya udah naik mobil temennya itu terus pergi...

Percayalah gabriel, kalo anak kecil itu jujur dan tak pernah bohong.

“gab, udah pulang...?” gabriel segera menoleh ke arah kirinya dan segera menemukan gadis cantik dengan balutan dress manis warna biru, warna yang senada dengan sepatu dan bando yang di kenakan pemiliknya.

“prissy, udah malem gini. kenapa masih disini?” gabriel bertanya cepat mulai merasakan aura buruk yang sepertinya akan terjadi.

“emm,,.. aku jagain mama kamu yel. Tadi sivia telpon aku.” Prissy yang memiliki nama asli pricilla tersebut berucap lembut  penuh keraguan.

“apa?? Mama kambuh ssy? Kenapa kamu gak bilang dari tadi, kamu kan bisa sms atau telpon aku.” gabriel menanggapi berlebihan dengan mata melotot dan dengan nada bicara yang tinggi. Sebenarnya dia tak bermaksud begitu, hanya saja dia terlalu shock.

Prissy hanya mengangguk pelan, “maaf gab, aku cuma gak mau ganggu acara kamu. Kamu pasti akan segera pulang, Dengan aku ngabarin mama kamu tiba2 kambuh, Padahal aku masih bisa ngehandle mama kamu..” mengertilah, prissy bukan tipe gadis yang tahan akan bentakan. Meski itu di sengaja ataupun tidak, dia tidak bisa. Dia ingin bisa, tapi tetap dia tidak bisa. Dan kini, dia sudah bergetar dan hampir menangis.

Gabriel sudah berdiri tegap dari duduknya dan melangkah panjang mendekati prissy dengan kilatan mata kecewa, bukannya apa? Dia hanya tak suka dengan cara prissy yang terlalu mengertinya.
Terkadang segala sesuatu yang terlalu berlebihan itu juga tak baik bukan? Termasuk terlalu pengertian. Setidak nya itu yang ada di pikiran gabriel saat ini terhadap gadis yang sudah menangis dengan tertunduk. “maaf..” gabriel segera memeluk kuat tubuh gadis yang sudah 5 tahun ini akrab dengannya bahkan dengan keluarga nya.

“kamu gak usah minta maaf gab. Aku yang....”

“maaf...” gabriel memotong cepat dengan suara yang sudah bergetar. prissy tak lagi bermaksud membuka mulut, dia tak bisa melihat keadaan gabriel yang seperti ini. Dia ingin kuat, karena menurutnya bagaimana dia bisa menguatkan gabriel jika dirinya saja lembek begitu. dia ingin berhenti menangis. Ingin sekali. Dia juga sudah letih menjadi gadis super sensitif yang sangat lemah.

Mereka bertahan dengan posisi yang sama, gabriel memeluk pricilla tanpa balasan dari pricilla. waktu sudah berjalan hingga menit ketiga. Dan mereka masih bertahan dengan posisi yang tak berubah sedikit pun.

Gabriel dengan posisi memejamkan matanya yang terus memproduksi airmata, dagunya ia sandarkan di bahu mungil pricilla. Dan pricilla, setelah menghela nafas panjang menstabilkan nafas dan jantung nya yang cukup bekerja keras untuk tak menangis. Akhirnya, membrontak kecil membuat gabriel secara perlahan melonggarkan pelukannya hingga melepaskannya.

Pricilla tersenyum sebentar, lalu tangan nya mengelus pipi lembut gabriel dengan tangan kanannya. menghapus jejak-jejak air mata yang menempel di sana. Pricilla mengerti, gabriel amat sedih. gabriel seorang dokter, dia sangat mengerti akan keadaan ibunya yang tidak bisa lagi di bilang baik-baik saja. Gagal jantung kronis yang sudah di derita ibunya 2 tahun ini cukup untuk menjadikan alasan ibunya untuk segera menyusul laki-laki yang di cintainya-ayah gabriel- yang sudah tenang terlebih dahulu di sisi yang kuasa.

“lo temuin sivia sekarang gab, dia keliahatan tertekan banget...” ujar pricilla masih dengan kelembutan dan keibuannya.


to be continued...


PART 5 :  http://egaditya.blogspot.com/2012/04/kamu-untuk-aku-part-5.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar