tubuhnya masing-masing di rumput hijau taman belakang sekolah mereka. Dengan jarak masing-masing tiap orangnya 30 cm, mereka membentuk pormasi 1 orang berjenis kelamin perempuan di tengah dan 2 orang berjenis kelamin laki-laki berada di kanan-kiri si perempuan. Rio, ify, alvin.
“kalian
kemarin ngapa bisa kompakan gitu bolosnya?” alvin menjadi orang pertama yang
membuka suara. Dengan posisi masih menatap langit biru dengan sedikit gumpalan
awan bersama kedua sahabatnya.
“gue
gak bolos kok..” rio menjawab pertanyaan yang di ajukan alvin untuknya dan ify.
“gue juga... kita izin” ify menyahut dengan memberi pelengkap dari jawaban rio.
“emang
pada ngirim surat?” alvin kembali mengajukan tanya.
“gak..”
ify dan rio kompak menjawab kali ini.
“ck,
itu namanya bolos..” alvin berucap kesal dengan memutar kedua bola mata
hitamnya, yang di sambut tawa oleh rio dan ify. ”kalian pada kenapa emang
nyampe bolos gitu?” tak menggubris kedua sahabatnya yang tengah asyik
menertawakannya, alvin melanjutkan acara tanya jawabnya.
Ify
segera bangkit dari posisi tidurnya, bermaksud akan menjawab tanya alvin yang
jika tidak salah hitung sudah pertanyaan yang ketiga, dengan serius.”gue sih
biasa, orang tua gue..”
Rio
menyusul ify, bangkit dari tidurnya. “sama...”
“emm...,
gue paham kok..” alvin setelah berucap demikin, segera mengikuti kedua
sahabatnya, tidak lagi tiduran seperti sebelumnya.”terus apa yang kalian lakuin
pas bolos?, jangan-jangan... kalian jalan berdua lagi?..” alvin berucap seperti
akan marah, dan akan benar-benar marah jika dugaannya benar. “Masa dia gak di ajak?”
Rio
dan ify kompak mengalihkan pandang menatap alvin yang saat ini tengah memasang raut
inoccent, dan selanjutnya keduanya kompak menggetok kepala alvin dengan keras,
tampang datar, dan tanpa merasa bersalah. Yang membuat alvin dengan cepat
mengelus dahinya, lalu tertawa. Dan tawanya segera di susul kedua sahabatnya-ify
dan rio-. Dalam hati alvin membatin.”mungkin
Cuma ini yang bisa gue lakuin buat kalian.. tertawa lah. Selepas kalian bisa!!”
“kalo
gue sih, mendem diri seharian di kamar..” setelah menyelesaikan tawanya, ify
yang pertama menjawab tanya alvin.
“sama
gue juga..” rio menimpali singkat.
“emang
gak pada kelaperan gitu?”
“ada
persediaan makanan di lemari kamar gue..” ify masih tetap menjadi orang pertama
yang menjawab pertanyaan alvin.
“ada
kulkas di kamar..” rio melanjutkan dan masih sama menjadi penjawab kedua.
“kalian
gak kreatif sih..”alvin kali ini membuka suara tak untuk bertanya seperti
sebelumnya, tapi suaranya kali ini malah membuat kedua sahabatnya menatap lempeng
kearahnya. Tak menggubris tatapan aneh keduanya alvin menlanjutkan
ucapnya.”kenapa gak jalan-jalan aja lo berdua, mumpung lagi bolos bareng. Ya
gak? ya gak?”
Rio
dan ify mendengus kasar. Lalu ify mewakili untuk menjawab dengan nada kesal.“gak
kepikiran vin, kalo lagi begitu..?”
“hehe,
iya juga ya..”
“tapi
ide lo oke juga lho vin..” rio membuka suara lebih semangat dari sebelumnya.
Lalu dia menatap misterius kearah kedua sahabatnya yang di balas dengan tatapan
bingung oleh ify dan alvin.”yuuk, kita jalan sekarang. Pada butuh refreshing
kan?” ify menanggapi usulan rio dengan senyuman lebar dan mata berbinar lalu
mengangguk-ngangguk cepat. Tapi alvin..
“tapi
kan kita gak lagi bolos..”
“ya
tinggal bolos sih vin..” jawab rio yang sudah berdiri dari duduknya, yang di
ikuti cepat oleh ify.
Alvin
turut berdiri juga tapi tak bermaksud menyetujui usulan rio, melainkan, “ogah,
ah. Gue ada rapat man. Gini-gini kan gue
waketos..”
“alah,
sok alim!. Biasanya juga gak pernah ikut rapat..”
“jangan
gitu donk yo, rapat yang ini di dampingin kepala sekolah nih. Gak enak aja gue
nya... “
“beneran
gak bisa ikut vin?”
“beneran
deh fy, kalian berdua aja deh sono!!”
“huu,
gak asyik lo. Yaudah yuuk fy, cowok sok alim begini mah emang bagus nya gak
ikut..” rio mencibir tak bermaksud serius lalu denga cepat menggandeng tangan
ify untuk segera membawanya pergi.
“sialan
lo yo..” alvin berucap dengan sedikit mengeraskan suaranya untuk terdengar rio
yang sudah melangkah meninggalkannya, lalu melanjutkan ucapannya yang kali ini sudah
menggunakan suara bervolume teriak.“btw ati ati yak. Jagain ify gue yo.”
“enak
aja, ify gue nih.” Jawab rio tak kalah kencang, lalu tertawa yang diikuti ify
di sampingnya.
Alvin
tak lagi membalas, dia hanya hanya sekedar tertawa kecil mendengar suara rio
yang terakhir. Dan melepas kepergian kedua sahabatnya dengan senyum bahagia mengingat
kehangatan persahabatan mereka bertiga.
*
Shilla
ternganga lebar melihat gedung megah berlantai lima di hadapannya. USHS,
sekolah yang ia tuju berdasarkan alamat yang tertera di kartu pelajar rio yang di
berikan padanya. Shilla kembali mengamati dengan jeli kartu pelajar yang ada di
genggaman tangan kanannya. jalan kapten haryadi, blok sinar ria.
“Benar
kan ini alamatnya?” tanya nya sendiri, lalu mendongak ke belakang ke arah
satpam yang ia temui sesaat sebelum ia bisa masuk ke area sekolah elite kelewat
mewah ini. Saptam itu dengan memicingkan
mata sedang menatap curiga kearahnya, apakah orang kaya dan sekitarnya memiliki
hobby yang sama.”memicingkan mata!..”
Tak
ingin menjadi pusat tatapan sinis sang satpam yang memiliki badan besar dan
wajah sangar, shilla segera melangkah memasuki lebih dalam area sekolah. Shilla
melangkah dengan PD saja, Setidaknya dia juga mengenakan seragam SMA yang bentuknya
tak terlalu berbeda jauh dengan seragam murid USHS jadi tak akan terlalu
mengundang perhatian. Kecuali, ada seseorang yang berpengamatan jeli. Mungkin orang
itu akan menyadari kalo baju yang ia gunakan lebih lusuh dari mereka. “Orang kaya mana ada yang mau memakai seragam
lusuh seperti dirinya..”
“lo
siapa?” shilla tersentak dan semakin menguatkan pegangan tangannya pada tali
slempangan tasnya. “Mungkin ini si orang
jeli itu. tenanglah shilla, tak perlu gugup. Anggap mereka itu seperti temanmu
sendiri... semangat!”
Shilla
memutar badan cepat dengan senyum riang, mencoba ramah dengan seseorang yang
ternyata berjenis kelamin laki-laki itu. “kenalin saya shilla,..” pria di hadapan
shilla tak bergeming dengan alis yang saling di tautkan.”gak kenal saya ya?
Hehe, memang saya bukan murid sekolah ini.”
“udah
tau..” jawab si pemuda lalu menunjuk bahu kiri shilla dengan dagunya, seketika
membuat shilla melihat arah yang di tunjuk pemuda itu lalu segera menutup
dengan tangan kanannya. dan detik selanjutnya dia tertawa sendiri baru
menyadari identitas USHS berada di lengan kanan bukan di lengan kiri seperti
sekolahnya. “pantes aja nih cowok, cepet
nyadar kalo gue orang asing..”
“Hehe..
saya dari SMA harapan jaya..” shilla menjelaskan tanpa di minta, yang membuat si
pria di hadapannya kembali menautkan kedua alisnya.”emm, saya kesini mau nyari
orang ini. Kamu kenal??..” merasa tak akan ada tanggapan dari pemuda itu,
shilla dengan secuil keyakinan menunjukkan kartu pelajar yang sedari tadi ia
pegangi, mencoba menanyakan orang yang sedang di carinya pada pemuda yag ia
temui itu.
tak
di sangka pemuda di hadapan shilla menanggapi dengan ekspresi tak datar seperti
sebelumnya, malah nampak seperti terkejut. Dan kali ini, shilla yang menautkan
kedua alisnya.
*
Alvin
yang pikirannya masih di penuhi dengan berbagai tanya yang tentu tak terjawab,
akhirnya memutuskan mengajak gadis yang mengaku bernama shilla itu ke kantin
sekolahnya yang mulai lengang karena bel masuk sudah berbunyi. tak ada maksud
apa-apa, Cuma dia terlalu penasaran dengan fakta, kartu pelajar rio ada pada
shilla.
Dan
di salah satu meja kantin di bagian ujung kanan, Alvin mengajukan tanya yang
sedari dia mengetahui fakta tersebut terus berjubel untuk di realisasikan. Dan
ternyata, shilla dengan senang hati membagi ceritanya yang sangat membantu
alvin mengurangi kadar penasarannya.
Tak
puas dengan cerita alasan kartu pelajar rio bisa ada pada shilla, alvin terus
mengajukan tanya pada gadis yang menurut alvin cukup manis dan baik itu,
tentang bagaimana mereka bertemu sehingga akhirnya mereka bisa membuat janji
untuk bertemu pada senin sore- waktu kejadian rio menyerahkan kartu pelajarnya-.
Dan oleh shilla kembali tanpa lelah dan sabar, menceritakan berbagai kejadian
yang baginya menyebalkan itu pada alvin-sahabat rio- yang ternyata lebih tua 2
tahun darinya.
Tak
di pungkiri alvin tertawa terbahak di beberapa kali kesempatan, selain
penyampaian cerita shilla yang ekspresif dan pembawaannya lucu. Entahlah? Dia
hanya berfikir rio nampak berbeda di dalam cerita gadis itu. nampak seperti rio
yang lebih ekspresif dan... hidup.
Shilla,
sudah selesai dengan ceritanya. Alvin, juga sudah merasa puas dengan cerita
shilla yang bisa di gunakan sebagai info untuknya. Dan kini yang terjadi,
keduanya diam.
Shilla
sibuk atau lebih tepatnya pura-pura sibuk dengan kegiatan mengaduk-ngaduk juice
mangga yang di belikan alvin untuknya, ingin memulai pembicaraan tapi masih ada
rasa segan karena alvin masih terlalu baru untuknya. Dan alvin, sebenarnya dia
masih ingin bercakap-cakap dengan shilla, tapi sebentar! dia sedang ada urusan
serius dengan Hpnya.
Setelah
kiranya selesai berurusan dengan BB nya, alvin kembali membuka suara.”tapi rionya
lagi bolos shill, barusan aja. memang tugas apaan sih shill, yang rio kasih ke
kamu?”
Shilla
yang belum siap dengan tanya alvin yang terlalu tiba-tiba, tersentak sebentar
lalu dapat dengan segera mengontrol keadaan.”oya. ini nih kak tugasnya...”
shilla sibuk memngobrak-ngabrik tas slempangan ungunya,”tugas mencatat materi
sejarah!” ucapnya riang, ada kebahagiaan tersendiri sudah berhasil
menyelesaikan tugas yang menyita sebagian besar waktunya dua hari terakhir.
Alvin
terdiam, menatap bingung kedua buku yang oleh shilla sudah di letakkan di atas
meja.”kayaknya gak pernah ada deh shill tugas jenis begitu,..”
“ha?”
shilla menganga lebar selebar-lebarnya, tak menyangka akan menerima kenyataan
sepahit ini. yang membuat suhu tubuh nya meningkat dengan cepat, marah.
“iya,
gak ada!, sekolah kami gak pernah sekali pun ada tugas gini. nyatet aja gak
pernah, soalnya udah dapet buku cetak gitu dari sekolah.” alvin berujar kalem, sudah
menyadari emosi labil gadis kecil di depannya.
“apa!!!
jadi saya di bohongin ma kunyuk sialan itu??!! cowok sialan!!...” shilla
berteriak tak terkontrol di kantin yang saat ini hanya tinggal dia dan alvin
yang duduk di sana dengan seragam SMA. ”padahal saya udah rela-rela ijin sama
sekolah buat pulang lebih cepat dengan alasan diare untuk nganter nih buku
sekarang. Ternyata saya di bohongi kak..”
“hehe,
maafin temen gue shill. Sabar aja kamunya..” alvin tidak tau harus bersikap
bagaimana, hanya itu yang bisa ia lakukan. Karena jika dia berbicara lebih
jauh, takut-takut dia salah bicara dan semakin meningkatkan emosi shilla.
Dan
tak disangka. Sekitar 5 menit setelahnya, shilla yang tadinya dadanya terlihat
naik turun menahan emosi yang sudah memuncak, malah tertawa terbahak yang tanpa
sadar alvin juga turut dalam tawa tanpa alasan shilla.
“ck,
ini mah sayanya aja ya kak yang bego’..” ucap shilla akhirnya setelah dirinya
dan alvin sudah berhenti tertawa yang mereka sendiri tidak tau
penyebabnya,”yaudah deh kak, saya pemaaf kok. Hehe, ini titip buat si rio ya.
Bilangin makasih udah bohongin saya...”
Di
awali dengan tawa geli dengan ucapan polos shilla, alvin sekedar
mengangguk-angguk untuk menanggapinya.”aku pulang dulu deh kak, bye...”
Shilla
melangkah dengan gesit meninggalkan alvin, setelah permisi dan melambaikan
tangan pada alvin. Dan alvin masih bertahan di tempatnya, termenung sendiri
menatap kedua buku yang masih tergeletak di tempat yang sama.”apa yang sedang terjadi pada mu mamen?”
pikiran alvin kembali di penuhi tanya.
*
Rio dan ify masih terlibat percakapan seru, sejak
30 menit lalu. Apa saja yang bisa mereka bicarakan akan mereka bicarakan di
salah satu cafe di mall tebesar di jakarta, misalnya penampilan segerombol
wanita yang di tafsir seumuran dengan mereka yang berpenampilan ngefashion
gagal yang kegenitan pada rio, atau percakapan alay 2 laki-laki dan 2 perempuan
yang duduk tepat di belakang rio. Dan mereka merasa bahagia.
Rencana bolos hari ini sepertinya berhasil membuat
mereka melupakan sejenak masalah yang tengah membebani. Pergi ke mall,
memainkan berbagai game yang tersedia di mall sepuasnya, membeli apapun yang
ingin di beli, dan melakukan hal-hal lain yang apapun itu pasti bisa mereka
lakukan. Dan kini, setelah keduanya merasa lelah. Mereka menghabiskan waktu
berjam-jam dengan percakapan seru di temani makanan lezat dan mahal. Tidak
terlalu buruk untuk kategori refreshing mendadak.
"udah ah fy, capek tau ketawa terus.'' rio
berucap dengan susah payah di sela tawa hebatnya di karenakan permintaan aneh
ify yang memintanya untuk mendengar percakapan alay di belakangnya. Dan setelah
ia menurutinya, ia tertawa tak terkontrol hingga harus dengan paksa
menghentikan tawanya karena perutnya sudah sakit akbiat tertawa yang berlebih.
"ya terus kita mau ngapain lagi di sini?'' rio
tampak berpikir keras untuk menjawab tanya ify, dia belum mau pulang. Tapi dia
juga bingung apa lagi yang akan dia lakukan bersama ify di sini.
Setelah menimang-nimang dan memikirkan lebih jauh,
akhirnya rio sudah memutuskan akan melakukan apa.''emm, gue cerita aja gimana
fy?''
''emm, boleh. Cerita aja. Jarang banget kan lo mau
cerita.'' ify menanggapi penuh antusias.
''gak jadi aja deh..''
''ha? Apaan deh??? Gak bisa gitu donk, gue udah
semangat gini. Masa gak jadi.. Mau pulang gak selamet lo'' ify murka, dan
membuat rio ketar-ketir menyesal sudah berbicara seperti tadi.
''tapi jangan bocor lo.'' ify menangguk
cepat.''ntar pas gue cerita, jangan ngomong kalo belum gue suruh'' ify kembali
menangguk.''dan jangan di ketawain apapun yang terjadi, kecuali kalo gue emang
bermaksud bercanda....''
''jadi cerita gak sih..!!"
"iya iya,..! Jadi, kemaren itu gue gak
sepenuhnya termenung buat meratapi nasib gue sama bonyok fy, tapi gue.....''
'' gue kenapa?''
''jangan ngomong! Belum gue suruh!
''oiya lupa, abis lama!''
''gue miiyin ewek..''
rio berucap cepat dengan suara pelan dan tanpa menatap ify.
"apa?"
"ah, ify. Makanya dengerin kalo ada orang
ngomong..''
"gak denger sumpah!!"
''ck, gue ulang, dengerin!!! G-U-E M-I-K-I-R-I-N C-E-W-E-K!!''
"oya? Si... apa? Apa... lo lagi jatuh cinta?''
ify menanyakan dengan pelan dan terbata. meski hanya sedikit,
Ada harapan cewek
yang di maksud rio itu dia, dan harapan itu meski perlahan tapi pasti tumbuh di
hati kesepian milik ify.
''gue juga gak terlalu yakin sih fy, gue cuma
sering ngerasa aneh aja, soalnya dia itu sering benget tiba-tiba
nongol di
pikiran gue gitu. gue suka kangen sama dia. Kangen jahilin dia. Haha...''
''dia itu siapa rio?''
rio tersenyum sekilas sebelum menjawab tanya ify
yang memotong ucapannya, lalu menjawab.'' dia itu seorang gadis sederhana, dia itu
jelek, cerewet, galak, kucel, childish, rambutnya gak pernah rapi, gendut,
ngambekan, bodoh lagi. Pokoknya gak ada bagus-bagusnya.. Tapi, dia itu lucu,
dia ngegemesin, dia juga selalu semangat setiap saat. Dia gak takut panas sama
ujan, dia pernah bilang asal panas dan ujan gak buat dia kehilangan nyawa itu
bukan masalah. Gak menel kan berarti? Hehe,'' rio memberhentikan sebentar
ucapannya, kembali mengingat dengan seksama gadis yang ia maksud. Lalu setelah
tersenyum sebentar, ia melanjutkan kalimatnya. ''Dia juga manis banget kalo
lagi senyum. Dan, gue baru sadar, ternyata Gue cinta sama dia, dan tau gak?
sekalinya gue jatuh cinta. Gue rasa, Gue langsung di buat tergila-gila sama
dia, gue bahkan kepikiran kalo gue bakal nikahin dia sekarang juga. Biar dia
jadi milik gue selamanya.''
ify menghela
nafas tak kentara, itu tadi bukan dia.
''Dia itu, shilla. Si monyet bodoh...''
rio tersenyum bahagia di akhir kalimatnya dengan
tatapan terarah pada cappuccino hangatnya, tak menyadari gadis di hadapannya
berusaha setengah mati untuk tak hancur seperti hati nya yang sudah
berkeping-keping.
''emm, sorry ya fy gue kelepasan, dan gue udah lega
banget fy. Udah bisa ngungkapin isi hati gue yang
sebenernya. Thanks ya. Berkat
lo juga..''
''eh iya..'' ify menjawab setengah mati berharap
agar suaranya tak terdengar bergetar.''emm, shilla itu siapa? Anak USHS juga?''
''bukan fy, shilla itu cewek miskin. Mana mampu
sekolah di USHS.'' rio menjawab tanpa menutup-nutupi yang di akhiri tawa garing
di ujung kalimatnya. Sungguh, rio mencintai shilla apa adanya.
''terus dia sekolah di mana yo?'' Ify mulai bisa
mengontrol hatinya agar tetap bertahan untuk bisa duduk beberapa saat lagi di
hadapan pria... Yang secara diam-diam di cintainya.
Dan percakapan keduanya masih berlanjut, masih
membicarakan tema yang di angkat oleh rio. Gadis pujaannya. dengan suasana yang
tak sama. Rio dengan suasana bahagia dan berbunga. Ify dengan perih dan tak
berdaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar