Minggu, 22 April 2012

Kamu Untuk Aku (part 6)

“heuh..!!” ketiganya serentak menghembuskan nafas keras, lalu kembali secara serentak menjatuhkan 
tubuhnya masing-masing di rumput hijau taman belakang sekolah mereka. Dengan jarak masing-masing tiap orangnya 30 cm, mereka membentuk pormasi 1 orang berjenis kelamin perempuan di tengah dan 2 orang berjenis kelamin laki-laki berada di kanan-kiri si perempuan. Rio, ify, alvin.

“kalian kemarin ngapa bisa kompakan gitu bolosnya?” alvin menjadi orang pertama yang membuka suara. Dengan posisi masih menatap langit biru dengan sedikit gumpalan awan bersama kedua sahabatnya.

“gue gak bolos kok..” rio menjawab pertanyaan yang di ajukan alvin untuknya dan ify.

“gue juga... kita izin” ify menyahut dengan memberi pelengkap dari jawaban rio.

“emang pada ngirim surat?” alvin kembali mengajukan tanya.

“gak..” ify dan rio kompak menjawab kali ini.

“ck, itu namanya bolos..” alvin berucap kesal dengan memutar kedua bola mata hitamnya, yang di sambut tawa oleh rio dan ify. ”kalian pada kenapa emang nyampe bolos gitu?” tak menggubris kedua sahabatnya yang tengah asyik menertawakannya, alvin melanjutkan acara tanya jawabnya.

Ify segera bangkit dari posisi tidurnya, bermaksud akan menjawab tanya alvin yang jika tidak salah hitung sudah pertanyaan yang ketiga, dengan serius.”gue sih biasa, orang tua gue..”

Rio menyusul ify, bangkit dari tidurnya. “sama...”

“emm..., gue paham kok..” alvin setelah berucap demikin, segera mengikuti kedua sahabatnya, tidak lagi tiduran seperti sebelumnya.”terus apa yang kalian lakuin pas bolos?, jangan-jangan... kalian jalan berdua lagi?..” alvin berucap seperti akan marah, dan akan benar-benar marah jika dugaannya benar. “Masa dia gak di ajak?”

Rio dan ify kompak mengalihkan pandang menatap alvin yang saat ini tengah memasang raut inoccent, dan selanjutnya keduanya kompak menggetok kepala alvin dengan keras, tampang datar, dan tanpa merasa bersalah. Yang membuat alvin dengan cepat mengelus dahinya, lalu tertawa. Dan tawanya segera di susul kedua sahabatnya-ify dan rio-. Dalam hati alvin membatin.”mungkin Cuma ini yang bisa gue lakuin buat kalian.. tertawa lah. Selepas kalian bisa!!”

“kalo gue sih, mendem diri seharian di kamar..” setelah menyelesaikan tawanya, ify yang pertama menjawab tanya alvin.

“sama gue juga..” rio menimpali singkat.

“emang gak pada kelaperan gitu?”

“ada persediaan makanan di lemari kamar gue..” ify masih tetap menjadi orang pertama yang menjawab pertanyaan alvin.

“ada kulkas di kamar..” rio melanjutkan dan masih sama menjadi penjawab kedua.

“kalian gak kreatif sih..”alvin kali ini membuka suara tak untuk bertanya seperti sebelumnya, tapi suaranya kali ini malah membuat kedua sahabatnya menatap lempeng kearahnya. Tak menggubris tatapan aneh keduanya alvin menlanjutkan ucapnya.”kenapa gak jalan-jalan aja lo berdua, mumpung lagi bolos bareng. Ya gak? ya gak?”

Rio dan ify mendengus kasar. Lalu ify mewakili untuk menjawab dengan nada kesal.“gak kepikiran vin, kalo lagi begitu..?”

“hehe, iya juga ya..”

“tapi ide lo oke juga lho vin..” rio membuka suara lebih semangat dari sebelumnya. Lalu dia menatap misterius kearah kedua sahabatnya yang di balas dengan tatapan bingung oleh ify dan alvin.”yuuk, kita jalan sekarang. Pada butuh refreshing kan?” ify menanggapi usulan rio dengan senyuman lebar dan mata berbinar lalu mengangguk-ngangguk cepat. Tapi alvin..

“tapi kan kita gak lagi bolos..”

“ya tinggal bolos sih vin..” jawab rio yang sudah berdiri dari duduknya, yang di ikuti cepat oleh ify.

Alvin turut berdiri juga tapi tak bermaksud menyetujui usulan rio, melainkan, “ogah, ah.  Gue ada rapat man. Gini-gini kan gue waketos..”

“alah, sok alim!. Biasanya juga gak pernah ikut rapat..”

“jangan gitu donk yo, rapat yang ini di dampingin kepala sekolah nih. Gak enak aja gue nya... “

“beneran gak bisa ikut vin?”

“beneran deh fy, kalian berdua aja deh sono!!”

“huu, gak asyik lo. Yaudah yuuk fy, cowok sok alim begini mah emang bagus nya gak ikut..” rio mencibir tak bermaksud serius lalu denga cepat menggandeng tangan ify untuk segera membawanya pergi.

“sialan lo yo..” alvin berucap dengan sedikit mengeraskan suaranya untuk terdengar rio yang sudah melangkah meninggalkannya, lalu melanjutkan ucapannya yang kali ini sudah menggunakan suara bervolume teriak.“btw ati ati yak. Jagain ify gue yo.”

“enak aja, ify gue nih.” Jawab rio tak kalah kencang, lalu tertawa yang diikuti ify di sampingnya.

Alvin tak lagi membalas, dia hanya hanya sekedar tertawa kecil mendengar suara rio yang terakhir. Dan melepas kepergian kedua sahabatnya dengan senyum bahagia mengingat kehangatan persahabatan mereka bertiga.


*



Shilla ternganga lebar melihat gedung megah berlantai lima di hadapannya. USHS, sekolah yang ia tuju berdasarkan alamat yang tertera di kartu pelajar rio yang di berikan padanya. Shilla kembali mengamati dengan jeli kartu pelajar yang ada di genggaman tangan kanannya. jalan kapten haryadi, blok sinar ria.

“Benar kan ini alamatnya?” tanya nya sendiri, lalu mendongak ke belakang ke arah satpam yang ia temui sesaat sebelum ia bisa masuk ke area sekolah elite kelewat mewah ini.  Saptam itu dengan memicingkan mata sedang menatap curiga kearahnya, apakah orang kaya dan sekitarnya memiliki hobby yang sama.”memicingkan mata!..

Tak ingin menjadi pusat tatapan sinis sang satpam yang memiliki badan besar dan wajah sangar, shilla segera melangkah memasuki lebih dalam area sekolah. Shilla melangkah dengan PD saja, Setidaknya dia juga mengenakan seragam SMA yang bentuknya tak terlalu berbeda jauh dengan seragam murid USHS jadi tak akan terlalu mengundang perhatian. Kecuali, ada seseorang yang berpengamatan jeli. Mungkin orang itu akan menyadari kalo baju yang ia gunakan lebih lusuh dari mereka. “Orang kaya mana ada yang mau memakai seragam lusuh seperti dirinya..”

“lo siapa?” shilla tersentak dan semakin menguatkan pegangan tangannya pada tali slempangan tasnya. “Mungkin ini si orang jeli itu. tenanglah shilla, tak perlu gugup. Anggap mereka itu seperti temanmu sendiri... semangat!

Shilla memutar badan cepat dengan senyum riang, mencoba ramah dengan seseorang yang ternyata berjenis kelamin laki-laki itu. “kenalin saya shilla,..” pria di hadapan shilla tak bergeming dengan alis yang saling di tautkan.”gak kenal saya ya? Hehe, memang saya bukan murid sekolah ini.”

“udah tau..” jawab si pemuda lalu menunjuk bahu kiri shilla dengan dagunya, seketika membuat shilla melihat arah yang di tunjuk pemuda itu lalu segera menutup dengan tangan kanannya. dan detik selanjutnya dia tertawa sendiri baru menyadari identitas USHS berada di lengan kanan bukan di lengan kiri seperti sekolahnya. “pantes aja nih cowok, cepet nyadar kalo gue orang asing..

“Hehe.. saya dari SMA harapan jaya..” shilla menjelaskan tanpa di minta, yang membuat si pria di hadapannya kembali menautkan kedua alisnya.”emm, saya kesini mau nyari orang ini. Kamu kenal??..” merasa tak akan ada tanggapan dari pemuda itu, shilla dengan secuil keyakinan menunjukkan kartu pelajar yang sedari tadi ia pegangi, mencoba menanyakan orang yang sedang di carinya pada pemuda yag ia temui itu.

tak di sangka pemuda di hadapan shilla menanggapi dengan ekspresi tak datar seperti sebelumnya, malah nampak seperti terkejut. Dan kali ini, shilla yang menautkan kedua alisnya.



*



Alvin yang pikirannya masih di penuhi dengan berbagai tanya yang tentu tak terjawab, akhirnya memutuskan mengajak gadis yang mengaku bernama shilla itu ke kantin sekolahnya yang mulai lengang karena bel masuk sudah berbunyi. tak ada maksud apa-apa, Cuma dia terlalu penasaran dengan fakta, kartu pelajar rio ada pada shilla.

Dan di salah satu meja kantin di bagian ujung kanan, Alvin mengajukan tanya yang sedari dia mengetahui fakta tersebut terus berjubel untuk di realisasikan. Dan ternyata, shilla dengan senang hati membagi ceritanya yang sangat membantu alvin mengurangi kadar penasarannya.

Tak puas dengan cerita alasan kartu pelajar rio bisa ada pada shilla, alvin terus mengajukan tanya pada gadis yang menurut alvin cukup manis dan baik itu, tentang bagaimana mereka bertemu sehingga akhirnya mereka bisa membuat janji untuk bertemu pada senin sore- waktu kejadian rio menyerahkan kartu pelajarnya-. Dan oleh shilla kembali tanpa lelah dan sabar, menceritakan berbagai kejadian yang baginya menyebalkan itu pada alvin-sahabat rio- yang ternyata lebih tua 2 tahun darinya.

Tak di pungkiri alvin tertawa terbahak di beberapa kali kesempatan, selain penyampaian cerita shilla yang ekspresif dan pembawaannya lucu. Entahlah? Dia hanya berfikir rio nampak berbeda di dalam cerita gadis itu. nampak seperti rio yang lebih ekspresif dan... hidup.

Shilla, sudah selesai dengan ceritanya. Alvin, juga sudah merasa puas dengan cerita shilla yang bisa di gunakan sebagai info untuknya. Dan kini yang terjadi, keduanya diam.

Shilla sibuk atau lebih tepatnya pura-pura sibuk dengan kegiatan mengaduk-ngaduk juice mangga yang di belikan alvin untuknya, ingin memulai pembicaraan tapi masih ada rasa segan karena alvin masih terlalu baru untuknya. Dan alvin, sebenarnya dia masih ingin bercakap-cakap dengan shilla, tapi sebentar! dia sedang ada urusan serius dengan Hpnya.

Setelah kiranya selesai berurusan dengan BB nya, alvin kembali membuka suara.”tapi rionya lagi bolos shill, barusan aja. memang tugas apaan sih shill, yang rio kasih ke kamu?”

Shilla yang belum siap dengan tanya alvin yang terlalu tiba-tiba, tersentak sebentar lalu dapat dengan segera mengontrol keadaan.”oya. ini nih kak tugasnya...” shilla sibuk memngobrak-ngabrik tas slempangan ungunya,”tugas mencatat materi sejarah!” ucapnya riang, ada kebahagiaan tersendiri sudah berhasil menyelesaikan tugas yang menyita sebagian besar waktunya dua hari terakhir.

Alvin terdiam, menatap bingung kedua buku yang oleh shilla sudah di letakkan di atas meja.”kayaknya gak pernah ada deh shill tugas jenis begitu,..”

“ha?” shilla menganga lebar selebar-lebarnya, tak menyangka akan menerima kenyataan sepahit ini. yang membuat suhu tubuh nya meningkat dengan cepat, marah.
“iya, gak ada!, sekolah kami gak pernah sekali pun ada tugas gini. nyatet aja gak pernah, soalnya udah dapet buku cetak gitu dari sekolah.” alvin berujar kalem, sudah menyadari emosi labil gadis kecil di depannya.

“apa!!! jadi saya di bohongin ma kunyuk sialan itu??!! cowok sialan!!...” shilla berteriak tak terkontrol di kantin yang saat ini hanya tinggal dia dan alvin yang duduk di sana dengan seragam SMA. ”padahal saya udah rela-rela ijin sama sekolah buat pulang lebih cepat dengan alasan diare untuk nganter nih buku sekarang. Ternyata saya di bohongi kak..”

“hehe, maafin temen gue shill. Sabar aja kamunya..” alvin tidak tau harus bersikap bagaimana, hanya itu yang bisa ia lakukan. Karena jika dia berbicara lebih jauh, takut-takut dia salah bicara dan semakin meningkatkan emosi shilla.

Dan tak disangka. Sekitar 5 menit setelahnya, shilla yang tadinya dadanya terlihat naik turun menahan emosi yang sudah memuncak, malah tertawa terbahak yang tanpa sadar alvin juga turut dalam tawa tanpa alasan shilla.

“ck, ini mah sayanya aja ya kak yang bego’..” ucap shilla akhirnya setelah dirinya dan alvin sudah berhenti tertawa yang mereka sendiri tidak tau penyebabnya,”yaudah deh kak, saya pemaaf kok. Hehe, ini titip buat si rio ya. Bilangin makasih udah bohongin saya...”

Di awali dengan tawa geli dengan ucapan polos shilla, alvin sekedar mengangguk-angguk untuk menanggapinya.”aku pulang dulu deh kak, bye...”

Shilla melangkah dengan gesit meninggalkan alvin, setelah permisi dan melambaikan tangan pada alvin. Dan alvin masih bertahan di tempatnya, termenung sendiri menatap kedua buku yang masih tergeletak di tempat yang sama.”apa yang sedang terjadi pada mu mamen?” pikiran alvin kembali di penuhi tanya.


*



Rio dan ify masih terlibat percakapan seru, sejak 30 menit lalu. Apa saja yang bisa mereka bicarakan akan mereka bicarakan di salah satu cafe di mall tebesar di jakarta, misalnya penampilan segerombol wanita yang di tafsir seumuran dengan mereka yang berpenampilan ngefashion gagal yang kegenitan pada rio, atau percakapan alay 2 laki-laki dan 2 perempuan yang duduk tepat di belakang rio. Dan mereka merasa bahagia.

Rencana bolos hari ini sepertinya berhasil membuat mereka melupakan sejenak masalah yang tengah membebani. Pergi ke mall, memainkan berbagai game yang tersedia di mall sepuasnya, membeli apapun yang ingin di beli, dan melakukan hal-hal lain yang apapun itu pasti bisa mereka lakukan. Dan kini, setelah keduanya merasa lelah. Mereka menghabiskan waktu berjam-jam dengan percakapan seru di temani makanan lezat dan mahal. Tidak terlalu buruk untuk kategori refreshing mendadak.

"udah ah fy, capek tau ketawa terus.'' rio berucap dengan susah payah di sela tawa hebatnya di karenakan permintaan aneh ify yang memintanya untuk mendengar percakapan alay di belakangnya. Dan setelah ia menurutinya, ia tertawa tak terkontrol hingga harus dengan paksa menghentikan tawanya karena perutnya sudah sakit akbiat tertawa yang berlebih.
"ya terus kita mau ngapain lagi di sini?'' rio tampak berpikir keras untuk menjawab tanya ify, dia belum mau pulang. Tapi dia juga bingung apa lagi yang akan dia lakukan bersama ify di sini.

Setelah menimang-nimang dan memikirkan lebih jauh, akhirnya rio sudah memutuskan akan melakukan apa.''emm, gue cerita aja gimana fy?''

''emm, boleh. Cerita aja. Jarang banget kan lo mau cerita.'' ify menanggapi penuh antusias.
''gak jadi aja deh..''

''ha? Apaan deh??? Gak bisa gitu donk, gue udah semangat gini. Masa gak jadi.. Mau pulang gak selamet lo'' ify murka, dan membuat rio ketar-ketir menyesal sudah berbicara seperti tadi.

''tapi jangan bocor lo.'' ify menangguk cepat.''ntar pas gue cerita, jangan ngomong kalo belum gue suruh'' ify kembali menangguk.''dan jangan di ketawain apapun yang terjadi, kecuali kalo gue emang bermaksud bercanda....''

''jadi cerita gak sih..!!"

"iya iya,..! Jadi, kemaren itu gue gak sepenuhnya termenung buat meratapi nasib gue sama bonyok fy, tapi gue.....''

'' gue kenapa?''

''jangan ngomong! Belum gue suruh!

''oiya lupa, abis lama!''

''gue miiyin ewek..'' rio berucap cepat dengan suara pelan dan tanpa menatap ify.

"apa?"

"ah, ify. Makanya dengerin kalo ada orang ngomong..''

"gak denger sumpah!!"

''ck, gue ulang, dengerin!!! G-U-E  M-I-K-I-R-I-N  C-E-W-E-K!!''

"oya? Si... apa? Apa... lo lagi jatuh cinta?'' ify menanyakan dengan pelan dan terbata. meski hanya sedikit, 
Ada harapan cewek yang di maksud rio itu dia, dan harapan itu meski perlahan tapi pasti tumbuh di hati kesepian milik ify.

''gue juga gak terlalu yakin sih fy, gue cuma sering ngerasa aneh aja, soalnya dia itu sering benget tiba-tiba 
nongol di pikiran gue gitu. gue suka kangen sama dia. Kangen jahilin dia. Haha...''

''dia itu siapa rio?''

rio tersenyum sekilas sebelum menjawab tanya ify yang memotong ucapannya, lalu menjawab.'' dia itu seorang gadis sederhana, dia itu jelek, cerewet, galak, kucel, childish, rambutnya gak pernah rapi, gendut, ngambekan, bodoh lagi. Pokoknya gak ada bagus-bagusnya.. Tapi, dia itu lucu, dia ngegemesin, dia juga selalu semangat setiap saat. Dia gak takut panas sama ujan, dia pernah bilang asal panas dan ujan gak buat dia kehilangan nyawa itu bukan masalah. Gak menel kan berarti? Hehe,'' rio memberhentikan sebentar ucapannya, kembali mengingat dengan seksama gadis yang ia maksud. Lalu setelah tersenyum sebentar, ia melanjutkan kalimatnya. ''Dia juga manis banget kalo lagi senyum. Dan, gue baru sadar, ternyata Gue cinta sama dia, dan tau gak? sekalinya gue jatuh cinta. Gue rasa, Gue langsung di buat tergila-gila sama dia, gue bahkan kepikiran kalo gue bakal nikahin dia sekarang juga. Biar dia jadi milik gue selamanya.''

 ify menghela nafas tak kentara, itu tadi bukan dia.

''Dia itu, shilla. Si monyet bodoh...''

rio tersenyum bahagia di akhir kalimatnya dengan tatapan terarah pada cappuccino hangatnya, tak menyadari gadis di hadapannya berusaha setengah mati untuk tak hancur seperti hati nya yang sudah 
berkeping-keping.

''emm, sorry ya fy gue kelepasan, dan gue udah lega banget fy. Udah bisa ngungkapin isi hati gue yang 
sebenernya. Thanks ya. Berkat lo juga..''

''eh iya..'' ify menjawab setengah mati berharap agar suaranya tak terdengar bergetar.''emm, shilla itu siapa? Anak USHS juga?''

''bukan fy, shilla itu cewek miskin. Mana mampu sekolah di USHS.'' rio menjawab tanpa menutup-nutupi yang di akhiri tawa garing di ujung kalimatnya. Sungguh, rio mencintai shilla apa adanya.

''terus dia sekolah di mana yo?'' Ify mulai bisa mengontrol hatinya agar tetap bertahan untuk bisa duduk beberapa saat lagi di hadapan pria... Yang secara diam-diam di cintainya.

Dan percakapan keduanya masih berlanjut, masih membicarakan tema yang di angkat oleh rio. Gadis pujaannya. dengan suasana yang tak sama. Rio dengan suasana bahagia dan berbunga. Ify dengan perih dan tak berdaya. 

to be continued....



PART 7  :  http://egaditya.blogspot.com/2012/04/lihatlah.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar